PHDI: Beryadnya Tak Perlu Harus Mahal
PHDI Bangli meminta yadnya yang dilaksanakan krama sesuai kemampuan dan atas dasar tatwa (ajaran yang benar).
BANGLI, NusaBali
Karena yadnya yang dilaksanakan sesuai tatwa, tidaklah mesti yadnya yang besar-besaran, sehingga terkesan mahal dan jor-joran.
Ketua PHDI Bangli I Nyoman Sukra mengingatkan hal itu itu sela-sela pelaksanaan Upacara Mejaya-jaya Pengurus PHDI dan Yayasan PHDI Bangli di Pura Kehen Bukit Bangli, pada Sukra Paing Sinta, Jumat (1/7).
Dikatakan Sukra, pelaksanaan yadnya jadi terkesan mahal, karena kurang dipahaminya tatwa yadnya dengan baik. Sukra mencontohkan Upacara Ngotonan atau pawetonan yang semestinya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali, untuk mengingat kelahiran seseorang.
Kenyataannya tidak sedikit yang tidak melaksanakan otonan. Alasannya ada anggapan upacara maoton harus wah lengkap dengan babi guling. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Inti dari banten pawetonan, sederhana, tidak perlu biaya banyak. “Ini yang kurang dipahami,” ucap Sukra. Karena itulah, setiap pelaksanaan yadnya atau upacara didasarkan pada tatwa, bukan pada anggapan apalagi perasaan gengsi dikaitkan-kaitkan dengan status sosial.
Upacara Mejaya-jaya Pengurus PHDI dan Yayasan PHDI Bangli dipuput Ida Pedanda Putu Oka dari Griya Manggis, Bukit Bangli. Upacara Mejaya-jaya bertujuan memohon anugerah kepada Ida Bethara, dengan doa agar semua program bisa terlaksana sesuai harapan PHDI. “Ini kelanjutan dari pembentukan dan pergantian kepengurusan,” jelas Sukra. 7 k17
1
Komentar