Pemisahan Bayi Kembar Siam Belum Bisa Dilakukan
Kondisi Jantung Menyatu, Ada Lubang di Bilik Jantung yang Buat Saling Berhubungan
Pasca dua bulan dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar, bayi kembar siam (dempet) pasangan I Kadek Redita, 24, dan Ni Putu Ayu Sumadi, 18, pasutri asal Dusun Kajanan, Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng masih belum bisa dilakukan pemisahan.
DENPASAR, NusaBali
Pasalnya, saat pemeriksaan angiografi (pemeriksaan pembuluh darah), ditemukan masing-masing jantung bayi kembar siam ini masih menyatu dan saling berhubungan. Sehingga pemisahan, utamanya pemisahan jantung masih memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dan matang.
“Sudah dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Dari hasil pemeriksaan angiografi, jantungnya masing-masing bayi punya namun menyatu. Jantungnya seperti saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Itu yang harus kita diskusikan lebih lanjut dengan tim Surabaya (RS Soetomo, red) mengingat jantung adalah organ yang sangat vital,” ujar Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD, Rabu (4/9).
Kondisi jantung dijelaskan lebih lanjut oleh dokter Penanggung Jawab Pasien sekaligus Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak RSUP Sanglah, dr I Wayan Dharma Artana SpA (K), masing-masing memiliki bilik dan serambi jantung. Namun antara bilik jantung yang satu dengan bilik jantung yang lain ada lubang, sehingga saling berhubungan. “Masing-masing punya bilik dan serambi jantung, tapi otot jantungnya menyatu. Kemudian dari bilik satu dengan bilik yang lain, berhubungan lagi, karena ada lubang. Jadi aliran darahnya nyampur di situ,” jelas dr Artana.
Dijelaskan pula, selain jantung, masing-masing memiliki organ hati namun juga menyatu. Sedangkan organ pencernaan masing-masing memiliki dan terpisah. Kondisi hingga saat ini, kata dr Artana, kondisi bayi kembar siam yang dirawat di ruang NICU dalam keadaan stabil. Berat badan terakhir seberat 5,190 kg. Saat ini keduanya minum sudah on demand, artinya sudah dibebaskan dan tidak ditakar lagi. Tetapi untuk menjaga kondisinya, jika dilihat perhitungan kalori yang dibutuhkan, bayi kembar siam ini minimal 50 cc per 3 jam.
“Seberapa adiknya mau kita berikan, tetapi untuk menjaga kondisinya perhitungan kalori kedua adik ini minimal 50 cc per 3 jam. Tapi kalau dia minta lebih kita lebih, minumnya ASI kalau kurang ditambah susu bayi. Infus sudah dilepas dan sudah tidak memakai bantuan oksigen lagi,” terang dr Artana.
Sementara itu, untuk penanganan selanjutnya tim RSUP Sanglah akan menyusun laporan medis dan segera dikirimkan ke tim medis RS Soetomo, Surabaya. Pihak RSUP Sanglah berharap laporan medis ini bisa direspon dengan cepat sehingga bisa dilakukan penanganan terhadap bayi kembar siam ini. “Jadi problem kami adalah masalah jantung sebenarnya yang paling berat. Kalau hati bisa kita lakukan sebenarnya (pemisahan, red) karena tidak terlalu sulit. Tapi yang sulit ini kan jantungnya, karena jantung kan memompa peredaran ke seluruh tubuh. Ini yang perlu kami lakukan konsultasi dengan tim yang lebih berpengalaman,” kata dr Sudartana.
“Bila perlu beliau (tim medis RS Soetomo, red) yang datang ke sini melihat bayinya langsung, dan diskusi dengan kami. Harapan kami bisa dikerjakan di RSUP Sanglah dengan mendatangkan tim yang sudah berpengalaman. Kami akan mengecek dan konsultasi sarana apa saja yang diperlukan. Kalau memang di RSUP Sanglah ada sesuatu yang kurang, mungkin kita bisa minta bantuan alat dari Surabaya,” tandas dr Sudartana, sembari mengatakan jika diterbangkan ke Surabaya perlu memperhatikan kondisi psikologis kedua orangtuanya. *ind
“Sudah dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Dari hasil pemeriksaan angiografi, jantungnya masing-masing bayi punya namun menyatu. Jantungnya seperti saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Itu yang harus kita diskusikan lebih lanjut dengan tim Surabaya (RS Soetomo, red) mengingat jantung adalah organ yang sangat vital,” ujar Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD, Rabu (4/9).
Kondisi jantung dijelaskan lebih lanjut oleh dokter Penanggung Jawab Pasien sekaligus Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak RSUP Sanglah, dr I Wayan Dharma Artana SpA (K), masing-masing memiliki bilik dan serambi jantung. Namun antara bilik jantung yang satu dengan bilik jantung yang lain ada lubang, sehingga saling berhubungan. “Masing-masing punya bilik dan serambi jantung, tapi otot jantungnya menyatu. Kemudian dari bilik satu dengan bilik yang lain, berhubungan lagi, karena ada lubang. Jadi aliran darahnya nyampur di situ,” jelas dr Artana.
Dijelaskan pula, selain jantung, masing-masing memiliki organ hati namun juga menyatu. Sedangkan organ pencernaan masing-masing memiliki dan terpisah. Kondisi hingga saat ini, kata dr Artana, kondisi bayi kembar siam yang dirawat di ruang NICU dalam keadaan stabil. Berat badan terakhir seberat 5,190 kg. Saat ini keduanya minum sudah on demand, artinya sudah dibebaskan dan tidak ditakar lagi. Tetapi untuk menjaga kondisinya, jika dilihat perhitungan kalori yang dibutuhkan, bayi kembar siam ini minimal 50 cc per 3 jam.
“Seberapa adiknya mau kita berikan, tetapi untuk menjaga kondisinya perhitungan kalori kedua adik ini minimal 50 cc per 3 jam. Tapi kalau dia minta lebih kita lebih, minumnya ASI kalau kurang ditambah susu bayi. Infus sudah dilepas dan sudah tidak memakai bantuan oksigen lagi,” terang dr Artana.
Sementara itu, untuk penanganan selanjutnya tim RSUP Sanglah akan menyusun laporan medis dan segera dikirimkan ke tim medis RS Soetomo, Surabaya. Pihak RSUP Sanglah berharap laporan medis ini bisa direspon dengan cepat sehingga bisa dilakukan penanganan terhadap bayi kembar siam ini. “Jadi problem kami adalah masalah jantung sebenarnya yang paling berat. Kalau hati bisa kita lakukan sebenarnya (pemisahan, red) karena tidak terlalu sulit. Tapi yang sulit ini kan jantungnya, karena jantung kan memompa peredaran ke seluruh tubuh. Ini yang perlu kami lakukan konsultasi dengan tim yang lebih berpengalaman,” kata dr Sudartana.
“Bila perlu beliau (tim medis RS Soetomo, red) yang datang ke sini melihat bayinya langsung, dan diskusi dengan kami. Harapan kami bisa dikerjakan di RSUP Sanglah dengan mendatangkan tim yang sudah berpengalaman. Kami akan mengecek dan konsultasi sarana apa saja yang diperlukan. Kalau memang di RSUP Sanglah ada sesuatu yang kurang, mungkin kita bisa minta bantuan alat dari Surabaya,” tandas dr Sudartana, sembari mengatakan jika diterbangkan ke Surabaya perlu memperhatikan kondisi psikologis kedua orangtuanya. *ind
1
Komentar