Persaingan Jelang Musda Memanas
Rumors yang merebak, Singyen diisukan ‘mengkarantina’ sejumlah pemilik suara agar tidak berpaling dalam Musda nanti.
Singyen Diterpa Isu Money Politics, Ariadi Kekaderannya Disoal
SINGARAJA, NusaBali
Saling intip pergerakan bakal calon Ketua DPD II Golkar Buleleng, mulai terasa jelang Musyawarah Daerah (Musda), 30 Juni nanti. Kali ini beredar rumor politik uang dari salah satu calon kepada pemlik suara. Di sisi lain ada juga yang mempertanyakan kekaderan salah satu calon.
Rumor tidak sedap jelang Musda Golkar Buleleng ini menimpa kandidat calon Putu Singyen. Isunya, Singyen ‘mengkarantina’ sejumlah pemilik suara agar tidak berpaling dalam Musda nanti. Bahkan beberapa pemilik suara sempat diajak makan-makan di sebuah hotel di kawasan Seririt, termasuk memberikan uang saku. Konon uang saku yang diberikan hingga Rp 50 juta.
“Diajak ke GS (Grand Surya,red) masing-masing dapat uang Rp 50 juta,” ujar sumber di lingkaran Golkar Buleleng. Putu Singyen yang dikonfirmasi, Senin (27/6) malam menepis rumor itu. Ia menilai, isu itu sengaja dilempar sebagai black campaign (kampanye hitam) dan pembunuhan karakter terhadap dirinya. “Kok seolah-olah mereka tahu isi kantong saya, apa saya punya uang atau tidak. Ini pola lama yang dihembuskan untuk menjatuhkan lawan,” tegasnya.
Mantan anggota DPRD Buleleng dua periode 2004-2009 dan 2009-2014 ini mengatakan, pencalonannya di Musda hanya ingin membesarkan Partai Golkar, tidak ada penghasilan yang diperoleh sebagai ketua partai. Sehingga tidak ada untungnya juga, jika sekarang harus keluar dana untuk memimpin partai. “Ini kan ngayah, berapa sih penghasilan ketua partai, kan tidak ada. Buat apa keluar uang sekarang, justru nanti perlu biaya dalam membesarkan partai,” kata politisi asal Desa Patemon, Seririt ini.
Singyen juga mengungkapkan, beberapa PK sempat diajak bertemu membahas persoalan partai. Di sana ia hanya mengajak PK bekerjasama nanti dalam membesarkan partai. Dikatakan, dalam membesarkan partai tentu membutuhkan biaya tidak sedikit, karena itulah ia berusaha mencarikan sumber pendanaan dengan pengelolaan keuangan partai yang transparan. “Sebenarnya hanya itu pembahasannya, kok bisa jadi uang saku. Justru saya tidak setuju jika pola-pola seperti itu diterapkan, ini tidak baik untuk kemajuan partai,” tandasnya.
Di sisi lain, kader senior Golkar Buleleng, Gede Agra Kumara justru mempertanyakan kekaderan dari calon I Gede Ariadi. Sepengetahuan Agra, Ariadi dipaksakan duduk sebagai Ketua Kosgoro saat pencalonan di Pilkada Buleleng 2012 lalu. ”Saya justru meragukan kekaderannya. Beginilah kalau ada keinginan lain, pasal-pasal yang sudah dipersyaratkan, dicarikan lagi pasal-pasal pengecualian,” tandasnya.
Agra Kumara sendiri memang sempat menyatakan nyalon di Musda Golkar, sepanjang semua mekanisme dan aturan dilaksanakan. Sejauh ini, ia menyatakan masih siap nyalon. “Sebenarnya masih banyak kader berkualitas yang ingin membesarkan partai tanpa perlu dicari pasal pengecualian agar lolos. Dari awal saya sudah sampaikan, mekanisme dan aturan itu harus ditegakkan, sehingga pemimpin yang dihasilkan nanti memang berkualitas,” imbuhnya.
Ketua DPD Golkar Buleleng Sugawa Korry yang dikonfirmasi terpisah menegaskan, tidak ada persoalan terhadap kekaderan Gede Ariadi, termasuk persyaratan yang dikecualikan. Dikatakannya, Gede Ariadi sudah menjadi kader Golkar sejak tahun 2011 lalu, sebelum proses pencalonan Pilkada Buleleng 2012. “Sudah penuhi persyaratan, tidak ada pengecualian. Dia kan (Ariadi,red) sudah menjadi ketua Kosgoro setahun, dan kader sudah 5 tahun. Intinya, saya ingin siapapun yang penuhi persyaratan silakan saja mencalonkan, justru calon semakin banyak lebih banyak pilihan,” tegasnya. 7 k19
SINGARAJA, NusaBali
Saling intip pergerakan bakal calon Ketua DPD II Golkar Buleleng, mulai terasa jelang Musyawarah Daerah (Musda), 30 Juni nanti. Kali ini beredar rumor politik uang dari salah satu calon kepada pemlik suara. Di sisi lain ada juga yang mempertanyakan kekaderan salah satu calon.
Rumor tidak sedap jelang Musda Golkar Buleleng ini menimpa kandidat calon Putu Singyen. Isunya, Singyen ‘mengkarantina’ sejumlah pemilik suara agar tidak berpaling dalam Musda nanti. Bahkan beberapa pemilik suara sempat diajak makan-makan di sebuah hotel di kawasan Seririt, termasuk memberikan uang saku. Konon uang saku yang diberikan hingga Rp 50 juta.
“Diajak ke GS (Grand Surya,red) masing-masing dapat uang Rp 50 juta,” ujar sumber di lingkaran Golkar Buleleng. Putu Singyen yang dikonfirmasi, Senin (27/6) malam menepis rumor itu. Ia menilai, isu itu sengaja dilempar sebagai black campaign (kampanye hitam) dan pembunuhan karakter terhadap dirinya. “Kok seolah-olah mereka tahu isi kantong saya, apa saya punya uang atau tidak. Ini pola lama yang dihembuskan untuk menjatuhkan lawan,” tegasnya.
Mantan anggota DPRD Buleleng dua periode 2004-2009 dan 2009-2014 ini mengatakan, pencalonannya di Musda hanya ingin membesarkan Partai Golkar, tidak ada penghasilan yang diperoleh sebagai ketua partai. Sehingga tidak ada untungnya juga, jika sekarang harus keluar dana untuk memimpin partai. “Ini kan ngayah, berapa sih penghasilan ketua partai, kan tidak ada. Buat apa keluar uang sekarang, justru nanti perlu biaya dalam membesarkan partai,” kata politisi asal Desa Patemon, Seririt ini.
Singyen juga mengungkapkan, beberapa PK sempat diajak bertemu membahas persoalan partai. Di sana ia hanya mengajak PK bekerjasama nanti dalam membesarkan partai. Dikatakan, dalam membesarkan partai tentu membutuhkan biaya tidak sedikit, karena itulah ia berusaha mencarikan sumber pendanaan dengan pengelolaan keuangan partai yang transparan. “Sebenarnya hanya itu pembahasannya, kok bisa jadi uang saku. Justru saya tidak setuju jika pola-pola seperti itu diterapkan, ini tidak baik untuk kemajuan partai,” tandasnya.
Di sisi lain, kader senior Golkar Buleleng, Gede Agra Kumara justru mempertanyakan kekaderan dari calon I Gede Ariadi. Sepengetahuan Agra, Ariadi dipaksakan duduk sebagai Ketua Kosgoro saat pencalonan di Pilkada Buleleng 2012 lalu. ”Saya justru meragukan kekaderannya. Beginilah kalau ada keinginan lain, pasal-pasal yang sudah dipersyaratkan, dicarikan lagi pasal-pasal pengecualian,” tandasnya.
Agra Kumara sendiri memang sempat menyatakan nyalon di Musda Golkar, sepanjang semua mekanisme dan aturan dilaksanakan. Sejauh ini, ia menyatakan masih siap nyalon. “Sebenarnya masih banyak kader berkualitas yang ingin membesarkan partai tanpa perlu dicari pasal pengecualian agar lolos. Dari awal saya sudah sampaikan, mekanisme dan aturan itu harus ditegakkan, sehingga pemimpin yang dihasilkan nanti memang berkualitas,” imbuhnya.
Ketua DPD Golkar Buleleng Sugawa Korry yang dikonfirmasi terpisah menegaskan, tidak ada persoalan terhadap kekaderan Gede Ariadi, termasuk persyaratan yang dikecualikan. Dikatakannya, Gede Ariadi sudah menjadi kader Golkar sejak tahun 2011 lalu, sebelum proses pencalonan Pilkada Buleleng 2012. “Sudah penuhi persyaratan, tidak ada pengecualian. Dia kan (Ariadi,red) sudah menjadi ketua Kosgoro setahun, dan kader sudah 5 tahun. Intinya, saya ingin siapapun yang penuhi persyaratan silakan saja mencalonkan, justru calon semakin banyak lebih banyak pilihan,” tegasnya. 7 k19
1
Komentar