Sudah Tertangani, Suami Pasien Minta Maaf
Kejadian keluarga pasien, I Made Sueca, 54, yang sempat mencak-mencak di UGD RSU Negara, Senin (2/9) malam, lantaran merasa kecewa terhadap pihak RSU yang tidak langsung memberikan tindakan kepada menantunya, Ni Komang S, 23, yang tengah hamil dengan bayi yang telah meninggal dunia di dalam kandungan, dipastikan sudah mendapat penanganan, Selasa (3/9).
NEGARA, NusaBali
Suami Ni Komang S, I Komang AM, 24, mewakili ayahnya I Made Sueca, juga sudah minta maaf kepada pihak RSU Negara.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Medik RSU Negara dr I Gede Ambara Putra saat jumpa pers di ruang rapat RSU Negara, Rabu (4/9) siang. Menurutnya, pascakejadian mertua pasien yang sempat mencak-mencak pada Senin malam itu, si pasien bersama suaminya kembali datang untuk menjalani pemeriksaan di poliklinik, Selasa (3/9), sesuai arahan yang diberikan petugas medis di UGD.
“Kemarin (Selasa) pasien sudah datang kembali. Tetapi mertuanya tidak ikut. Kemungkinan dia tidak ikut karena setelah marah-marah, dia sempat periksa di salah satu rumah sakit swasta, dan penjelasannya sama. Bahkan, waktu periksa ke rumah sakit swasta itu dia bayar. Sedangkan waktu datang ke sini, dan sempat kami lakukan pemeriksaan di UGD, yang bersangkutan sama sekali tidak dipungut biaya,” ujarnya.
Dalam menangani si pasien tersebut, sempat diberikan obat perangsang untuk kelahiran janinnya yang sebelumnya memang sudah dipastikan meninggal dunia di dalam kandungan. Setelah ada kontraksi, barulah dilakukan penanganan, dan janin dengan perkiraan usia 6 bulan yang merupakan anak kedua dari pasangan suami istri (pasutri), I Komang AM dengan Ni Komang S, itu berhasil dilahirkan secara normal. “Lahirnya pada Selasa malam. Setelah memastikan kondisi si ibu telah membaik, pagi tadi (kemarin) sudah kami izinkan pulang,” ucap Ambara.
Saat menghadapi kasus janin bayi meninggal di dalam kandungan, kata Ambara, sebenarnya bisa saja dilakukan tindakan operasi caesar. Namun tindakan operasi untuk mengeluarkan secara paksa janin bayi yang sudah meninggal dunia, tersebut bukan menjadi pilihan utama. “Kalau caesar juga banyak risiko. Bisa terjadi pendarahan, belum lagi luka bekas operasi. Makanya, karena pasien yang bersangkutan tidak gawat darurat, tidak kami lakukan operasi. Kecuali waktu datang sudah gawat darurat, ya mau tidak mau harus operasi,” ungkapnya.
Menurutnya, sebelum pasien Ni Komang S diizinkan pulang Rabu pagi kemarin, dirinya sempat menemui I Komang AM. Saat bertemu untuk menanyakan pelayanan di RSU Negara, I Komang AM sangat berterima kasih dan minta maaf atas tindakan ayahnya.
“Dia pribadi mengaku malu. Apalagi sampai viral begitu. Dia juga bilang kalau bapaknya memang temperamental. Saat mencak-mencak di UGD, dia mengaku sudah berusaha menenangkan ayahnya. Sebenarnya, anaknya sudah mengerti waktu mendapat penjelasan di UGD,” ujar Ambara.
Sementara Direktur RSU Negara dr I Gusti Bagus Ketut Oka Parwata, mengatakan adanya tudingan pihak RSU Negara sengaja menelantarkan pasien, dipastikan sangat tidak benar. Meskipun demikian, dirinya yang baru menjabat enam bulan selaku direktur di RS plat merah, ini akan berusaha memperbaiki pelayanan. Petugas hendaknya selalu bersikap ramah saat menghadapi berbagai karakter pasien. “Kami wajibkan melayani harus senyum dan harus ramah. Jangan sampai membentak-bentak. Untuk perbaikan SDM, sudah terus kami tekankan,” tandasnya.
Karena itu, lanjut Oka Parwata, pihaknya sangat berharap masyarakat dapat bersama-sama membangun citra positif terhadap RS plat merah ini. Ketika ada masalah, pihaknya telah menyediakan layanan pengaduan secara langsung kepada petugas jaga ataupun melalui call center RSU Negara. Selain, itu juga bisa disampaikan pengaduan lewat kotak saran. Ketika ada petugas medis yang tidak ramah dalam memberikan pelayanan, pihaknya mengimbau masyarakat untuk mengadukan tindakan petugas medis tersebut, dan pasti akan ditindaklanjuti.
“Kami ingin membangun pelayanan yang terbaik di RSU pemerintah ini. Kalau ada petugas yang tidak cocok di pelayanan, pasti akan kami pindahkan. Sebelumnya, juga sudah kami lakukan itu. Karena tahu ada salah satu petugas yang tidak melayani dengan baik, kami berikan pembinaan, dan kami pindah ke tempat yang terisolasi. Di sini kami ada 570 pegawai, dan kami perlu peran serta masyarakat,” ujar Oka Parwata, asal Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, ini. *ode
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Medik RSU Negara dr I Gede Ambara Putra saat jumpa pers di ruang rapat RSU Negara, Rabu (4/9) siang. Menurutnya, pascakejadian mertua pasien yang sempat mencak-mencak pada Senin malam itu, si pasien bersama suaminya kembali datang untuk menjalani pemeriksaan di poliklinik, Selasa (3/9), sesuai arahan yang diberikan petugas medis di UGD.
“Kemarin (Selasa) pasien sudah datang kembali. Tetapi mertuanya tidak ikut. Kemungkinan dia tidak ikut karena setelah marah-marah, dia sempat periksa di salah satu rumah sakit swasta, dan penjelasannya sama. Bahkan, waktu periksa ke rumah sakit swasta itu dia bayar. Sedangkan waktu datang ke sini, dan sempat kami lakukan pemeriksaan di UGD, yang bersangkutan sama sekali tidak dipungut biaya,” ujarnya.
Dalam menangani si pasien tersebut, sempat diberikan obat perangsang untuk kelahiran janinnya yang sebelumnya memang sudah dipastikan meninggal dunia di dalam kandungan. Setelah ada kontraksi, barulah dilakukan penanganan, dan janin dengan perkiraan usia 6 bulan yang merupakan anak kedua dari pasangan suami istri (pasutri), I Komang AM dengan Ni Komang S, itu berhasil dilahirkan secara normal. “Lahirnya pada Selasa malam. Setelah memastikan kondisi si ibu telah membaik, pagi tadi (kemarin) sudah kami izinkan pulang,” ucap Ambara.
Saat menghadapi kasus janin bayi meninggal di dalam kandungan, kata Ambara, sebenarnya bisa saja dilakukan tindakan operasi caesar. Namun tindakan operasi untuk mengeluarkan secara paksa janin bayi yang sudah meninggal dunia, tersebut bukan menjadi pilihan utama. “Kalau caesar juga banyak risiko. Bisa terjadi pendarahan, belum lagi luka bekas operasi. Makanya, karena pasien yang bersangkutan tidak gawat darurat, tidak kami lakukan operasi. Kecuali waktu datang sudah gawat darurat, ya mau tidak mau harus operasi,” ungkapnya.
Menurutnya, sebelum pasien Ni Komang S diizinkan pulang Rabu pagi kemarin, dirinya sempat menemui I Komang AM. Saat bertemu untuk menanyakan pelayanan di RSU Negara, I Komang AM sangat berterima kasih dan minta maaf atas tindakan ayahnya.
“Dia pribadi mengaku malu. Apalagi sampai viral begitu. Dia juga bilang kalau bapaknya memang temperamental. Saat mencak-mencak di UGD, dia mengaku sudah berusaha menenangkan ayahnya. Sebenarnya, anaknya sudah mengerti waktu mendapat penjelasan di UGD,” ujar Ambara.
Sementara Direktur RSU Negara dr I Gusti Bagus Ketut Oka Parwata, mengatakan adanya tudingan pihak RSU Negara sengaja menelantarkan pasien, dipastikan sangat tidak benar. Meskipun demikian, dirinya yang baru menjabat enam bulan selaku direktur di RS plat merah, ini akan berusaha memperbaiki pelayanan. Petugas hendaknya selalu bersikap ramah saat menghadapi berbagai karakter pasien. “Kami wajibkan melayani harus senyum dan harus ramah. Jangan sampai membentak-bentak. Untuk perbaikan SDM, sudah terus kami tekankan,” tandasnya.
Karena itu, lanjut Oka Parwata, pihaknya sangat berharap masyarakat dapat bersama-sama membangun citra positif terhadap RS plat merah ini. Ketika ada masalah, pihaknya telah menyediakan layanan pengaduan secara langsung kepada petugas jaga ataupun melalui call center RSU Negara. Selain, itu juga bisa disampaikan pengaduan lewat kotak saran. Ketika ada petugas medis yang tidak ramah dalam memberikan pelayanan, pihaknya mengimbau masyarakat untuk mengadukan tindakan petugas medis tersebut, dan pasti akan ditindaklanjuti.
“Kami ingin membangun pelayanan yang terbaik di RSU pemerintah ini. Kalau ada petugas yang tidak cocok di pelayanan, pasti akan kami pindahkan. Sebelumnya, juga sudah kami lakukan itu. Karena tahu ada salah satu petugas yang tidak melayani dengan baik, kami berikan pembinaan, dan kami pindah ke tempat yang terisolasi. Di sini kami ada 570 pegawai, dan kami perlu peran serta masyarakat,” ujar Oka Parwata, asal Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, ini. *ode
Komentar