Sebelum Kecelakaan Masih Sempat Antar Cucu
Kecelakaan yang Merenggut Nyawa Mantan Kasek SD 3 Petak, Gianyar
Kecelakaan tunggal menewaskan pengemudi mobil, I Nyoman Asta Antara, 63, di Jalur Utama Gianyar-Klungkung tepatnya Jembatan Tukad Sangsang, Banjar Peteluan, Desa Temesi, Kecamatan Gianyar, Selasa (27/8) siang menyisakan duka bagi keluarga almarhum.
GIANYAR, NusaBali
Terungkap bahwa 30 menit sebelum mobil Toyota Kijang Rover warna biru metalik bernopol DK 1557 JL yang dikemudikannya menabrak pembatas jembatan, lalu terjun bebas setinggi 10 meter, korban yang notabene mantan Kepala Sekolah (Kasek) SDN 3 Desa Petak, Kecamatan Gianyar ini sempat mengantar cucunya sekolah di SMPN 3 Gianyar dan ambil TV yang selesai diperbaiki di sebuah kios sebelah barat dari TKP.
Hal ini diungkapkan putra sulung korban, Gede Agus Suastika Mahardika, saat ditemui di rumah duka, Banjar Sidan Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar, Rabu (28/8). "TV rusak sudah sebulan diperbaiki. Sebelum kejadian itu saya ditelepon dari tukangnya, bahwa TV sudah selesai dan bisa diambil," jelas karyawan swasta pada jasa pengiriman bahan makanan ke hotel ini.
Namun karena Gede Agus posisi sedang bekerja, dia menghubungi ayahnya I Nyoman Asta Antara. "Saya tanya, apakah bapak bisa ambil atau tidak hari itu? Karena tukangnya mau tutup dua minggu. Lalu bapak mengiyakan, katanya saat itu juga akan keluar sambil antar anak tyang ke sekolah," kenangnya.
Seingatnya, komunikasi per telepon tersebut terjadi sekitar pukul 10.30 Wita. Lalu hanya berselang sekitar 30 menit, Gede Agus yang dalam perjalanan kerja ke Karangasem mendapat kabar ayahnya mengalami kecelakaan. "Waktu itu saya belum tahu kondisi bapak. Hanya diminta segera ke RS Sanjiwani. Dalam hati sudah curiga tapi mencoba kuat," kenangnya. Benar saja, setibanya di rumah sakit Gede Agus dan keluarganya yang lain tak kuasa menahan air mata melihat ayahnya terbujur kaku.
Mengenai kronologis kejadian, Gede Agus dan keluarga masih bertanya-tanya. Selain diduga ban bocor, pihak keluarga juga mendengar informasi lain. "Ada yang bilang, bapak banting setir kiri karena ada kendaraan dari berlawanan arah ambil haluan kanan karena ada truk parkir dekat jembatan," terangnya. Terkait bangkai mobil yang ringsek, sudah berhasil dievakuasi pada Rabu (28/8) dini hari sekitar pukul 03.00 Wita. "Saat ini ditaruh di pos Masceti, supaya tidak jadi tontonan warga di jembatan," ujarnya.
Hal ini diungkapkan putra sulung korban, Gede Agus Suastika Mahardika, saat ditemui di rumah duka, Banjar Sidan Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar, Rabu (28/8). "TV rusak sudah sebulan diperbaiki. Sebelum kejadian itu saya ditelepon dari tukangnya, bahwa TV sudah selesai dan bisa diambil," jelas karyawan swasta pada jasa pengiriman bahan makanan ke hotel ini.
Namun karena Gede Agus posisi sedang bekerja, dia menghubungi ayahnya I Nyoman Asta Antara. "Saya tanya, apakah bapak bisa ambil atau tidak hari itu? Karena tukangnya mau tutup dua minggu. Lalu bapak mengiyakan, katanya saat itu juga akan keluar sambil antar anak tyang ke sekolah," kenangnya.
Seingatnya, komunikasi per telepon tersebut terjadi sekitar pukul 10.30 Wita. Lalu hanya berselang sekitar 30 menit, Gede Agus yang dalam perjalanan kerja ke Karangasem mendapat kabar ayahnya mengalami kecelakaan. "Waktu itu saya belum tahu kondisi bapak. Hanya diminta segera ke RS Sanjiwani. Dalam hati sudah curiga tapi mencoba kuat," kenangnya. Benar saja, setibanya di rumah sakit Gede Agus dan keluarganya yang lain tak kuasa menahan air mata melihat ayahnya terbujur kaku.
Mengenai kronologis kejadian, Gede Agus dan keluarga masih bertanya-tanya. Selain diduga ban bocor, pihak keluarga juga mendengar informasi lain. "Ada yang bilang, bapak banting setir kiri karena ada kendaraan dari berlawanan arah ambil haluan kanan karena ada truk parkir dekat jembatan," terangnya. Terkait bangkai mobil yang ringsek, sudah berhasil dievakuasi pada Rabu (28/8) dini hari sekitar pukul 03.00 Wita. "Saat ini ditaruh di pos Masceti, supaya tidak jadi tontonan warga di jembatan," ujarnya.
Tidak ada firasat apapun yang menjadi pertanda petaka maut ini. Hanya saja, semasa hidupnya korban Nyoman Asta Antara memang sering berandai-andai jika dirinya meninggal dunia. "Setiap kali habis jenguk orang sakit atau warga yang meninggal, bapak pasti membandingkan jika seandainya dirinya yang meninggal. Sering kami keluarga dikasi tutur, pokoknya kalau bapak mati biar tidak menyusahkan anak menantu. Biar tidak dilayani berbulan-bulan," ungkapnya. Selain itu, almarhum juga dikenal sebagai panutan yang suka menabung. Bahkan almarhum telah menabung hingga ratusan juta untuk segala keperluan upacara pengabenan.
"Bapak sering bilang dimana saja dia punya tabungan. Agar jika mati, tabungan itu ditarik untuk biaya. Bahkan jika ada sisa, disuruh bagikan sama kita saudara bertiga. Dan kami merasakan, apa yang jadi keinginan bapak, memang itu yang terjadi," ujarnya. Ditambahkan Gede Agus, almarhum akan diupacarai mekingsan ring gni pada Redite Wage Krulut, (1/9) mendatang. Selanjutnya akan digelar prosesi Ngaben pada (26/9). Sementara untuk mengetahui kondisi roh almarhum pasca kecelakaan, pihak keluarga berencana meluasin pada Kamis (29/8) hari ini. "Karena jatuhnya di tempat yang tidak biasa. Kemarin kami sudah ngulapin, tapi kami ingin memastikan bapak tidak tersesat. Besok rencananya meluasin," imbuhnya. *nvi
1
Komentar