Lahan Persawahan di Mengwi Kekeringan
Lahan persawahan mengalami kekeringan di sebagian Subak Tungkub Dalem, Desa/Kecamatan Mengwi.
MANGUPURA, NusaBali
Sebab, air dari saluran irigasi di persawahan tersebut telah mengering. Petani pun kini khawatir lahan sawah yang telah ditanami padi terancam mengalami gagal panen.
Menurut salah seorang petani, Ketut Adikarta, berkuranganya debit air sudah terjadi sejak awal Agustus 2019. Bahkan, lahan persawahan hanya teraliri air pada saat masa tanam saja. Setelah itu, perlahan debit air semakin berkurang dan kini lahan sawah tak dapat air.
Malah, hingga tanaman padi memasuki usia dua bulan, lahan sawah seluas 40 are yang digarap Ketut Adikarta tak dapat pasokan air. “Waktu tanam saja dapat air, setelah itu kering,” akunya, Jumat (6/9) kemarin.
Dia menduga penyebab kekeringan lantaran hulu saluran irigasi mengalami kerusakan, sehingga air tidak mengalir ke sawah. “Kalau di bagian selatan irigasinya sudah bagus. Bulan Agustus katanya akan ada proyek perbaikan. Tapi sampai sekarang belum ada apa-apa,” tandasnya.
Hal senada juga dirasakan petani lainnya, Men Putu Purna. Namun, dia lebih beruntung karena lahan sawahnya bersebelahan dengan Subak Beringkit, sehingga ada aliran air yang merembes. “Sawah tiang ini hanya dapat air rembesan. Makanya ada air di sawah saya,” katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Ketut Sudarsana, belum bisa dimintai komentar terkait hal ini. Sebab, pihaknya sedang ada upacara. “Langsung ke Pak Kabid yang menangani nggih,” ucapnya.
Kepala Bidang (Kabid) Prasarana, Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Nyoman Sumadi, mengakui sejumlah lahan persawahan debit airnya berkurang. Seperti di Subak Tungkub Dalem, Munduk Uma Tegal dan Munduk Dukuh, Desa/Kecamatan Mengwi. “Kurang lebih dua hektare ada mengalami kekeringan,” ungkapnya.
Disinggung apakah ini juga terkait dengan adanya kebocoran saluran irigasi, Sumadi mengaku terkait irigasi masih ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung. “Kalau masalah irigasinya, PUPR yang tahu. Namun, tyang menduga kemungkinan memang ada bocor. Kalau untuk bocor-bocor sedikit karena kepiting kan biasanya itu,” terangnya.
Namun demikian, pihaknya memastikan bila saat ini sudah disiasati pembagian air di masing-masing subak. Supaya semua dapat pasokan air. “Pakai sistem giliran. Kemungkinan seminggu sekali air yang debit lebih besar dialirkan ke irigasi lainnya agar tanaman bisa hidup,” tukasnya.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung, Anak Agung Gede Dalem, tak banyak memberikan komentar. Sebab, daerah Tungkub, Mengwi, termasuk Kekeran adalah daerah irigasi dikelola Provinsi Bali. “Setahu saya tak ada masalah. Tapi kemarau panjang ini mengakibatkan air memang sangat kecil, mungkin tak sampai ke hilir,” ucapnya. *asa
Menurut salah seorang petani, Ketut Adikarta, berkuranganya debit air sudah terjadi sejak awal Agustus 2019. Bahkan, lahan persawahan hanya teraliri air pada saat masa tanam saja. Setelah itu, perlahan debit air semakin berkurang dan kini lahan sawah tak dapat air.
Malah, hingga tanaman padi memasuki usia dua bulan, lahan sawah seluas 40 are yang digarap Ketut Adikarta tak dapat pasokan air. “Waktu tanam saja dapat air, setelah itu kering,” akunya, Jumat (6/9) kemarin.
Dia menduga penyebab kekeringan lantaran hulu saluran irigasi mengalami kerusakan, sehingga air tidak mengalir ke sawah. “Kalau di bagian selatan irigasinya sudah bagus. Bulan Agustus katanya akan ada proyek perbaikan. Tapi sampai sekarang belum ada apa-apa,” tandasnya.
Hal senada juga dirasakan petani lainnya, Men Putu Purna. Namun, dia lebih beruntung karena lahan sawahnya bersebelahan dengan Subak Beringkit, sehingga ada aliran air yang merembes. “Sawah tiang ini hanya dapat air rembesan. Makanya ada air di sawah saya,” katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Ketut Sudarsana, belum bisa dimintai komentar terkait hal ini. Sebab, pihaknya sedang ada upacara. “Langsung ke Pak Kabid yang menangani nggih,” ucapnya.
Kepala Bidang (Kabid) Prasarana, Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Nyoman Sumadi, mengakui sejumlah lahan persawahan debit airnya berkurang. Seperti di Subak Tungkub Dalem, Munduk Uma Tegal dan Munduk Dukuh, Desa/Kecamatan Mengwi. “Kurang lebih dua hektare ada mengalami kekeringan,” ungkapnya.
Disinggung apakah ini juga terkait dengan adanya kebocoran saluran irigasi, Sumadi mengaku terkait irigasi masih ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Badung. “Kalau masalah irigasinya, PUPR yang tahu. Namun, tyang menduga kemungkinan memang ada bocor. Kalau untuk bocor-bocor sedikit karena kepiting kan biasanya itu,” terangnya.
Namun demikian, pihaknya memastikan bila saat ini sudah disiasati pembagian air di masing-masing subak. Supaya semua dapat pasokan air. “Pakai sistem giliran. Kemungkinan seminggu sekali air yang debit lebih besar dialirkan ke irigasi lainnya agar tanaman bisa hidup,” tukasnya.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung, Anak Agung Gede Dalem, tak banyak memberikan komentar. Sebab, daerah Tungkub, Mengwi, termasuk Kekeran adalah daerah irigasi dikelola Provinsi Bali. “Setahu saya tak ada masalah. Tapi kemarau panjang ini mengakibatkan air memang sangat kecil, mungkin tak sampai ke hilir,” ucapnya. *asa
Komentar