Desa Adat Kerobokan Gelar Prosesi Melasti lan Segara Kertih
Serangkaian Karya Agung di Pura Dang Kahyangan Petitenget
Sebelum upacara puncak yang dilaksanakan pada Buda Wage Merakih, Rabu (11/9) mendatang, ribuan krama Desa Adat Kerobokan menggelar upacara pemelastian dan segara kertih di Pantai Petitenget pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (5/9).
MANGUPURA, NusaBali
Upacara tersebut dilakukan untuk membersihkan alam serta sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta.
Mangku Gede Pura Dang Kahyangan Petitenget Jro Mangku I Made Windra, mengatakan rangkaian kegiatan sudah berlangsung sejak 15 Agustus 2019 lalu dan saat ini adalah melasti. Kegiatan melasti ini dilakukan dua kali tedun ring beji dan mangkin ring segara untuk masuci.
“Makna dari masuci dan upacara segara kertih ini adalah untuk menyucikan alam ini, karena kita akan menggelar karya agung serta mengucapkan terima kasih kepada Ida Bhatara Baruna karena telah memberikan kemakmuran selama ini,” ujarnya.
Jro Mangku I Made Windra mengatakan, dalam prosesi tawur di upacara melasti menggunakan sarana dulang kerbau, kambing, dan babi. Sementara, untuk sarana pakelem dalam upacara segara kertih sarana upacaranya menggunakan kerbau, banteng, dan kambing. “Upacara ini dipuput oleh tiga sulinggih Siwa lan Buda, dan nanti kegiatan keseluruhan dari awal hingga puncak acara dipuput oleh 16 sulinggih,” paparnya.
Hal senada dikemukakan Pamucuk Karya I Gusti Ngurah Putra. Menurutnya, prosesi melasti ini adalah bagian dari prosesi sebelum kegiatan puncak. “Melasti ini juga dimaknai sebagai prosesi pembersihan diri sekala niskala dan buana agung lan buana alit. Setelah prosesi nganyut, nanti kita nunas tirta ring segara,” katanya.
“Usai pamelastian, kami juga akan melaksanakan upacara tawur serangkaian upacara ngenteg linggih. Kegiatan tawur balik sumpah utama ini akan dilaksanakan pada Minggu, 8 September 2019 mendatang,” ungkapnya.
Sementara Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja mengatakan, Pura Dang Kahyangan Petitenget ini disungsung oleh 50 banjar adat dan sudah bersatu dalam melaksanakan karya agung ini hingga selesai. Pihaknya berharap serangkaian kegiatan bisa terlaksana dengan lancar tanpa ada halangan.
“Kami juga berterima kasih kepada Pemkab Badung serta sejumlah komponen yang ikut membantu jalannya upacara segera kertih ini,” ucapnya.
Sutarja menambahkan, dengan kegiatan upacara segara kertih ini pihaknya sebagai krama Desa Adat Kerobokan sudah menjalankan apa yang dimandatkan serta diprogramkan Pemkab Badung dan Pemprov Bali. “Kami juga berharap generasi berikutnya bisa melaksanakan upacara ini di masa mendatang,” harapnya. *asa
Mangku Gede Pura Dang Kahyangan Petitenget Jro Mangku I Made Windra, mengatakan rangkaian kegiatan sudah berlangsung sejak 15 Agustus 2019 lalu dan saat ini adalah melasti. Kegiatan melasti ini dilakukan dua kali tedun ring beji dan mangkin ring segara untuk masuci.
“Makna dari masuci dan upacara segara kertih ini adalah untuk menyucikan alam ini, karena kita akan menggelar karya agung serta mengucapkan terima kasih kepada Ida Bhatara Baruna karena telah memberikan kemakmuran selama ini,” ujarnya.
Jro Mangku I Made Windra mengatakan, dalam prosesi tawur di upacara melasti menggunakan sarana dulang kerbau, kambing, dan babi. Sementara, untuk sarana pakelem dalam upacara segara kertih sarana upacaranya menggunakan kerbau, banteng, dan kambing. “Upacara ini dipuput oleh tiga sulinggih Siwa lan Buda, dan nanti kegiatan keseluruhan dari awal hingga puncak acara dipuput oleh 16 sulinggih,” paparnya.
Hal senada dikemukakan Pamucuk Karya I Gusti Ngurah Putra. Menurutnya, prosesi melasti ini adalah bagian dari prosesi sebelum kegiatan puncak. “Melasti ini juga dimaknai sebagai prosesi pembersihan diri sekala niskala dan buana agung lan buana alit. Setelah prosesi nganyut, nanti kita nunas tirta ring segara,” katanya.
“Usai pamelastian, kami juga akan melaksanakan upacara tawur serangkaian upacara ngenteg linggih. Kegiatan tawur balik sumpah utama ini akan dilaksanakan pada Minggu, 8 September 2019 mendatang,” ungkapnya.
Sementara Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja mengatakan, Pura Dang Kahyangan Petitenget ini disungsung oleh 50 banjar adat dan sudah bersatu dalam melaksanakan karya agung ini hingga selesai. Pihaknya berharap serangkaian kegiatan bisa terlaksana dengan lancar tanpa ada halangan.
“Kami juga berterima kasih kepada Pemkab Badung serta sejumlah komponen yang ikut membantu jalannya upacara segera kertih ini,” ucapnya.
Sutarja menambahkan, dengan kegiatan upacara segara kertih ini pihaknya sebagai krama Desa Adat Kerobokan sudah menjalankan apa yang dimandatkan serta diprogramkan Pemkab Badung dan Pemprov Bali. “Kami juga berharap generasi berikutnya bisa melaksanakan upacara ini di masa mendatang,” harapnya. *asa
1
Komentar