Lokasi Tenget, Pemancing Sering Cium Bau Busuk, Harum dan Aroma Gorengan
Dua Pemancing Dihantam Ombak di Tanah Lot Belum Ditemukan
Sesuai petunjuk setelah nunasang ke orang pintar (balian) disarankan keluarga kembali menghaturkan pakelem alit, karena korban dikatakan masih diikat oleh Ratu Nyoman Segara.
TABANAN, NusaBali
Pencarian terhadap hilangnya dua pemancing I Gede Ketut Artika, 58, dan I Wayan Sumiarta, 43, pasca sehari hilang karena dihantam gelombang tinggi, Selasa (3/9) dinihari hingga, Rabu (4/9) kemarin belum membuahkan hasil. Meskipun sudah dilakukan penyisiran menggunakan Jet Sky belum ada tanda-tanda dua pemancing tersebut ditemukan. Bahkan pihak keluarga juga sudah ngaturang pakelem bebek dan ayam hitam di lokasi, yakni di selatan Pura Enjung Galuh kawasan objek wisata Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan.
Kasat Pol Air Polres Tabanan, Iptu Ngurah Bagus Astawa seijin Kapolres Tabanan AKBP I Made Sinar Subawa, mengatakan dua pemancing yang dihantam ombak tinggi belum ditemukan. Setidaknya 65 anggota personel gabungan terdiri dari Basarnas 10, BPBD Tabanan 10 orang, Ditpol Air Polda Bali 10 orang, Satpol Air Polres Tabanan 8, RAPI 12 orang, Life Guard Tanah Lot 12 dan masyarakat ikut dalam melakukan pencarian. "Masih nihil," ujarnya, Rabu kemarin.
Dikatakannya, proses pencarian ke tengah laut hanya menggunakan dua unit Jet Sky milik Basarnas Bali. Itupun memulai start dari Pos Balawista Munggu, Kabupaten Badung kemudian menyusuri hingga ke Pantai Yeh Gangga, Kecamatan Tabanan. Ini karena kawasan di Tanah Lot pantainya berbatu dan berkarang sangat sulit melakukan pendaratan. "Rubber boat juga tidak bisa berfungsi, ombak tinggi berkali-kali coba rubber boat hampir terbalik," beber Iptu Astawa.
Meskipun demikian, pihaknya bersama tim gabungan tetap akan berupaya menemukan kedua korban. Saat malam hari pencarian dengan menggunakan Jet Sky dihentikan, namun pemantauan tetap akan dilakukan dengan melibatkan masyarakat. "Kami juga memonitor sampai ke Pantai Soka, Kecamatan Selemadeg untuk memantau di pesisir pantai," katanya. Sementara itu keluarga korban Wayan Sumiarta kembali mengaturkan pakelem di lokasi kejadian lengkap dengan bebek hitam. Sebab sesuai petunjuk setelah nunasang ke orang pintar (balian) disarankan kembali menghaturkan pakelem alit, karena korban Wayan Sumiarta dikatakan masih diikat oleh Ratu Nyoman Segara.
"Kemarin (Selasa) kami sudah haturkan pakelem bebek hitam dan ayam hitam lengkap dengan pis bolong sekarang kembali diminta. Total sudah 3 kali menghaturkan pakelem," ujar keluarga korban, Ni Ketut Rimun yang ditemui di kawasan objek wisata Tanah Lot.
Dia menuturkan keluarga menghaturkan pakelem sekitar pukul 14.30 Wita. Pakelem yang dihaturkan tergolong upakara alit. "Sekarang upakaranya alit yang kemarin (Selasa) baru besar," imbuhnya. Istri korban, Kadek Putri Sri Dewi, mengatakan musibah yang menimpa sang suami mengejutkan. Sebab tidak ada firasat apapun yang dirasakan sebelum Wayan Sumiarta pergi memancing.
"Tidak ada firasat apapun yang saya rasakan biasa saja, karena suami saya hampir setiap hari memancing," tuturnya sembari mengusap matanya yang telah sembab usai menangis.
Dituturkan, suaminya tersebut pergi mancing, Senin (2/9) malam sekitar pukul 21.30 Wita. Memang sempat dilarang memancing karena rahina Kajeng Kliwon. Hanya saja Wayan Sumiarta mengaku akan melihat situasi ombak jika besar akan pulang. "Suami saya juga bilang akan pulang memancing sebelum pukul 00.00 Wita, mengingat besoknya akan pergi ngayah di banjar," jelas Dewi sembari mengatakan sang suami bekerja di Nirwana Bali Resort (NBR) sebagai driver dan cook.
Akan tetapi malam itu Dewi mendengar kabar jika suaminya jatuh. Dewi berusaha menghubungi telepon sang suami, namun tidak ada jawaban, termasuk menghubungi rekan sesama pemancing tetap tidak ada yang mengangkat teleponnya. "Akhirnya malam itu saya ke sini, dikatakan suami saya jatuh dan hilang ke laut," bebernya. Dengan hilangnya sang suami Dewi berharap segera bisa ditemukan. "Mudah-mudahan cepat ketemu," ujarnya.
Di sisi lain lokasi kejadian tepat di belakang Pura Enjung Galuh memang tenget. Informasi dari pemancing dan warga sekitar sering mencium bau gorengan, bau busuk dan bau harum. Bau gorengan dimaksud mirip bau daging babi segar yang sudah digoreng.
Bahkan selain itu sering terdengar anak kecil bersorak-sorak memukul sesuatu. Biasanya pemancing dan warga yang mencium aneka bau tersebut saat hari-hari tertentu. Makanya jika akan pergi ke areal tersebut diminta membawa permen. "Harus bawa permen untuk dihaturkan," ujar sumber yang enggan dikorankan namanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, korban I Gede Ketut Artika yang seorang pemangku merajan asal Batan Poh, Desa Pandak Gede dan Wayan Sumiarta asal Banjar Batan Buah, Desa Beraban, Kecamatan Kediri dihantam ombak saat mancing di sebelah selatan Pura Enjung Galuh, kawasan Objek Wisata Tanah Lot, Selasa (3/9) pukul 00.00 Wita. Korban Wayan Sumiarta saat jatuh dari tebing sempat terlihat, namun karena terjangan ombak tinggi mereka langsung hilang. *des
Kasat Pol Air Polres Tabanan, Iptu Ngurah Bagus Astawa seijin Kapolres Tabanan AKBP I Made Sinar Subawa, mengatakan dua pemancing yang dihantam ombak tinggi belum ditemukan. Setidaknya 65 anggota personel gabungan terdiri dari Basarnas 10, BPBD Tabanan 10 orang, Ditpol Air Polda Bali 10 orang, Satpol Air Polres Tabanan 8, RAPI 12 orang, Life Guard Tanah Lot 12 dan masyarakat ikut dalam melakukan pencarian. "Masih nihil," ujarnya, Rabu kemarin.
Dikatakannya, proses pencarian ke tengah laut hanya menggunakan dua unit Jet Sky milik Basarnas Bali. Itupun memulai start dari Pos Balawista Munggu, Kabupaten Badung kemudian menyusuri hingga ke Pantai Yeh Gangga, Kecamatan Tabanan. Ini karena kawasan di Tanah Lot pantainya berbatu dan berkarang sangat sulit melakukan pendaratan. "Rubber boat juga tidak bisa berfungsi, ombak tinggi berkali-kali coba rubber boat hampir terbalik," beber Iptu Astawa.
Meskipun demikian, pihaknya bersama tim gabungan tetap akan berupaya menemukan kedua korban. Saat malam hari pencarian dengan menggunakan Jet Sky dihentikan, namun pemantauan tetap akan dilakukan dengan melibatkan masyarakat. "Kami juga memonitor sampai ke Pantai Soka, Kecamatan Selemadeg untuk memantau di pesisir pantai," katanya. Sementara itu keluarga korban Wayan Sumiarta kembali mengaturkan pakelem di lokasi kejadian lengkap dengan bebek hitam. Sebab sesuai petunjuk setelah nunasang ke orang pintar (balian) disarankan kembali menghaturkan pakelem alit, karena korban Wayan Sumiarta dikatakan masih diikat oleh Ratu Nyoman Segara.
"Kemarin (Selasa) kami sudah haturkan pakelem bebek hitam dan ayam hitam lengkap dengan pis bolong sekarang kembali diminta. Total sudah 3 kali menghaturkan pakelem," ujar keluarga korban, Ni Ketut Rimun yang ditemui di kawasan objek wisata Tanah Lot.
Dia menuturkan keluarga menghaturkan pakelem sekitar pukul 14.30 Wita. Pakelem yang dihaturkan tergolong upakara alit. "Sekarang upakaranya alit yang kemarin (Selasa) baru besar," imbuhnya. Istri korban, Kadek Putri Sri Dewi, mengatakan musibah yang menimpa sang suami mengejutkan. Sebab tidak ada firasat apapun yang dirasakan sebelum Wayan Sumiarta pergi memancing.
"Tidak ada firasat apapun yang saya rasakan biasa saja, karena suami saya hampir setiap hari memancing," tuturnya sembari mengusap matanya yang telah sembab usai menangis.
Dituturkan, suaminya tersebut pergi mancing, Senin (2/9) malam sekitar pukul 21.30 Wita. Memang sempat dilarang memancing karena rahina Kajeng Kliwon. Hanya saja Wayan Sumiarta mengaku akan melihat situasi ombak jika besar akan pulang. "Suami saya juga bilang akan pulang memancing sebelum pukul 00.00 Wita, mengingat besoknya akan pergi ngayah di banjar," jelas Dewi sembari mengatakan sang suami bekerja di Nirwana Bali Resort (NBR) sebagai driver dan cook.
Akan tetapi malam itu Dewi mendengar kabar jika suaminya jatuh. Dewi berusaha menghubungi telepon sang suami, namun tidak ada jawaban, termasuk menghubungi rekan sesama pemancing tetap tidak ada yang mengangkat teleponnya. "Akhirnya malam itu saya ke sini, dikatakan suami saya jatuh dan hilang ke laut," bebernya. Dengan hilangnya sang suami Dewi berharap segera bisa ditemukan. "Mudah-mudahan cepat ketemu," ujarnya.
Di sisi lain lokasi kejadian tepat di belakang Pura Enjung Galuh memang tenget. Informasi dari pemancing dan warga sekitar sering mencium bau gorengan, bau busuk dan bau harum. Bau gorengan dimaksud mirip bau daging babi segar yang sudah digoreng.
Bahkan selain itu sering terdengar anak kecil bersorak-sorak memukul sesuatu. Biasanya pemancing dan warga yang mencium aneka bau tersebut saat hari-hari tertentu. Makanya jika akan pergi ke areal tersebut diminta membawa permen. "Harus bawa permen untuk dihaturkan," ujar sumber yang enggan dikorankan namanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, korban I Gede Ketut Artika yang seorang pemangku merajan asal Batan Poh, Desa Pandak Gede dan Wayan Sumiarta asal Banjar Batan Buah, Desa Beraban, Kecamatan Kediri dihantam ombak saat mancing di sebelah selatan Pura Enjung Galuh, kawasan Objek Wisata Tanah Lot, Selasa (3/9) pukul 00.00 Wita. Korban Wayan Sumiarta saat jatuh dari tebing sempat terlihat, namun karena terjangan ombak tinggi mereka langsung hilang. *des
Komentar