Mampu Mengubah Sampah Plastik Jadi Lukisan Wajah Super Wah
Made Agus Janardana, Pegiat Lingkungan dari Bungkulan yang Dirikan Yayasan Sahabat Bumi Bali
Sketsa lukis Wajah Plastik karya Made Agus Janardana laris manis di kalangan pejabat, termasuk dipesan oleh Gubernur Wayan Koster, Wagub Cok Ace, hingga Walikota IB Rai Dharmawijaya Mantra
DENPASAR, NusaBali
Jangan remehkan hal-hal kecil. Sampah plastik mungkin hal yang kecil, tapi jika diremehkan, akan jadi marabahaya. Sebaliknya, jika dihargai, sampah plastik justru akan menjadi mahakarya. Inilah yang diyakini Made Agus Janardana, 29, dosen dari Unhi Denpasar dan Poltek Ganesha Guru Singaraja, dalam menyulap sampah plastik menjadi lukisan kreatif nan inovatif.
Dengan keyakinannya itu, Made Agus Janardana yang dikenal sebagai sosok peduli lingkungan berhasil membuat Lukisan Wajah Plastik dengan memadukan teknologi dan lingkungan. Gagasan besar tersebut pun langsung didaftarkan hak ciptanya oleh pria inovatif asal Banjar Ancak, Desa Bung-kulan, Kecamatan Sawan, Buleleng ini ke Kementerian Hukum dan Ham (Ke-menkum HAM) RI, Januari 2019 lalu. Sampai sekarang, memang baru Agus Janardana yang memiliki hasil karya seperti ini di Indonesia.
“Saya basicnya desain grafis, dari dulu memang peduli lingkungan. Bersama sahabat Praja dan Bakti, kami akhirnya membuat Yayasan Sahabat Bumi Bali tahun 2016. Praja adalah spesialis ecobrick batubata ramah lingkungan, sementara Bakti spesialis lagu dan puisi. Lewat ketiga cara ini, kami mencoba untuk berbuat sesuatu terhadap lingkungan,” ungkap Agus Janardana saat ditemui NusaBali dalam acara Pameran Kebersihan Kota Denpasar ‘Gara-gara Sampah’ di depan Museum Bali, Denpasar, Jumat (30/8) lalu.
Menurut Aus Janardana, dirinya menemukan warna-warna yang kuat justru pada plastik kemasan. Karena terbiasa bermain warna dalam desain grafis, terpikirlah untuk memanfaatkan plastik kemasan sekali pakai ini ditransfer ke bentuk lukisan. Meskipun sudah menemukan ide dan membentuk desain, ternyata tidak langsung jadi. Agus Janardana musti belajar sabar untuk memadu-padankan warna-warna dari sampah plastik kemasan.
“Saya mulai ada ide ini tahun 2017. Tapi, saat itu tidak langsung menemukan formulanya. Akhirnya, saya utak-atik hingga tahu bagaimana polanya, baik desain maupun penempelan plastiknya. Saya baru share ke publik awal tahun 2019,” terang pria kelahiran 23 Januari 1990 yang lulusan S1 Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja dan S2 Ilmu Komputer Undiksha Singaraja ini.
Untuk mengumpulkan sampah plastik, Agus Janardana tidak perlu mencari jauh-jauh sampai ke bank sampah. Pertama, dia hanya mengumpulkan sampah plastik dari rumah tangga yang dia hasilkan setiap hari. Kedua, Agus Janardana juga bekerjasama dengan warung-warung di sekitar tempat tinggalnya dan sekaligus mengedukasi mereka agar tidak membakar, apalagi membuang sampah secara sembarangan.
“Saya ini pegiat lingkungan, kadang-kadang prihatin juga. Banyak teman saya dari bank sampah, tapi mereka nggak mau nerima sampah kemasan. Saya sedih sekali. Padahal, yang banyak beredar itu adalah sampah plastik kemasan sekali pakai,” sesal Agus Janardana.
Dia mengakui, untuk membuat karya seni seperti lukisan dari sampah plastik, tidaklah mudah. Dari sisi desain, harus memiliki disiplin ilmu warna gelap terang, filosofi warna, serta menguasai teknik desain. Sedangkan dari sisi penempelan, diperlukan kesabaran tingkat tinggi.
“Kalau nggak sabaran, belum apa-apa bisa pecah duluan sketsanya. Sebab, ini bermainnya sangat detail, sampai bagian terkecil pun kita potong detail. Untuk sketsa wajah perorangan, paling lama butuh waktu 5 jam. Tapi, kalau kerjanya keroyokan, lebih cepat selesai,” cerita ayah dua anak dari pernikahannya dengan Kadek Citrayani Dewi ini.
Salah satu karya Agus Janardana yang dijadikan masterpiece berjudul ‘Potret Bali’, yang dilukiskan sebagai seorang penari Legong nan cantik. Karya masterpiece ini menang kontes sebagai ‘Best Content Message’ di Plactic Waste Artwork Installastion Competition, yang diselenggarakan oleh WWF Indonesia Bali di ITDC Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Lukisan berjudul ‘Potret Bali’ ini dilukiskan sebagai seorang penari Legong nan cantik. Namun, cantik yang tergambar justru dengan raut wajah menangis dan marah. Sang penari tidak bisa berkata apa melihat kondisi Bali saat ini. Nah, lewat potongan-potongan sampah plastik kemasan, Agus Janardana kemudian bertutur agar pesan lukisan tersebut bisa tersampaikan.
Pada bagian pakaian penari Legong, Agus Janardana menaruh pesan bahwa budaya Bali saat ini terkesan hanya dijadikan pajangan (itu dimulai tahun 2000). Pada bagian wajah, ada simbol menangis dan bibir dibekap seolah ber-tutur tidak mampu berkata apa-apa. Sedangkan bagian kepala sang penari dipenuhi dengan simbol-simbol teknologi dan pembangunan, seperti media sosial, gadget, dan lainnya. Si penari seperti terpenjara teknologi dan pembangunan yang merajalela, sedangkan Tuhan dikesampingkan.
“Bebarapa motif dari sampah plastik ternyata memberikan nilai tersendiri. Asyiknya membuat wajah plastik ini, ya ada kata-kata original dari sampah plastik kemasan yang bisa kita temukan dan jadikan pesan di lukisan,” tambahnya.
Hasil karya Agus Janardana banyak juga yang mengkritisi, termasuk kalangan seniman senior. Mereka mengkritik mengapa gambar Presiden atau Pancasila menggunakan sampah plastik? Agus Janardana pun dengan bijak menanggapi kritikan tersebut.
“Saya edukasi, kalau dilihat dari sudut pandang demikian, memang benar ini sampah. Tapi, dari sudut pandang yang lain, ini adalah sebuah karya seni. Justru lebih jelas kita bisa lihat makna Pancasila dari warna-warna plastik ini,” tandas Agus Janardana.
Di sisi lain, lukisan Wajah Plastik karya Agus Janardana juga mengundang perhatian kalangan pejabat, akademisi, dan profesional di Bali. Bahkan, Gubernur Bali Wayan Koster tertarik ketika Agus Janardana melukis gambar dirinya. Gubernur Koster pun langsung membeli lukisan tersebut seharga Rp 1,5 juta.
Bukan hanya itu, Gubernur Koster juga memesan lukisan bergambar istrinya, Ni Putu Putri Suastini. Demikian pula Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, tak ketinggalan membeli lukisan Wajah Plastik bergambar dirinya karya Agus Janardana seharga Rp 2 juta. Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, yang membuka Pameran Kebersihan Kota Denpasar ‘Gara-gara Sampah’, juga membeli lukisan sketsa dirinya seharga Rp 750.000. Menurut Agus Janardana, jika dihitung secara kasar, dalam sebulan rata-rata ada 10 pesanan sketsa wajah yang diterimanya. Dia juga sudah menjual lukisan Wajah Plastik ke tiga negara Eropa, yakni Belanda, Prancis, dan Islandia. “Bahkan, Mr Vincent dari Amsterdam membeli karya saya seharga 600 Euro atau setara Rp 10 juta. Ada juga seorang ustadz dari Surabaya minta dibuatkan lukisan wajah. Nggak nyangka, sampah plastik bisa jadi berkah,” tutur Agus Janardana sembari menyebut harga lukisan wajah ukuran 12 R adalah Rp 500.000.
Agus Janardana sendiri saat ini aktif ikut dalam berbagai pameran yang bertema lingkungan. Tujuannya, untuk memperkenalkan hasil karyanya yang mungkin di mata orang hanya berkontribusi kecil untuk pengurangan sampah, namun memiliki nilai edukasi yang tinggi. *ind
Dengan keyakinannya itu, Made Agus Janardana yang dikenal sebagai sosok peduli lingkungan berhasil membuat Lukisan Wajah Plastik dengan memadukan teknologi dan lingkungan. Gagasan besar tersebut pun langsung didaftarkan hak ciptanya oleh pria inovatif asal Banjar Ancak, Desa Bung-kulan, Kecamatan Sawan, Buleleng ini ke Kementerian Hukum dan Ham (Ke-menkum HAM) RI, Januari 2019 lalu. Sampai sekarang, memang baru Agus Janardana yang memiliki hasil karya seperti ini di Indonesia.
“Saya basicnya desain grafis, dari dulu memang peduli lingkungan. Bersama sahabat Praja dan Bakti, kami akhirnya membuat Yayasan Sahabat Bumi Bali tahun 2016. Praja adalah spesialis ecobrick batubata ramah lingkungan, sementara Bakti spesialis lagu dan puisi. Lewat ketiga cara ini, kami mencoba untuk berbuat sesuatu terhadap lingkungan,” ungkap Agus Janardana saat ditemui NusaBali dalam acara Pameran Kebersihan Kota Denpasar ‘Gara-gara Sampah’ di depan Museum Bali, Denpasar, Jumat (30/8) lalu.
Menurut Aus Janardana, dirinya menemukan warna-warna yang kuat justru pada plastik kemasan. Karena terbiasa bermain warna dalam desain grafis, terpikirlah untuk memanfaatkan plastik kemasan sekali pakai ini ditransfer ke bentuk lukisan. Meskipun sudah menemukan ide dan membentuk desain, ternyata tidak langsung jadi. Agus Janardana musti belajar sabar untuk memadu-padankan warna-warna dari sampah plastik kemasan.
“Saya mulai ada ide ini tahun 2017. Tapi, saat itu tidak langsung menemukan formulanya. Akhirnya, saya utak-atik hingga tahu bagaimana polanya, baik desain maupun penempelan plastiknya. Saya baru share ke publik awal tahun 2019,” terang pria kelahiran 23 Januari 1990 yang lulusan S1 Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja dan S2 Ilmu Komputer Undiksha Singaraja ini.
Untuk mengumpulkan sampah plastik, Agus Janardana tidak perlu mencari jauh-jauh sampai ke bank sampah. Pertama, dia hanya mengumpulkan sampah plastik dari rumah tangga yang dia hasilkan setiap hari. Kedua, Agus Janardana juga bekerjasama dengan warung-warung di sekitar tempat tinggalnya dan sekaligus mengedukasi mereka agar tidak membakar, apalagi membuang sampah secara sembarangan.
“Saya ini pegiat lingkungan, kadang-kadang prihatin juga. Banyak teman saya dari bank sampah, tapi mereka nggak mau nerima sampah kemasan. Saya sedih sekali. Padahal, yang banyak beredar itu adalah sampah plastik kemasan sekali pakai,” sesal Agus Janardana.
Dia mengakui, untuk membuat karya seni seperti lukisan dari sampah plastik, tidaklah mudah. Dari sisi desain, harus memiliki disiplin ilmu warna gelap terang, filosofi warna, serta menguasai teknik desain. Sedangkan dari sisi penempelan, diperlukan kesabaran tingkat tinggi.
“Kalau nggak sabaran, belum apa-apa bisa pecah duluan sketsanya. Sebab, ini bermainnya sangat detail, sampai bagian terkecil pun kita potong detail. Untuk sketsa wajah perorangan, paling lama butuh waktu 5 jam. Tapi, kalau kerjanya keroyokan, lebih cepat selesai,” cerita ayah dua anak dari pernikahannya dengan Kadek Citrayani Dewi ini.
Salah satu karya Agus Janardana yang dijadikan masterpiece berjudul ‘Potret Bali’, yang dilukiskan sebagai seorang penari Legong nan cantik. Karya masterpiece ini menang kontes sebagai ‘Best Content Message’ di Plactic Waste Artwork Installastion Competition, yang diselenggarakan oleh WWF Indonesia Bali di ITDC Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Lukisan berjudul ‘Potret Bali’ ini dilukiskan sebagai seorang penari Legong nan cantik. Namun, cantik yang tergambar justru dengan raut wajah menangis dan marah. Sang penari tidak bisa berkata apa melihat kondisi Bali saat ini. Nah, lewat potongan-potongan sampah plastik kemasan, Agus Janardana kemudian bertutur agar pesan lukisan tersebut bisa tersampaikan.
Pada bagian pakaian penari Legong, Agus Janardana menaruh pesan bahwa budaya Bali saat ini terkesan hanya dijadikan pajangan (itu dimulai tahun 2000). Pada bagian wajah, ada simbol menangis dan bibir dibekap seolah ber-tutur tidak mampu berkata apa-apa. Sedangkan bagian kepala sang penari dipenuhi dengan simbol-simbol teknologi dan pembangunan, seperti media sosial, gadget, dan lainnya. Si penari seperti terpenjara teknologi dan pembangunan yang merajalela, sedangkan Tuhan dikesampingkan.
“Bebarapa motif dari sampah plastik ternyata memberikan nilai tersendiri. Asyiknya membuat wajah plastik ini, ya ada kata-kata original dari sampah plastik kemasan yang bisa kita temukan dan jadikan pesan di lukisan,” tambahnya.
Hasil karya Agus Janardana banyak juga yang mengkritisi, termasuk kalangan seniman senior. Mereka mengkritik mengapa gambar Presiden atau Pancasila menggunakan sampah plastik? Agus Janardana pun dengan bijak menanggapi kritikan tersebut.
“Saya edukasi, kalau dilihat dari sudut pandang demikian, memang benar ini sampah. Tapi, dari sudut pandang yang lain, ini adalah sebuah karya seni. Justru lebih jelas kita bisa lihat makna Pancasila dari warna-warna plastik ini,” tandas Agus Janardana.
Di sisi lain, lukisan Wajah Plastik karya Agus Janardana juga mengundang perhatian kalangan pejabat, akademisi, dan profesional di Bali. Bahkan, Gubernur Bali Wayan Koster tertarik ketika Agus Janardana melukis gambar dirinya. Gubernur Koster pun langsung membeli lukisan tersebut seharga Rp 1,5 juta.
Bukan hanya itu, Gubernur Koster juga memesan lukisan bergambar istrinya, Ni Putu Putri Suastini. Demikian pula Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, tak ketinggalan membeli lukisan Wajah Plastik bergambar dirinya karya Agus Janardana seharga Rp 2 juta. Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, yang membuka Pameran Kebersihan Kota Denpasar ‘Gara-gara Sampah’, juga membeli lukisan sketsa dirinya seharga Rp 750.000. Menurut Agus Janardana, jika dihitung secara kasar, dalam sebulan rata-rata ada 10 pesanan sketsa wajah yang diterimanya. Dia juga sudah menjual lukisan Wajah Plastik ke tiga negara Eropa, yakni Belanda, Prancis, dan Islandia. “Bahkan, Mr Vincent dari Amsterdam membeli karya saya seharga 600 Euro atau setara Rp 10 juta. Ada juga seorang ustadz dari Surabaya minta dibuatkan lukisan wajah. Nggak nyangka, sampah plastik bisa jadi berkah,” tutur Agus Janardana sembari menyebut harga lukisan wajah ukuran 12 R adalah Rp 500.000.
Agus Janardana sendiri saat ini aktif ikut dalam berbagai pameran yang bertema lingkungan. Tujuannya, untuk memperkenalkan hasil karyanya yang mungkin di mata orang hanya berkontribusi kecil untuk pengurangan sampah, namun memiliki nilai edukasi yang tinggi. *ind
Komentar