Masyarakat Harus Bersiap Sambut Ekonomi Kreatif
Masalah teknologi bukan hanya masalah ketersediaan infrastruktur, namun juga kesiapan masyarakat.
MANGUPURA, NusaBali.com
Gencarnya revolusi industri 4.0 secara global menuntut tiap negara untuk bersiap menghadapi arus perekonomian yang kuat. Maka dari itu, setiap negara harus mengetahui potensi apa saja yang bisa dikembangkan di negaranya masing-masing, yang nantinya tidak hanya untuk memajukan ekonomi negara, namun juga mensejahterakan para pelaku ekonomi dan masayrakat pada umumnya.
ASEAN Regional Workshop on Creative Economy yang digelar 4-5 September 2019 di Courtyard by Marriot Nusa Dua Bali telah membahas beragam potensi yang bisa dikembangkan oleh tiap negara melalui ekonomi kreatif. Namun sebelum membahas strategi atau langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam upaya pengembangan kerja sama pengembangan ekonomi kreatif di negara kawasan ASEAN, hari kedua ASEAN Regional Workshop on Creative Economy pada Kamis (5/9/2019) juga turut membahas beragam faktor yang harus diperhitungkan dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Inilah yang menjadi sorotan Dr. Dina Dellyana, MBA., Apt., CBAP., dosen pengajar bisnis dan manajemen di Institut Teknologi Bandung yang menjadi salah satu pembicara di hari kedua acara yang diselenggarakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ini. Dalam kesempatan kali ini, Dina Dellyana menyampaikan beragam permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku industri kreatif. Tak hanya faktor finansial, namun kesiapan teknologi pada msayrakat, pendidikan, dan faktor infrastruktur yang mencakup infrastruktur teknologi dan infrastruktur fisik juga turut mempengaruhi keberlangsungan industri kreatif.
Dina Dellyana menyatakan, bahwa kelengkapan infrastruktur teknologi juga harus dibarengi dengan kesiapan masyarakat dalam menerima dan menggunakan teknologi tersebut, “Jadi sebelum membangun teknologi itu justru kita harus menyiapkan kesiapan dari manusianya itu sendiri. Apakah mereka bisa menggunakan teknologi tersebut, dan memang apakah ada kebutuhannya juga. karena percuma saja jika teknologi sudah disiapkan kemudian ternyata masyarakat belum bisa menggunakannya sesuai kebutuhan,” demikian kata Dina Dellyana.
Adapun infrastruktur teknologi yang dimaksud ini bukan hanya terbatas pada teknologi digital, namun juga mencakup teknologi terapan yang mana dapat mempermudah dalam proses produksi. Dalam hal ini, faktor lain yang juga perlu diperhitungkan apakah adanya kebutuhan pada teknologi terapan tersebut.
“Misalnya dalam membatik, misalnya dia (pelaku usaha) menggunakan peralatan yang modernized sehingga dia dapat mempersingkat proses yang tadinya 8 step menjadi 4 step misalkan, nah itu kan teknologi juga. Tapi kalau dirasa masih belum butuh dan memang mengutamakan craftsmanship, ya tidak perlu,” papar Dina Dellyana.
Kesiapan masyarakat dalam penggunaan infrastruktur teknologi inilah yang perlu untuk ditanamkan melalui pendidikan pada masyarakat, sehingga nantinya masyarakat dapat menyadari kebutuhannya dalam menjadi pelaku usaha kreatif. Selain melalui pendidikan formal, teknologi informasi juga diharapkan membantu masyarakat dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.
“Inilah perlunya akses informasi untuk ditingkatkan. Sekarang ini informasi itu cepat sekali beredar, dan jumlahnya pun banyak. Saking banyaknya, kadang masayarakat itu kewalahan. Sekarang bagaimana para players ini menyaring informasi mana yang perlu diketahui dan dibutuhkan,” jelas Dina Dellyana. *yl
Komentar