Prajuru Pura Puseh Desa Adat Denpasar Inisiatifkan Pelatihan Pemangku dan Serati
Guna meningkatkan wawasan umat tentang penerapan konsep adat dan agama Hindu, Prajuru Pura Puseh Denpasar menginisiatifkan pelatihan tentang kepemangkuan dan serati (pakar upakara).
DENPASAR, NusaBali
Pelatihan itu dibuka secara umum dan tanpa pungutan biaya. Rencananya, kegiatan sosial tersebut digelar 7 September mendatang dan akan diagendakan bertahap dan berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikan Pengempon Pura Puseh Denpasar, Jro Mangku Wayan Sujana saat dijumpai Selasa (28/8) kemarin di Pura Puseh Desa Adat Denpasar, Jalan Nusa Kambangan, Denpasar. "Bagaiamana menjawab agar biaya upacara dan upakara bisa dijangkau masyarakat bawah sekalipun, tanpa mengurangi literatur agama yang termuat dalam pustaka lontar sebagai sejarah keagamaan," ujar Jro Mangku Wayan Sujana.
Kata dia, gerakan ini merupakan inisiatif bersama sejumlah pengempon pura, yang bertujuan mengajak umat untuk turut memikirkan tantangan terhadap penerapan nilai-nilai adat dan agama pada era milenial. Menurut dia, pada era yang serba terbuka ini masyarakat akan sangat kritis untuk urusan agama. Pemangku dan serati dalam hal ini diharapkan dapat memberi literasi kepada masyarakat tentang implementasi tersebut.
Selama ini Jro Mangku Sujana memandang sosialisasi tentang adat dan agama sudah cukup gencar. Kendati begitu, gerakan yang berkelanjutan baginya perlu agar informasi tersebut dapat dipahami masyarakat.
Wakil Ketua Panitia Jro Mangku Pasek Budiarta mengatakan, pelatihan ini juga melibatkan unsur lembaga keagamaan PHDI. Keterlibatan PHDI yakni memberi acuan pelatihan sesuai literatur yang berlaku.
Hingga kini, sudah 70 orang pemangku yang mendaftar. Saat pelatihan, mereka akan mendapat informasi tentang inti-inti agama Hindu dan filsafat agama. Sedangkan serati, mereka akan mendapat informasi tentang upakara, sarana dan bahan upakara. "Ini program tiga bulanan, jadi peserta akan ikut pelatihan setiap Sabtu dan Minggu dengan durasi waktu dua jam. Mengawali, mereka akan mengikuti upacara penyepuhan dulu," ujarnya.
Pasek menambahkan, di akhir pelatihan akan digelar pawintenan dasa guna bagi peserta. Tahapan-tahapan itu digelar sebagai upaya meningkatkan kesadaran diri dan kesadaran spiritual peserta, sehingga pengetahuan yang diterima dalam pelatihan dapat diterapkan. Ke depan, kata dia, panitia berusaha konsisten menggelar pelatihan dan juga kegiatan keagamaan untuk meringankan beban masyarakat dalam penerapan nilai-nilai adat dan agama. *isu
Hal tersebut disampaikan Pengempon Pura Puseh Denpasar, Jro Mangku Wayan Sujana saat dijumpai Selasa (28/8) kemarin di Pura Puseh Desa Adat Denpasar, Jalan Nusa Kambangan, Denpasar. "Bagaiamana menjawab agar biaya upacara dan upakara bisa dijangkau masyarakat bawah sekalipun, tanpa mengurangi literatur agama yang termuat dalam pustaka lontar sebagai sejarah keagamaan," ujar Jro Mangku Wayan Sujana.
Kata dia, gerakan ini merupakan inisiatif bersama sejumlah pengempon pura, yang bertujuan mengajak umat untuk turut memikirkan tantangan terhadap penerapan nilai-nilai adat dan agama pada era milenial. Menurut dia, pada era yang serba terbuka ini masyarakat akan sangat kritis untuk urusan agama. Pemangku dan serati dalam hal ini diharapkan dapat memberi literasi kepada masyarakat tentang implementasi tersebut.
Selama ini Jro Mangku Sujana memandang sosialisasi tentang adat dan agama sudah cukup gencar. Kendati begitu, gerakan yang berkelanjutan baginya perlu agar informasi tersebut dapat dipahami masyarakat.
Wakil Ketua Panitia Jro Mangku Pasek Budiarta mengatakan, pelatihan ini juga melibatkan unsur lembaga keagamaan PHDI. Keterlibatan PHDI yakni memberi acuan pelatihan sesuai literatur yang berlaku.
Hingga kini, sudah 70 orang pemangku yang mendaftar. Saat pelatihan, mereka akan mendapat informasi tentang inti-inti agama Hindu dan filsafat agama. Sedangkan serati, mereka akan mendapat informasi tentang upakara, sarana dan bahan upakara. "Ini program tiga bulanan, jadi peserta akan ikut pelatihan setiap Sabtu dan Minggu dengan durasi waktu dua jam. Mengawali, mereka akan mengikuti upacara penyepuhan dulu," ujarnya.
Pasek menambahkan, di akhir pelatihan akan digelar pawintenan dasa guna bagi peserta. Tahapan-tahapan itu digelar sebagai upaya meningkatkan kesadaran diri dan kesadaran spiritual peserta, sehingga pengetahuan yang diterima dalam pelatihan dapat diterapkan. Ke depan, kata dia, panitia berusaha konsisten menggelar pelatihan dan juga kegiatan keagamaan untuk meringankan beban masyarakat dalam penerapan nilai-nilai adat dan agama. *isu
1
Komentar