Dorong Ekspor, Bali Butuh Petani Milenial
Bali membutuhkan banyak petani milenial untuk menggenjot ekspor produk pertanian dan perkebunan.
DENPASAR, NusaBali
Karena cara berpikir atau mind set petani milenial berbeda dengan petani konvensional. Di antaranya orientasi pasar dan penguasaan teknologi informasi atau IT. Ciri petani milenial adalah melek teknologi informasi dan nilai tambah produk seperti ekspor menjadi orientasi.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (PTPHP) I Wayan Sunarta, mengatakan Kamis (5/9). “Karena itulah, salah satu pembinaan dari pemerintah, mendorong lebih banyak lahirnya petani mileneal,” ucap Sunarta.
Secara awam, petani mileneal adalah petani usia muda di bawah 40 tahun usianya. Tetapi esensinya tidak demikian. Petani milenial yang dimaksud adalah petani yang punya orientasi produktivitas dan ekspansi pasar atau ekspor dan aktif serta menguasai teknologi informasi komunikasi dalam era digitalisasi.
“Karena itu usia tidak selalu menjadi patokan,” ujar Sunarta, pejabat asal Bongkasa, Badung ini. Muda usia, namun mind set-nya tetap konvensional, tentu tidak termasuk kategori petani milenial. Sebaliknya, meski sudah berumur, namun orientasinya luas , paham dan aktif dalam IT, tentu tergolong petani milenial.
Sunarta tidak menyebutkan, berapa persisnya jumlah petani yang masuk kategori petani milenial di Bali. “Jumlahnya sudah cukup banyak, sampai ratusan,” ujarnya. Umumnya mereka adalah pegiat produk pertanian jenis hortikultura dan produk turunannya.
Faktor petani milenial itulah, kata Sunarta, akan berpengaruh secara tak langsung terhadap peningkatan produk atau komoditas ekspor Bali. Alasannya, mereka paham kondisi pasar (luar negeri), syarat-syarat seperti kebun yang teregistrasi misalnya. “Dari beberapa negara, kebun yang teregistrasi menjadi syarat ekspor,” ujarnya. *k17
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (PTPHP) I Wayan Sunarta, mengatakan Kamis (5/9). “Karena itulah, salah satu pembinaan dari pemerintah, mendorong lebih banyak lahirnya petani mileneal,” ucap Sunarta.
Secara awam, petani mileneal adalah petani usia muda di bawah 40 tahun usianya. Tetapi esensinya tidak demikian. Petani milenial yang dimaksud adalah petani yang punya orientasi produktivitas dan ekspansi pasar atau ekspor dan aktif serta menguasai teknologi informasi komunikasi dalam era digitalisasi.
“Karena itu usia tidak selalu menjadi patokan,” ujar Sunarta, pejabat asal Bongkasa, Badung ini. Muda usia, namun mind set-nya tetap konvensional, tentu tidak termasuk kategori petani milenial. Sebaliknya, meski sudah berumur, namun orientasinya luas , paham dan aktif dalam IT, tentu tergolong petani milenial.
Sunarta tidak menyebutkan, berapa persisnya jumlah petani yang masuk kategori petani milenial di Bali. “Jumlahnya sudah cukup banyak, sampai ratusan,” ujarnya. Umumnya mereka adalah pegiat produk pertanian jenis hortikultura dan produk turunannya.
Faktor petani milenial itulah, kata Sunarta, akan berpengaruh secara tak langsung terhadap peningkatan produk atau komoditas ekspor Bali. Alasannya, mereka paham kondisi pasar (luar negeri), syarat-syarat seperti kebun yang teregistrasi misalnya. “Dari beberapa negara, kebun yang teregistrasi menjadi syarat ekspor,” ujarnya. *k17
1
Komentar