Enam Penderita HIV Meninggal dalam Satu Bulan
Sebanyak enam orang penderita HIV/AIDS di Buleleng tercatat meninggal dalam sebulan.
SINGARAJA, NusaBali
Mereka sebelumnya menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit negeri di Buleleng per bulan Juni lalu. Sebagian besar dari mereka disebut menderita HIV dengan komplikasi TB paru dan diare.
Ketua Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Buleleng, dr I Nyoman Sutjidra SpOG, dikonfirmasi Jumat (30/8) kemarin tak memungkiri korban meninggal dunia karena HIV/AIDS jumlahnya cukup mengkhawatirkan. Namun korban tersebut diduga merupakan Orang Dengan HIV/AIDS, yang sudah terjangkit lama dan masuk dalam data kumulatif dari tahun 1998.
“Kalau kasus HIV infeksi baru sudah menurun signifikan, tetapi kalau dari segi komulatinya kita masih tinggi, karena kasus lama nomor dua tertinggi di Bali. Dan memang dari kasus HIV di lapangan yang sering ditemui adalah komplikasi dengan TB Paru, diare dan radang bibir atau mulut yang sulit diobati,” jelasnya yang juga Wakil Bupati Buleleng itu.
Dia yang juga dokter spesialis kandungan itu juga menyebutkan jika HIV dengan komplikasi ini sering ditemukan karena daya tahan tubuh yang terus menurun. Hal tersebut dikatakan olehnya sudah menjadi perhatian serius untuk ditangani Dinas Kesehatan Buleleng. “Ini yang sudah kita berikan warning kepada Kadis Kesehatan kemudian Dirut RS, setiap ada penderita muda yang batuk kronis, tidak tahu penyebab kemudian diare dan radang di mulut kita curiga, harus discreening total,” imbuh dia.
Proses wajib screening juga kini dijalani oleh semua ibu hamil untuk mencegah dan menekan penyebaran virus HIV ke bayi. Pemeriksaan darah itu pun bisa dilakukan dari fasilitas kesehatan primer mulai dari Puskesmas desa, hingga rumah sakit. “Penyebarannya HIV oleh ibu hamil ke bayinya sekarang sudah sangat minim, karena sudha wjaib screening. Semakin cepat diketahui pencegahan dengan obat bisa kita lakukan,” kata Sutjidra.
Sementara itu penanggulangan penyebaran virus HIV/AIDS di Buleleng terus digalakkan melalui pendampingan dan pengobatan yang masih teratur dan terjaga. Selain juga program sosialisasi melalui edukasi tradisional dan kegiatan voluntir dan relawan. Upaya itu pun diklaim Wabup Sutjidra sudah berhasil menekan perkembangan penyebaran virus HIV/AIDS, dengan data penurunan infkesi baru yang perbulan rata-rata dua digit menjadi satu digit. “Terakhir antara 8-9 kasus rata-rata, sudah jauh menurun dari sebelumnya yang masih dua digit,” tegas dia. *k23
Ketua Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Buleleng, dr I Nyoman Sutjidra SpOG, dikonfirmasi Jumat (30/8) kemarin tak memungkiri korban meninggal dunia karena HIV/AIDS jumlahnya cukup mengkhawatirkan. Namun korban tersebut diduga merupakan Orang Dengan HIV/AIDS, yang sudah terjangkit lama dan masuk dalam data kumulatif dari tahun 1998.
“Kalau kasus HIV infeksi baru sudah menurun signifikan, tetapi kalau dari segi komulatinya kita masih tinggi, karena kasus lama nomor dua tertinggi di Bali. Dan memang dari kasus HIV di lapangan yang sering ditemui adalah komplikasi dengan TB Paru, diare dan radang bibir atau mulut yang sulit diobati,” jelasnya yang juga Wakil Bupati Buleleng itu.
Dia yang juga dokter spesialis kandungan itu juga menyebutkan jika HIV dengan komplikasi ini sering ditemukan karena daya tahan tubuh yang terus menurun. Hal tersebut dikatakan olehnya sudah menjadi perhatian serius untuk ditangani Dinas Kesehatan Buleleng. “Ini yang sudah kita berikan warning kepada Kadis Kesehatan kemudian Dirut RS, setiap ada penderita muda yang batuk kronis, tidak tahu penyebab kemudian diare dan radang di mulut kita curiga, harus discreening total,” imbuh dia.
Proses wajib screening juga kini dijalani oleh semua ibu hamil untuk mencegah dan menekan penyebaran virus HIV ke bayi. Pemeriksaan darah itu pun bisa dilakukan dari fasilitas kesehatan primer mulai dari Puskesmas desa, hingga rumah sakit. “Penyebarannya HIV oleh ibu hamil ke bayinya sekarang sudah sangat minim, karena sudha wjaib screening. Semakin cepat diketahui pencegahan dengan obat bisa kita lakukan,” kata Sutjidra.
Sementara itu penanggulangan penyebaran virus HIV/AIDS di Buleleng terus digalakkan melalui pendampingan dan pengobatan yang masih teratur dan terjaga. Selain juga program sosialisasi melalui edukasi tradisional dan kegiatan voluntir dan relawan. Upaya itu pun diklaim Wabup Sutjidra sudah berhasil menekan perkembangan penyebaran virus HIV/AIDS, dengan data penurunan infkesi baru yang perbulan rata-rata dua digit menjadi satu digit. “Terakhir antara 8-9 kasus rata-rata, sudah jauh menurun dari sebelumnya yang masih dua digit,” tegas dia. *k23
1
Komentar