nusabali

Selingkuhan Dibantai karena Tidak Mau Diajak Putus Asmara

  • www.nusabali.com-selingkuhan-dibantai-karena-tidak-mau-diajak-putus-asmara

Tersangka I Nengah Parna sempat mengancam akan bunuh tersangka II, Wayan Suarsana, dan pacarnya jika tidak mau bantu menghabisi nyawa korban Ni Ketut Dania.

Rekonstruksi Pembunuhan Dagang Buah Digelar di 5 TKP, Tersangka Peragakan 66 Adegan

TABANAN, NusaBali
Jajaran Polres Tabanan gelar rekonstruksi kasus pembunuhan terhadap Ni Ketut Dania, 45, dagang buah asal Desa/Kecamatan Baturiti yang diduga dibantai selingkuhannya, di lima lokasi TKP berbeda, Selasa (28/6). Terungkap, tersangka I Nengah Parna, 47, nekat membunuh korban Ketut Dania, karena tidak mau diajak putus cinta terlarang.

Proses rekonstruksi pembunuhan dagang buah oleh selingkuhannya, Selasa kemarin, berlangsung sekitar 3,5 jam mulai pagi pukul 10.00 Wita hingga siang pukul 13.30 Wita. Dua (2) dari 5 TKP rekontruksi kemarin masing-masing di tempat kos tersangka 1, Nengah Parna, dan tempat kos tersangka II, Wayan Suarsana, keduanya berlokasi di Banjar Candi Kuning I, Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan.

Sedangkan tiga TKP berikutnya masing-masing di lokasi pembuangan mayat korban Ketut Dania di jalan raya kawasan Desa Bangli (Kecamatan Baturiti), di Mapolsek Baturiti, dan tempat pembuangan barang bukti di tikungan Pura Dukuh (di Banjar Wanagiri, Desa Pakraman Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng). Dalam rekonstruksi tersebut, tersangka memerankan 66 adegan.

Rekonstruksi diawali di rumah kos tersangka II Wayan Suarsana, yang berjarak hanya 30 meter sebelah barat tempat kos terangka I Nengah Parna. Adegan bermula ketika tersangka Nengah Parna mendatangi Wayan Suarsana, Minggu (12/6) sore sekitar pukul 17.00 Wita. Parna mengutarakan niat jahatnya untuk menghabisi selingkuhannya, korban Ketut Dania. Suarsana sempat menolak ikut terlibat, dengan alasan tidak berani. Namun, Parna mengancam akan bunuh Suarsana dan pacarnya.

Karena diancam, Suarsana akhirnya menganggukkan kepala tanda setuju. Parna menjanjikan bagi hasil penjualan mobil Pick Up DK 9681 JH usai membunuh korban. Dalam pertemuan itu, Parna belum memberitahukan kapan akan mengeksekusi mati selingkuhannya. Setelah Suarsana setuju, Parna balik pulang ke kosnya.

Dua hari kemudian, Selasa (14/6), Parna kembali mendatangi Suarsana yang saat itu bersama pacarnya yang sakit panas. Parna memanggil Suarsana agar keluar dari kamar. Selanjutnya, Suarsana yang berasal dari Banjar Puncak Landep, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng mengikuti Parna ke rumahnya. Sebelum berangkat, Suarsana sempat mengambil batu bata merah di halaman rumah untuk dibawa ke rumah Parna.

Nah, di rumah Parna, mereka membahas rencana menghabisi nyawa korban Ketut Dania. Malam itu sekitar pukul 19.30 Wita, korban Ketit Dania datang bersama anak angkatnya, Agus Gunawan, 5, ke rumah terangka Parna, dengan mengendarai motor Mio. Korban parkir motor barunya yang tanpa plat di pojok garase. Saat itu, Suarsana langsung keluar dari kamar dan pulang. Suarsana sempat bertegur sapa dengan korban.

Setelah Suarsana pergi, terjadi ketegangan antara korban Ketut Dania dan selingkuhannya, Nengah Parna. Saat itu, bocah Agus Gunawan masih duduk di atas motor. Korban tidak terima karena Parna tak jawab teleponnya.Korban pun menanyakan HP-nya yang dipakai Parna. Dan, Parna langsung ambil HP tersebut dan menyerahkannya kepada korban. Selanjutnya, korban Ketut Dania mengambil anaknya di atas motor, lalu masuk kamar tidur selingkuhan yang notabene sopirnya itu. Sedangkan Parna ke kamar mandi untuk cuci pakaian.

Saat Parna mencuci pakaian di kamar mandi sebelah barat kamar tidurnya itu, korban Ketut Dania main HP sambil menunggui anaknya yang tidur, pintu kamar ditutup dari dalam. Usai mencuci pakaian, Parna masih sempat bersih-bersih di beranda rumah, Selasa malam pukul 22.00 Wita. Setelah itu, Parna jalan kaki ke kos Suarsana. “Mai ba Yan (Ke sini Yan, sekarang saatnya, Red),” ujar Parna. Mereka lantas menuju tempat kos Parna dan sepakat menghabisi korban.

Setiba di TKP pembunuhan di rumah kos Parna, Suarsana menuju mobil Pick Up DK 9681 JH untuk sembunyi. Sedangkan Parna menuju kamar tidur yang ditempati korban dan anaknya. Dia berusaha membuka pintu kamar tidur yang dikunci dari dalam, dengan menggoyang-goyangkan pegangan pintu. Setelah itu, korban Ketut Dania keluar kamar, berdiri di tengah-tengah pintu dan langsung menampar wajah Parna dua kali.

Ditampar, Parna mundur selangkah, tapi korban memburu dan menendang kakinya. Kemudian, korban menarik kerah baju selingkuhannya itu dengan kedua tangan. Tersangka Parna pun membalas dengan menjambak rambut bagian belakang korban menggunakan tangan kanan, sementara tangan kirinya membekap mulut dan hidung perempuan bersuami berusia 45 tahun ini.

Parna kemudian menyudutkan korban ke tembok kamar, lalu memutar kepala selingkuhannya ke arah kanan selama 3 menit. Korban pun lunglai. Sementara anak angkat korban, Agus Gunawan, tak tahu kalau ibunya disiksa karena tertidur lelap. Setelah korban tumbang, Parna panggil Suarsana dan suruh ambil batu bata buat dipukulkan ke wajahnya. Bukan hanya itu, Parna juga ikut menghantamkan batu bata ke wajah korban, disusul dengan memukulkan paving.

Pembantaian malam itu benar-benar sadis, karena tersangka Parna juga membacok kepala belakang korban dengan obeng. Guna memastikan selingkuhannya sudah tewas, Parna mengambil kabel gulung di atas almari dan memotongnya dengan gunting. Lalu, kabel berisi setrum itu dipakai menyetrum pelipis korban dan ternyata korbannya sudah tewas.

Setelah semuanya beres, mayat korban dipinddahkan. Mayat korban yang semula mengenakan baju kebaya dan kamben sehabis tangkil ke pura, diganti tersangka dengan jaket bulu warna merah muda dan celana jeans biru panjang sebetis. Selanjutnya, Rabu (15/6) dinihari pukul 01.00 Wita, mayat korban besrta motor Mio barunya diangkut menggunakan mobil Pick Up.

Semula, mayat korban hendak dibuang di Jalur Utama Denpasar-Singaraja kawasan Banjar Pacung, Desa/Kecamatan Baturiti. Namun, tempat pembuangan mayat dialihkan ke Desa Bangli, Kecamatan Baturiti. Anak korban, Agus Gunawan, yang masih terlelap juga dibawa tersangka naik mobil Pick Up.

Seuasai buang mayat korban di jalan raya sebelah Timur Puskesmas Pembantu Baturiti, tersangka mengajak bocah Agus Gunawan ke rumah Wayan Sunarsa, 24, anak kandung korban Ketut Dania dari pernikahan pertamanya dengan I Wayan Degdeg di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti. “Tersangka Nengah Parna kemudian menuju tempat kosan anaknya, I Kadek Restu Adi, di kawasan Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung,” ungkap Kapolsek Baturiti, Kompol I Gede Surya Atmaja.

Sedangkan Kapolres Tabanan, AKBP Putu Putera Sadana, menyatakan rekonstruksi ini dige-lar agar kasus pembunuhan dagang buah oleh selingkuhannya semakin benderang. Apalagi, tersangka sempat mengaburkan perbuatannya seolah-olah korban tewas kecelakaan lalulintas tunggal, di mana mayatnya sengaja ditindih dengan motor Mio dalam kondisi mesin hidup. “Sekarang kasusnya sudah benderang, ditambah hasil otopsi. tersangka kita jerat Pasal 340 sub 338 KUHP Jo 55 ayat 1 ke 1 KUHP dengan ancaman hukuman mati,” tandas Kapolres Putera Sadana.

Sementara itu, tersangka Nengah Parna mengaku nekat menghabisi selingkuhannya, Ketut Dania, karena perempuan bersuami tersebut tidak mau diajak mengakhiri hubungan asmara terlarang. Parna mengaku selingkuh dengan Ketut Dania sejak 4 tahun lalu, setelah istrinya meninggal. Namun, hubungan asmara itu sering diwarnai keributan, karena korban pencemburu. “Kami sudah pacaran sejak 4 tahun lalu. Dia (korban) tak mau diajak putus,” ungkap Parna di sela-sela rekonstruksi, Selasa kemarin. Hanya saja, Parna tak bisa bercerita banyak, arena dia harus melakoni 66 adegan rekoentruksi.

Parna yang jadi sopir sekaligus selingkuhan ketut Dania, mengaku sudah menduda setelah istrinya meninggal, 4 tahun lalu. Dari perkawinannya itu, Parna memiliki dua anak, laku-perempuan. Anak lelakinya sudah kawin dan tinggal di kawasan Desa Dalung. “Saya punya anak dua, laki dan perempuan,” jelas pembunuh asal Banjar Karma, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini. 7 k21

Komentar