Istana Sebut Bentuk Kesantunan SBY
Pidato Kontemplasi yang Ajak Rakyat Dukung Jokowi
PDIP menilai pidato kontemplasi yang diutarakan SBY menunjukkan sikap yang sejalan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
JAKARTA, NusaBali
Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengajak rakyat mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode kedua. Kantor Staf Presiden (KSP) menilai ajakan tersebut sebagai bentuk kesantunan SBY dalam berpolitik.
"Pernyataan Pak SBY itu mencerminkan dua hal. Pertama, bentuk kesantunan politik dalam kehidupan demokrasi kita yang makin matang," kata Deputi IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP, Eko Sulistyo, kepada wartawan, Selasa (10/9).
"Kedua, pernyataan itu menegaskan kembali sikap politik Partai Demokrat yang mengakui kemenangan Pak Jokowi dalam pilpres lalu sebagai presiden kedua kalinya 2019-2024," imbuhnya. Eko menyebut SBY sebagai politikus senior yang kaya akan pengalaman. Dia setuju dengan pidato kontemplasi SBY yang menyebut menjaga persatuan bangsa merupakan tantangan setiap pemimpin di Indonesia. "Tantangan persatuan bangsa sebagaimana Pak SBY sampaikan dalam pidatonya, kenyataannya memang selalu menjadi tantangan setiap pemimpin bangsa Indonesia," ucap Eko.
"Oleh karena itu, menjaga persatuan bangsa selalu menjadi mandat politik sekaligus mandat konstitusi setiap pemimpin negeri ini tak terkecuali Presiden Jokowi," sambung dia. Dalam menjawab tantangan tersebut, Eko mengatakan bahwa Presiden Jokowi telah membuat suatu kebijakan pembangunan yang berwawasan 'Indonesia Sentris'.
"Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pemerataan pembangunan untuk seluruh wilayah Indonesia serta mengurangi kesenjangan regional yang bisa menjadi sumber ketidakpuasan daerah dan disintegrasi nasional," jelasnya dilansir detik.com.
Sementara PDIP menilai pidato kontemplasi yang diutarakan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjukkan sikap yang sejalan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). PDIP menilai tidak ada pemikiran yang bertentangan antar kedua tokoh negara tersebut.
"Ini kan sikapnya baik dan saya melihat bagaimanapun ini situasi yang diinginkan Pak Jokowi. Tidak ada conficting di antara ide Pak Jokowi dengan Pak SBY," kata politikus PDIP, Eva Kusuma Sundari, Selasa kemarin. Dia pun menilai pidato SBY mengharukan karena menuangkan refleksi kehidupan Ketua Umum Partai Demokrat itu yang baru saja genap berusia 70 tahun. Eva berpendapat lewat pidato itu, SBY memberikan inspirasi tentang pembelajaran hidup.
"Saya melihat bahwa pidato Pak SBY sangat mengharukan ya, karena berisi refleksi 70 tahun, di mana dia merasa banyak pembelajaran dalam hidup dan dengan penuh disyukuri, dan menarik pembelajaran hidup 70 tahun tersebut," ujar Eva.
Menurut Eva, salah satu hal penting yang disampaikan oleh SBY adalah mengenai sisi perekonomian negara. Dalam pidatonya, SBY memang bicara soal ekonomi, khusunya tentang kemiskinan. "Ada dua hal yang ingin disampaikan pada bangsa ini dan diharapkan dapat menjadi agenda pemerintah. Saya lihat yang paling penting tentang perekonomian," ucap Eva. Diberitakan sebelumnya, SBY menyampaikan pidato kontemplasi di kediamannya di Bogor, Senin malam. Salah satu isi pidato tersebut yakni mengajak rakyat Indonesia mendukung pemerintahan Jokowi. *
"Pernyataan Pak SBY itu mencerminkan dua hal. Pertama, bentuk kesantunan politik dalam kehidupan demokrasi kita yang makin matang," kata Deputi IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP, Eko Sulistyo, kepada wartawan, Selasa (10/9).
"Kedua, pernyataan itu menegaskan kembali sikap politik Partai Demokrat yang mengakui kemenangan Pak Jokowi dalam pilpres lalu sebagai presiden kedua kalinya 2019-2024," imbuhnya. Eko menyebut SBY sebagai politikus senior yang kaya akan pengalaman. Dia setuju dengan pidato kontemplasi SBY yang menyebut menjaga persatuan bangsa merupakan tantangan setiap pemimpin di Indonesia. "Tantangan persatuan bangsa sebagaimana Pak SBY sampaikan dalam pidatonya, kenyataannya memang selalu menjadi tantangan setiap pemimpin bangsa Indonesia," ucap Eko.
"Oleh karena itu, menjaga persatuan bangsa selalu menjadi mandat politik sekaligus mandat konstitusi setiap pemimpin negeri ini tak terkecuali Presiden Jokowi," sambung dia. Dalam menjawab tantangan tersebut, Eko mengatakan bahwa Presiden Jokowi telah membuat suatu kebijakan pembangunan yang berwawasan 'Indonesia Sentris'.
"Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pemerataan pembangunan untuk seluruh wilayah Indonesia serta mengurangi kesenjangan regional yang bisa menjadi sumber ketidakpuasan daerah dan disintegrasi nasional," jelasnya dilansir detik.com.
Sementara PDIP menilai pidato kontemplasi yang diutarakan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjukkan sikap yang sejalan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). PDIP menilai tidak ada pemikiran yang bertentangan antar kedua tokoh negara tersebut.
"Ini kan sikapnya baik dan saya melihat bagaimanapun ini situasi yang diinginkan Pak Jokowi. Tidak ada conficting di antara ide Pak Jokowi dengan Pak SBY," kata politikus PDIP, Eva Kusuma Sundari, Selasa kemarin. Dia pun menilai pidato SBY mengharukan karena menuangkan refleksi kehidupan Ketua Umum Partai Demokrat itu yang baru saja genap berusia 70 tahun. Eva berpendapat lewat pidato itu, SBY memberikan inspirasi tentang pembelajaran hidup.
"Saya melihat bahwa pidato Pak SBY sangat mengharukan ya, karena berisi refleksi 70 tahun, di mana dia merasa banyak pembelajaran dalam hidup dan dengan penuh disyukuri, dan menarik pembelajaran hidup 70 tahun tersebut," ujar Eva.
Menurut Eva, salah satu hal penting yang disampaikan oleh SBY adalah mengenai sisi perekonomian negara. Dalam pidatonya, SBY memang bicara soal ekonomi, khusunya tentang kemiskinan. "Ada dua hal yang ingin disampaikan pada bangsa ini dan diharapkan dapat menjadi agenda pemerintah. Saya lihat yang paling penting tentang perekonomian," ucap Eva. Diberitakan sebelumnya, SBY menyampaikan pidato kontemplasi di kediamannya di Bogor, Senin malam. Salah satu isi pidato tersebut yakni mengajak rakyat Indonesia mendukung pemerintahan Jokowi. *
1
Komentar