Sampah dan Kemacetan Dominasi Keluhan Wisman
Sampah dengan segala dampaknya, kemacetan akut menjadi faktor dominan yang dikeluhi wisatawan mancanegara.
DENPASAR, NusaBali
Jika tidak mendapat penanganan tepat dan cerdas, dua persoalan ini akan semakin menggerus kunjungan wisman ke Bali. Kekhawatiran tersebut disampaikan kalangan praktisi pariwisata. Di antaranya para pramuwisata, dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali.
“Kami sebagai guide khawatir, wisatawan semakin berkurang ke Bali, jika sampah dan kemacetan tidak dapat solusi jitu,” lontar Sekretaris HPI Bali I Nyoman Suarma, Rabu (28/8).
Suarma mengklaim, apa yang dia sampaikan bukan mengada-ada. Katanya, bekerja sebagai guide keliling Bali memandu turis, Suarma mengaku kerap menjadi sasaran protes wisatawan yang mengeluhkan luberan sampah dan kemacetan parah di sejumlah lokasi di Bali. “Terutama sampah plastik,” ujarnya menyebut beberapa kawasan tujuan wisata di Bali, yang jalanannya ‘dihiasi’ luberan sampah.
“Bukan saja kami, namun teman- teman dari divisi lain kerap mengalami hal sama,” ungkap Suarma, pramuwisata dengan basic Bahasa Prancis.
Pada urutan berikutnya, yang menyebabkan wisman protes adalah kemacetan akut. Fomena ini sudah jamak terjadi di beberapa lokasi dan tujuan wisata di Bali. Antara lain Kuta, Denpasar, Ubud dan tempat lainnya. Diperparah lagi, perbaikan infrastruktur seperti yang dilakukan kadang tampak tambal sulam. Serta keamanan dan kenyamanan wisman yang terusik dengan tindak kriminalitas.
“Mereka (wisman- red) bilang kalau objek Bali kaya dan variatif,” ungkap Suarma. Tetapi persoalan sampah, kemacetan, infrastruktur dan masalah keamanan dan kenyamanan itulah yang mengancam industri pariwisata Bali. Suarma menunjuk beberapa pandangan yang bisa dijadikan referensi, bahwa pembenahan pariwisata Bali harus dilakukan segera. “Kan sudah ada yang menganalisasi semakin beratnya tantangan pariwisata Bali,” ungkapnya. *k17
“Kami sebagai guide khawatir, wisatawan semakin berkurang ke Bali, jika sampah dan kemacetan tidak dapat solusi jitu,” lontar Sekretaris HPI Bali I Nyoman Suarma, Rabu (28/8).
Suarma mengklaim, apa yang dia sampaikan bukan mengada-ada. Katanya, bekerja sebagai guide keliling Bali memandu turis, Suarma mengaku kerap menjadi sasaran protes wisatawan yang mengeluhkan luberan sampah dan kemacetan parah di sejumlah lokasi di Bali. “Terutama sampah plastik,” ujarnya menyebut beberapa kawasan tujuan wisata di Bali, yang jalanannya ‘dihiasi’ luberan sampah.
“Bukan saja kami, namun teman- teman dari divisi lain kerap mengalami hal sama,” ungkap Suarma, pramuwisata dengan basic Bahasa Prancis.
Pada urutan berikutnya, yang menyebabkan wisman protes adalah kemacetan akut. Fomena ini sudah jamak terjadi di beberapa lokasi dan tujuan wisata di Bali. Antara lain Kuta, Denpasar, Ubud dan tempat lainnya. Diperparah lagi, perbaikan infrastruktur seperti yang dilakukan kadang tampak tambal sulam. Serta keamanan dan kenyamanan wisman yang terusik dengan tindak kriminalitas.
“Mereka (wisman- red) bilang kalau objek Bali kaya dan variatif,” ungkap Suarma. Tetapi persoalan sampah, kemacetan, infrastruktur dan masalah keamanan dan kenyamanan itulah yang mengancam industri pariwisata Bali. Suarma menunjuk beberapa pandangan yang bisa dijadikan referensi, bahwa pembenahan pariwisata Bali harus dilakukan segera. “Kan sudah ada yang menganalisasi semakin beratnya tantangan pariwisata Bali,” ungkapnya. *k17
Komentar