Panti Lepra Rusak, Dinas Kesehatan Rencanakan Perbaikan
Bangunan Panti Ek-Leproseri Yeh Putek Dinas Sosial Provinsi Bali yang berlokasi di Banjar Bonian, Desa Antap, Selemadeg, Tabanan, semakin hancur.
TABANAN, NusaBali
Dinas Kesehatan Tabanan urunan dana untuk perbaiki rumah penampungan pasien Lepra tersebut. Melalui aksi senam Poco-poco di GOR Debes Tabanan, Jumat (6/11), Dinas Kesehatan berhasil mengumpukan dana sebesar Rp 7,4 juta.
Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr Nyoman Suratmika, mengatakan pada awal tahun 1970-an, Pemprov Bali mendirikan rumah penampungan pasien Lepra di Banjar Bonian, Desa Antap, Kecamatan Selemadeg. Jumlah penderita Lepra yang ditampung mencapai puluhan. Saat ini tinggal satu penghuni perempuan berumur 70 tahun yang menempati rumah penampungan itu. Penghuni itu sudah sembuh dari penyakitnya, namun satu kakinya buntung akibat digerogoti Lepra. “Dulu jumlah penderita di rumah itu mencapai puluhan. Tapi sekarang hanya tinggal satu penghuni dan sudah sembuh,” terang dr Suratmika.
Mengingat panti tersebut masih ada penghuninya, Dinas Kesehatan Tabanan merencanakan gulirkan program bedah rumah. “Meski nenek itu sudah sembuh dari penyakitnya, ia tidak mau pindah dari rumah penampungan itu. Kondisi panti sudah sangat mengkhawatirkan karena bocor sana sini. Kita ingin perbaiki rumah itu,” jelasnya. Program bedah rumah untuk Panti Ek-Leproseri Yeh Putek digelar serangkaian menyambut Hari Kesehatan Nasional ke-51.
Suratmika menjelaskan, penderita Lepra tidak boleh dikucilkan. “Lepra bisa diobati. Sama dengan pengobatan TBC membutuhkan waktu cukup lama untuk meminum obat. Paling cepat enam bulan paling lama 12 bulan,” paparnya. Bedanya, penyakit Lepra tidak resisten meski pasiennya putus obat. Jika tidak melakukan pengobatan hingga tuntas, Lepra bisa muncul kembali dan pasien memerlukan terapi obat lagi dari awal.
Saat ini penderita Lepra masih ditemukan di Tabanan. Rata-rata dalam satu tahun ada 4-5 kasus baru. Semuanya mendapatkan penanganan dan pengobatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tabanan tahun 2015 kini ada 5 orang penderita Lepra. Sebanyak 4 orang penderita baru dan 1 orang kambuh. Serta di tahun 2014 ada penderita sebanyak 4 orang.
Sementara menurut warga sekitar, panti khusus buat penderita Lepra ini sudah lama tak terurus. Namun masih ada petugas Dinas Sosial yang bawa makanan untuk penghuni panti tersebut. Demikian pula obat-obatan disuplay dari Puskesmas Selemadeg I di Desa Bajera. Dikatakan, panti itu dulunya banyak dihuni oleh penderita lepra. Ada yang jarinya putus, ada pula kakinya hilang karena digerogoti penyakit menular itu. “Tahun lalu penghuninya masih dua yakni seorang kakek yang juga menderita tuli dan seorang nenek. Masing-masing menempati satu bangunan. Tapi sekarang hanya nenek itu yang masih tinggal di panti,” ungkap warga.
Komentar