KESEHATAN: Makan dengan Pelan
Makan terlalu cepat akan memicu refluks asam lambung
Komedian Korea Selatan, Jeong Jun Ha, membuktikan jika dia layak dijuluki ‘God of Eating’. Dalam sebuah program televisi Korea Selatan yang bertajuk Please Give Me A Meal, dia berhasil memakan lima mangkok mie tercepat. Hanya dalam lima detik pertama dia berhasil menghabiskan mangkok pertamanya. Tentunya, ini membuat para pemain – seperti Kang Ho Dong, Tei, Lee Kyung Kyu – yang menjadi lawannya sangat terkejut, sehingga tak bisa mengunyah makanannya sendiri.
Pria 48 tahun itu terus menghabiskan mangkuk demi mangkuk. Di setiap pergantian mangkuk, dia bahkan masih sempat meluangkan waktu untuk berbicara. Hanya dalam waktu 48 detik dia berhasil membuat habis lima mangkuk mie, tanpa tersisa. Sebenarnya, makan terlalu cepat seperti yang dilakukan Jeong Joon Ha ini bukan hal yang patut ditiru.
Ini mengingat penelitian menunjukkan cara makan terbaik adalah menikmatinya pelan-pelan, bukan melahapnya cepat-cepat. Kecepatan makan juga memengaruhi kesehatan tubuh. Makan terlalu cepat membuat berisiko mengalami gangguan pencernaan atau metabolisme. Untuk menghabiskan satu porsi makanan berat, misalnya makan siang atau makan malam, Anda membutuhkan waktu kira-kira 20 menit.
Seperti dijelaskan hellosehat, berikut risiko makan dengan tergesa-gesa:
1. Tersedak. Saat makan cepat-cepat, berisiko tersedak karena makanan belum dikunyah secara sempurna. Tersedak memang hal yang cukup umum. Namun, tak boleh menyepelekannya. Apabila makanan tersangkut di kerongkongan, saluran napas akan terhambat dan membuat tak bisa bernapas. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini bisa menyebabkan kematian.
2. Pencernaan bekerja terlalu keras. Saat makan terlalu cepat, makanan yang dikonsumsi biasanya belum dilumatkan sampai halus di mulut. Akibatnya, usus jadi harus bekerja jauh lebih keras lagi untuk melumatkan dan mencerna makanan. Jika pencernaan bekerja terlalu keras, usus pun kesulitan untuk membersihkan diri dan meregenerasi sel-sel yang membantu penyerapan nutrisi dalam tubuh. Hal ini membuat makanan tidak tercerna dan terserap tubuh dengan maksimal sehingga meninggalkan sisa-sisa zat dan racun dalam tubuh.
3. Makan terlalu banyak. Tubuh sebenarnya memiliki sistem sendiri untuk mengingatkan kalau sudah cukup makan. Sistem saraf dan hormon yang bekerja dalam saluran pencernaan akan mengirimkan sinyal pada otak, sudah kenyang. Jika makan cepat-cepat, otak belum sempat menerima peringatan dari saluran pencernaan sudah kenyang. Akibatnya, belum merasa kenyang meski sudah cukup makan. Inilah yang menyebabkan makan terlalu banyak yang akhirnya berakibat pada kenaikan berat badan.
4. Meningkatkan kadar kalori. Penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of the American Dietetic Association mengungkap mereka yang makan cepat-cepat cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori dibandingkan mereka yang makan pelan-pelan.
Dalam studi tersebut, mereka yang makan cepat-cepat juga memiliki tingkat kepuasan yang tidak setinggi ketika mereka mencoba untuk makan pelan-pelan. Jika ingin mengurangi kadar kalori atau mengurangi berat badan, mulailah makan lebih lambat dari biasanya. Selain membuat tersedak, ada bahaya lain yang mengintai kesehatan.
1. Masalah pada jantung
Makan terlalu cepat ternyata dapat menimbulkan masalah pada jantung. Bukti ini ditemukan oleh Dr Takayuki Yamaji, ahli jantung dari Hiroshima University, Jepang. Untuk mendapatkan kesimpulan ini, Yamaji meneliti lebih dari 1.000 peserta selama 5 tahun. Para peserta ini dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kecepatan makan. Mulai dari lambat, normal, hingga cepat. Hasilnya, kelompok yang makan dengan cepat memiliki risiko penyakit sindrom metabolik yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
2. Refluks asam lambung (asam lambung naik)
Makan terlalu cepat akan memicu refluks asam lambung. Ini karena makanan yang dimakan dengan cepat masuk ke lambung dalam jumlah besar. Akibatnya, asam dari lambung mengalir naik ke kerongkongan hingga menyebabkan sensasi terbakar atau perih. Jika kebiasaan ini dibiarkan terus-terusan, mengalami berbagai komplikasi seperti mulas, mual, sakit perut, dan sulit menelan.
3. Diabetes
Penelitian di Lithuania pada 2012 menemukan fakta diabetes menjadi salah satu masalah yang bisa terjadi saat makan terlalu cepat. Ketika makan terlalu cepat, cenderung sulit kenyang. Dengan begitu, tanpa sadar, akan makan dengan kalap anpa terkendali. Tak hanya itu, makan dengan cepat juga membuat adanya kenaikan glukosa dengan jumlah besar dalam satu waktu. Akibatnya, jadi rentan mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi saat sel-sel di dalam tubuh tidak merespon secara efektif terhadap hormon insulin. Akibatnya, tubuh tidak mampu mengendalikan kadar gula darah di dalam tubuh.
4. Obesitas
Ketika menelan makanan terlalu cepat, tubuh tidak dapat mengenali perasaan kenyang seperti biasanya. Akibatnya, asupan kalori menjadi lebih tinggi dari yang dibutuhkan. Sementara saat makan pelan-pelan, otak memiliki cukup waktu untuk menerima sinyal rasa kenyang. Hal ini membuat Anda berhenti makan begitu perut terasa penuh. Karena itu, jangan makan terlalu cepat karena bisa membuat obesitas. Dalam kajian lain disebutkan, kebiasaan makan juga berpengaruh pada lingkar pinggang. Sejak lama para ahli menyarankan agar mengunyah makanan pelan-pelan agar tidak makan secara berlebihan.
Menurut ajaran Ayurveda, sekolah kesehatan yang ditemukan di India sekitar 7.000 tahun lalu, makan secara perlahan dianggap penting bagi pencernaan yang sehat dan juga membantu organ pencernaan memilah komponen yang tidak diperlukan tubuh. Ada juga saran agar mengunyah makanan sampai 30 kali sebelum menelan. Disebutkan dengan mengunyah pelan bisa membantu tubuh mendapatkan nutrisi terbaik dalam makanan. Meski begitu, menurut penelitian, dari segi nutrisi sebenarnya tak ada bedanya antara mengunyah pelan-pelan dengan yang buru-buru menelan.
1. Masalah pada jantung
Makan terlalu cepat ternyata dapat menimbulkan masalah pada jantung. Bukti ini ditemukan oleh Dr Takayuki Yamaji, ahli jantung dari Hiroshima University, Jepang. Untuk mendapatkan kesimpulan ini, Yamaji meneliti lebih dari 1.000 peserta selama 5 tahun. Para peserta ini dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kecepatan makan. Mulai dari lambat, normal, hingga cepat. Hasilnya, kelompok yang makan dengan cepat memiliki risiko penyakit sindrom metabolik yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
2. Refluks asam lambung (asam lambung naik)
Makan terlalu cepat akan memicu refluks asam lambung. Ini karena makanan yang dimakan dengan cepat masuk ke lambung dalam jumlah besar. Akibatnya, asam dari lambung mengalir naik ke kerongkongan hingga menyebabkan sensasi terbakar atau perih. Jika kebiasaan ini dibiarkan terus-terusan, mengalami berbagai komplikasi seperti mulas, mual, sakit perut, dan sulit menelan.
3. Diabetes
Penelitian di Lithuania pada 2012 menemukan fakta diabetes menjadi salah satu masalah yang bisa terjadi saat makan terlalu cepat. Ketika makan terlalu cepat, cenderung sulit kenyang. Dengan begitu, tanpa sadar, akan makan dengan kalap anpa terkendali. Tak hanya itu, makan dengan cepat juga membuat adanya kenaikan glukosa dengan jumlah besar dalam satu waktu. Akibatnya, jadi rentan mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi saat sel-sel di dalam tubuh tidak merespon secara efektif terhadap hormon insulin. Akibatnya, tubuh tidak mampu mengendalikan kadar gula darah di dalam tubuh.
4. Obesitas
Ketika menelan makanan terlalu cepat, tubuh tidak dapat mengenali perasaan kenyang seperti biasanya. Akibatnya, asupan kalori menjadi lebih tinggi dari yang dibutuhkan. Sementara saat makan pelan-pelan, otak memiliki cukup waktu untuk menerima sinyal rasa kenyang. Hal ini membuat Anda berhenti makan begitu perut terasa penuh. Karena itu, jangan makan terlalu cepat karena bisa membuat obesitas. Dalam kajian lain disebutkan, kebiasaan makan juga berpengaruh pada lingkar pinggang. Sejak lama para ahli menyarankan agar mengunyah makanan pelan-pelan agar tidak makan secara berlebihan.
Menurut ajaran Ayurveda, sekolah kesehatan yang ditemukan di India sekitar 7.000 tahun lalu, makan secara perlahan dianggap penting bagi pencernaan yang sehat dan juga membantu organ pencernaan memilah komponen yang tidak diperlukan tubuh. Ada juga saran agar mengunyah makanan sampai 30 kali sebelum menelan. Disebutkan dengan mengunyah pelan bisa membantu tubuh mendapatkan nutrisi terbaik dalam makanan. Meski begitu, menurut penelitian, dari segi nutrisi sebenarnya tak ada bedanya antara mengunyah pelan-pelan dengan yang buru-buru menelan.
Sistem pencernaan dianggap sudah cukup cerdas untuk memecah makanan dan menyerap nutrisinya. Walau demikian, makan secara perlahan memang terbukti bisa mengontrol nafsu makan. Pada akhirnya berat badan pun gampang melonjak. Penelitian terbaru menyebutkan, mengunyah perlahan dapat meningkatkan jumlah kalori yang terbakar tubuh selama proses pencernaan. Angkanya sekitar 10 ekstra kalori untuk setiap 300 kalori yang diasup. Dalam sebulan, kira-kira tambahan kalori yang bisa dibakar mencapai 2000. Mengunyah dengan pelan juga meningkatkan aliran darah ke lambung dan usus.
Menurut studi yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition, orang yang obesitas cenderung mengunyah lebih sedikit. Ketika mereka menambah durasi mengunyah, ternyata kadar hormon yang terkait rasa kenyang dan kepuasan meningkat. Tindakan sederhana seperti mengunyah makanan dengan perlahan ternyata memang bisa mengendalikan nafsu makan. "Makan dengan pelan juga membantu kita makan secara sadar dan lebih peka pada sinyal kenyang dari tubuh," kata Meena Shah, profesor nutrisi dari Texas Christian University.
Penelitian selama 8 tahun juga menunjukkan, mereka yang makan dengan pelan berhasil menurunkan berat badannya lebih banyak dibanding orang yang terbiasa makan cepat-cepat. Walau begitu, cara mengunyah merupakan salah satu faktor saja yang berkontribusi pada kenaikan berat badan. Pemilihan jenis makanan dan porsi juga tak kalah pentingnya. Tapi, tak ada salahnya untuk mulai menikmati makanan yang terhidang secara perlahan-lahan. *beragamsumber
Komentar