Ini Dia Unggulan dan Prioritas Ekonomi Kreatif Indonesia
Industri fashion, seni kriya dan kuliner jadi unggulan. Namun yang menjadi prioritas ekonomi kreatif adalah musik, film dan game aplikasi.
MANGUPURA, NusaBali.com
Indonesia memiliki total 16 fokus subsektor industri untuk dikembangkan melalui ekonomi kreatif. Demikian ditegaskan oleh Direktur Hubungan Antarlembaga Luar Negeri Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), K Candra Negara di sela-sela ASEAN Regional Workshop on Creative Economy di Couryard by Marriot Bali Nusa Dua, Badung, 4-5 September 2019.
Adapun di antara 16 subsektor ini, terdapat 3 subsektor unggulan dan 3 subsektor prioritas. Perbedaan kedua kategori subsektor ini, kata K Candra Negara, terdapat pada telah berkembang tidaknya sektor tersebut. Industri yang termasuk kategori subsektor unggulan, merupakan sektor industri yang telah berkembang dan merupakan tiga sektor utama dengan pemasukan terbesar.
“Ketiga subsektor unggulan ini yaitu sektor industri fashion, seni kriya, dan kuliner. Kenapa kita sebut unggulan, karena mereka sudah berkembang. Yang bisa dilakukan oleh pemerintah, yaitu, mendorong sektor ini agar lebih berkembang lagi,” ujar K Candra Negara.
Sementara itu, sektor prioritas adalah sektor yang memiliki potensi besar namun belum berkembang sehingga diperlukan atensi lebih lanjut dari pemerintah. “Nah ada 3 sektor prioritas, yang potensinya besar sekali, multiplyer effect-nya besar sekali, tapi belum berkembang.”
Diakui belum banyak perhatian pemerintah di bidang subsektor itu, yaitu musik, film, dan game aplikasi. “Anak-anak muda itu kan bikin game, bikin aplikasi, itu nilainya besar, lho. Masalahnya, kita seringkali punya masalah di akses permodalan dan lain sebagainya, nah pemerintah turun di situ. Bukan untuk memberikan modal, tapi memfasilitasi supaya mereka cepat dapat modal. Misal, dengan cara mempertemukan antara pelaku ekonomi dengan calon investor,” lanjutnya.
Selain keenam subsektor tersebut, ada 10 subsektor lainnya meliputi subsektor arsitektur, desain interior, desain produk, desain komunikasi visual, televisi dan radio, fotografi, publikasi buku, periklanan, seni rupa, dan seni pertunjukan. Meskipun bukan merupakan sektor unggulan dan prioritas, 10 subsektor ini masih merupakan subsektor yang akan dikembangkan agar menjadi komoditas ekonomi kreatif Indonesia. “Adanya subsektor unggulan dan subsektor prioritas ini bukan berarti kami tidak akan memperhatikan yang lain. Kami tetap akan mendukung kesepuluh subsektor ini,” urai K Candra Negara.
K Candra Negara pun menguraui data bahwa tingkat ekonomi kreatif Indonesia telah menyumbang sebanyak 7,44% dari total perekonomian negara pada tahun 2018. Angka ini ditunjang oleh beberapa faktor, yaitu dengan adanya 17 juta pekerja kreatif (creative worker) di tahun 2017, ekspor Indonesia di bidang kreatif ekonomi yang mencapai angka 20,50 miliar dollar AS pada 2017, dan didukung juga dengan adanya empat unicorn yang beroperasi di Indonesia, antara lain yaitu Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.
Kendati demikian, diharapkan angka ini akan terus bertambah dengan adanya kerjasama di bidang ekonomi kreatif dengan negara kawasan ASEAN melalui ajang ASEAN Regional Workshop on Creative Economy. Forum ini tak hanya membahas soal strategi pengembangan ekonomi kreatif, namun juga menelaah beragam potensi dari masing-masing negara di kawasan ASEAN. Potensi-potensi ini meliputi potensi seni budaya, potensi sejarah, potensi seni kriya dan beragam potensi lainnya di negara-negara tersebut. Beragam potensi ini disampaikan oleh delegasi masing-masing negara yang hadir dalam workshop kali ini, dengan harapan agar terbentuknya kerja sama antar negara-negara ASEAN untuk mengembangkan beragam potensi ini. *yl
1
Komentar