Denpasar Hadirkan Barong Lembu di PKB
Cerita yang ditampilkan diiringi oleh gamelan baleganjur dan diformat dalam bentuk dolanan anak-anak
DENPASAR, NusaBali
Memasuki pekan ketiga, perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 tahun 2016 dimeriahkan oleh penampilan ngelawang dari Sekaa Ngelawang Yonggi Swara Banjar Kerandan, Desa Pemecutan Kelod, Denpasar Barat Kota Denpasar, di Panggung Terbuka Gedung Kriya dan Panggung Terbuka Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Selasa (28/6).
Ada yang baru dari penampilan ngelawang kali ini. Jika biasanya dalam areal panggung biasa mementaskan Barong Ket, Barong Landung, Barong Somi dan barong terkenal lainnya, maka kali ini duta dari Kota Denpasar itu mencoba menampilkan sesuatu yang baru, dengan menampilkan Barong Lembu.
Menurut koordinator Sekaa, I Komang Juni Antara, keberadaan Barong Lembu hingga saat ini belum begitu dikenal di masyarakat. Karena itu, sesuai dengan tema PKB ‘Karang Awak, mencintai tanah kelahiran’, ratusan seniman cilik dan remaja tersebut coba memperkenalkan Barong Lembu kepada publik, apalagi belum pernah dipentaskan sama sekali.
“Kami mengangkat tema ‘Wiwitan Kahanan Barong Lembu’ yang menceritakan asal usul Barong Lembu. Barong Lembu ini belum pernah dimanfaatkan sebagai proses ngelawang di Bali, jadi baru di Desa Kerandan saja yang mengenal barong putih ini, beda dengan Barong Ket, Barong Landung, Barong Somi dan yang lainya,” ujarnya di sela-sela pementasan.
Juni Antara mengungkapkan, Barong Lembu ini dibuat tahun 2010 lalu, terinspirasi dari kisah Lembu Nandini, kendaraan Dewa Siwa. Diceritakan, Dewa Siwa di Siwaloka ingin menguji kesetiaan istri beliau yaitu Dewi Uma. Dewa Siwa kemudian berpura-pura sakit parah dan yang menyembuhkan Dewa Siwa hanyalah susu lembu putih.
Lantas Dewi Uma turun ke dunia mencari susu Lembu putih. Namun sampai di tengah hutan, Dewi Uma tidak menemukan Lembu yang menyebabkan dia marah, dan mengamuk. Dewa Siwa turun ke bumi menyamar sebagai pengembala yang membawa lembu. Untuk mendapatkan susu, pengembala itu memberikan syarat agar Dewi Uma mau bersenggama dengannya. Dewi Uma pun menyetujui tawaran itu demi kesehatan Dewa Siwa.
Lanjut cerita, setelah mendapatkan susu itu, Dewi Uma menyerahkan kepada Dewa Siwa. Saat itulah Dewa Siwa bertanya, bagaimana mendapatkan susu itu. Diketahui tidak jujur, Dewa Siwa meminta Dewa Ganesha membacakan lontar wariga, lontar yang berisi tentang kejujuran. Akibatknya Dewi Uma marah dan membakar lontar tersebut. Beruntung masih bisa diselamatkan oleh Ganesha, dan akhirnya Dewi Uma dikutuk menjadi Dewi Durga.
Singkat cerita keberadaan Lembu itu diberikan anugerah agar dihormati, dalam wujud Barong Lembu, yang diharapkan bisa menetralisasir segala sifat negatif di dunia ini. “Dalam ngelawang ini, filosofinya ada, tetuweknya sarat dengan nilai-nilai. Hal ini wajib untuk dipentaskan,” ucapnya. Agar mendukung sarat dengan filosofi, maka cerita yang ditampilkan diiringi oleh gamelan baleganjur dan diformat dalam bentuk dolanan anak-anak. Hasilnya, pertunjukan menjadi atraktif dengan kelincahan dan senda gurau anak-anak dalam membawakan cerita di atas pentas.
“Jadi dikisahkan anak-anak bermain sekaligus mendengarkan cerita dari seorang anak yang membawa buku dengan kisah asal usul Barong Lembu. Kita garap dengan konsep dolanan, isian barong dalam cerita, selain barong lelawangan,” ungkapnya. Pertunjukkan ini mendapat antusias luar biasa dari penonton. Ribuan penonton terkesima dengan penampilan Barong Landung untuk pertama kalinya. Apalagi anak-anak yang tengah menonton bersama orang tuanya, tak hentinya tertawa melihat kelucuan teman sebayanya di atas panggung. Kendati hujan gerimis mewarnai pertunjukkan kemarin, tak lantas membuat penonton enggan meninggalkan areal pertunjukan. 7 i
Memasuki pekan ketiga, perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 tahun 2016 dimeriahkan oleh penampilan ngelawang dari Sekaa Ngelawang Yonggi Swara Banjar Kerandan, Desa Pemecutan Kelod, Denpasar Barat Kota Denpasar, di Panggung Terbuka Gedung Kriya dan Panggung Terbuka Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Selasa (28/6).
Ada yang baru dari penampilan ngelawang kali ini. Jika biasanya dalam areal panggung biasa mementaskan Barong Ket, Barong Landung, Barong Somi dan barong terkenal lainnya, maka kali ini duta dari Kota Denpasar itu mencoba menampilkan sesuatu yang baru, dengan menampilkan Barong Lembu.
Menurut koordinator Sekaa, I Komang Juni Antara, keberadaan Barong Lembu hingga saat ini belum begitu dikenal di masyarakat. Karena itu, sesuai dengan tema PKB ‘Karang Awak, mencintai tanah kelahiran’, ratusan seniman cilik dan remaja tersebut coba memperkenalkan Barong Lembu kepada publik, apalagi belum pernah dipentaskan sama sekali.
“Kami mengangkat tema ‘Wiwitan Kahanan Barong Lembu’ yang menceritakan asal usul Barong Lembu. Barong Lembu ini belum pernah dimanfaatkan sebagai proses ngelawang di Bali, jadi baru di Desa Kerandan saja yang mengenal barong putih ini, beda dengan Barong Ket, Barong Landung, Barong Somi dan yang lainya,” ujarnya di sela-sela pementasan.
Juni Antara mengungkapkan, Barong Lembu ini dibuat tahun 2010 lalu, terinspirasi dari kisah Lembu Nandini, kendaraan Dewa Siwa. Diceritakan, Dewa Siwa di Siwaloka ingin menguji kesetiaan istri beliau yaitu Dewi Uma. Dewa Siwa kemudian berpura-pura sakit parah dan yang menyembuhkan Dewa Siwa hanyalah susu lembu putih.
Lantas Dewi Uma turun ke dunia mencari susu Lembu putih. Namun sampai di tengah hutan, Dewi Uma tidak menemukan Lembu yang menyebabkan dia marah, dan mengamuk. Dewa Siwa turun ke bumi menyamar sebagai pengembala yang membawa lembu. Untuk mendapatkan susu, pengembala itu memberikan syarat agar Dewi Uma mau bersenggama dengannya. Dewi Uma pun menyetujui tawaran itu demi kesehatan Dewa Siwa.
Lanjut cerita, setelah mendapatkan susu itu, Dewi Uma menyerahkan kepada Dewa Siwa. Saat itulah Dewa Siwa bertanya, bagaimana mendapatkan susu itu. Diketahui tidak jujur, Dewa Siwa meminta Dewa Ganesha membacakan lontar wariga, lontar yang berisi tentang kejujuran. Akibatknya Dewi Uma marah dan membakar lontar tersebut. Beruntung masih bisa diselamatkan oleh Ganesha, dan akhirnya Dewi Uma dikutuk menjadi Dewi Durga.
Singkat cerita keberadaan Lembu itu diberikan anugerah agar dihormati, dalam wujud Barong Lembu, yang diharapkan bisa menetralisasir segala sifat negatif di dunia ini. “Dalam ngelawang ini, filosofinya ada, tetuweknya sarat dengan nilai-nilai. Hal ini wajib untuk dipentaskan,” ucapnya. Agar mendukung sarat dengan filosofi, maka cerita yang ditampilkan diiringi oleh gamelan baleganjur dan diformat dalam bentuk dolanan anak-anak. Hasilnya, pertunjukan menjadi atraktif dengan kelincahan dan senda gurau anak-anak dalam membawakan cerita di atas pentas.
“Jadi dikisahkan anak-anak bermain sekaligus mendengarkan cerita dari seorang anak yang membawa buku dengan kisah asal usul Barong Lembu. Kita garap dengan konsep dolanan, isian barong dalam cerita, selain barong lelawangan,” ungkapnya. Pertunjukkan ini mendapat antusias luar biasa dari penonton. Ribuan penonton terkesima dengan penampilan Barong Landung untuk pertama kalinya. Apalagi anak-anak yang tengah menonton bersama orang tuanya, tak hentinya tertawa melihat kelucuan teman sebayanya di atas panggung. Kendati hujan gerimis mewarnai pertunjukkan kemarin, tak lantas membuat penonton enggan meninggalkan areal pertunjukan. 7 i
Komentar