Terancam Mubazir, Sumur Bor di Banjar Kaleran Kaja
Pembangunan sumur bor di Banjar Kaleran Kaja, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, yang ditargetkan rampung akhir September 2019, yang juga digadang-gadang menjadi solusi krisis air di wilayah banjar setempat, kini terancam mubazir.
NEGARA, NusaBali
Pasalnya, dari uji coba pengukuran debit air di sumur bor itu, diketahui hanya mengeluarkan air 0,5 liter per detik. Itu sangat jauh dari harapan awal dengan perkiraan kekuatan minimal 5 liter per detik.
Sumur bor yang terancam mubazir itu sempat mendapat perhatian Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi yang sidak bersama anggota dewan, Ni Ketut Muliasih, Rabu (11/9) siang. Ketua dewan dari Desa Yehembang itu sengaja sidak, setelah menerima laporan warga dan memanggil Dinas Pekerjaan Umum, dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana, agar mencarikan solusi, karena sumur bor dimaksud diharapkan bisa memperlancar pasokan air PDAM ke rumah-rumah warga.
Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya pada Dinas PUPRPKP Jembrana I Ketut Antara, yang turun ke lokasi mengakui, debit air yang keluar dari sumur bor yang baru selesai digali itu tidak sesuai harapan. Sebelum menentukan lokasi sumur bor, dipastikan sudah melalui logging test untuk mendeteksi perkiraan debit air. Dari hasil logging test, kekuatan debit air mencapai 5-10 liter per detik pada kedalaman antara 70-100 meter. “Tetapi ini kami sudah upayakan gali sampai kedalaman 154 meter. Waktu uji coba, ternyata hanya keluar 0,5 liter per detik,” ujarnya.
Menurut Antara, logika teknis pembangunan sumur bor dengan dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat itu tidak ada masalah. Dia pun bingung langkah apa yang harus diambil. “Lokasi ini juga sesuai permohonan dari PDAM. PDAM juga sempat mengecek, dan katanya memang layak di sini. Setelah ada permohonan, kami juga cek lagi, lakukan tes bersama petugas ahli, dan dinyatakan memang masuk di sini. Saya juga tidak mengerti kenapa begini,” ungkapnya. Dia akan kembali melakukan uji coba setelah pembangunan sumur bor yang sepaket dengan service bangunan mesin sumur bor dengan nilai Rp 730 juta, itu rampung dikerjakan rekanan.
Hal senada juga diungkapkan Kasubag Teknik PDAM Jembrana Sugiyono, yang ikut ke lokasi. Menurutnya, dari perkiraannya debit air di lokasi sumur bor ini hampir sama dengan hasil pengecekan geolistrik dari dinas yang secara khusus mendatangkan tim ahli. Lantara secara teknis sudah dipastikan tidak ada masalah, dia pun memberikan saran upaya secara niskala, sesuai keyakinan tradisi umat Hindu di Bali. “Karena secara teknis sudah benar semua. Tetapi, ya siapa tahu memang perlu upaya niskala. Karena dulu pernah ada pengalaman begitu waktu di Yehsumbul. Air tidak ngalir seminggu, dua minngu, coba dilakukan ritual sampai bawa iringan baleganjur, muncul airnya,” ujarnya.
Terkait saran melakukan upaya niskala, Ni Made Sri Sutharmi sependapat dan harus dicoba. Apalagi, ternyata memang belum ada prosesi secara niskala yang dilakukan. Baik macaru ataupun ritual mendak toyo yang biasa dilakukan krama Hindu ketika membuat sumur. “Nanti coba saja dulu. Carikan solusi. Yang jelas kami minta diusahakan. Kasihan masyarakat, sangat berharap dengan sumur bor ini. Kami maunya tahun depan kembali usulkan buat di Banjar Kaleran dan Banjar Wali yang juga masih kesulitan mendapat air dari PDAM,” ujarnya. *ode
Sumur bor yang terancam mubazir itu sempat mendapat perhatian Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi yang sidak bersama anggota dewan, Ni Ketut Muliasih, Rabu (11/9) siang. Ketua dewan dari Desa Yehembang itu sengaja sidak, setelah menerima laporan warga dan memanggil Dinas Pekerjaan Umum, dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana, agar mencarikan solusi, karena sumur bor dimaksud diharapkan bisa memperlancar pasokan air PDAM ke rumah-rumah warga.
Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya pada Dinas PUPRPKP Jembrana I Ketut Antara, yang turun ke lokasi mengakui, debit air yang keluar dari sumur bor yang baru selesai digali itu tidak sesuai harapan. Sebelum menentukan lokasi sumur bor, dipastikan sudah melalui logging test untuk mendeteksi perkiraan debit air. Dari hasil logging test, kekuatan debit air mencapai 5-10 liter per detik pada kedalaman antara 70-100 meter. “Tetapi ini kami sudah upayakan gali sampai kedalaman 154 meter. Waktu uji coba, ternyata hanya keluar 0,5 liter per detik,” ujarnya.
Menurut Antara, logika teknis pembangunan sumur bor dengan dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat itu tidak ada masalah. Dia pun bingung langkah apa yang harus diambil. “Lokasi ini juga sesuai permohonan dari PDAM. PDAM juga sempat mengecek, dan katanya memang layak di sini. Setelah ada permohonan, kami juga cek lagi, lakukan tes bersama petugas ahli, dan dinyatakan memang masuk di sini. Saya juga tidak mengerti kenapa begini,” ungkapnya. Dia akan kembali melakukan uji coba setelah pembangunan sumur bor yang sepaket dengan service bangunan mesin sumur bor dengan nilai Rp 730 juta, itu rampung dikerjakan rekanan.
Hal senada juga diungkapkan Kasubag Teknik PDAM Jembrana Sugiyono, yang ikut ke lokasi. Menurutnya, dari perkiraannya debit air di lokasi sumur bor ini hampir sama dengan hasil pengecekan geolistrik dari dinas yang secara khusus mendatangkan tim ahli. Lantara secara teknis sudah dipastikan tidak ada masalah, dia pun memberikan saran upaya secara niskala, sesuai keyakinan tradisi umat Hindu di Bali. “Karena secara teknis sudah benar semua. Tetapi, ya siapa tahu memang perlu upaya niskala. Karena dulu pernah ada pengalaman begitu waktu di Yehsumbul. Air tidak ngalir seminggu, dua minngu, coba dilakukan ritual sampai bawa iringan baleganjur, muncul airnya,” ujarnya.
Terkait saran melakukan upaya niskala, Ni Made Sri Sutharmi sependapat dan harus dicoba. Apalagi, ternyata memang belum ada prosesi secara niskala yang dilakukan. Baik macaru ataupun ritual mendak toyo yang biasa dilakukan krama Hindu ketika membuat sumur. “Nanti coba saja dulu. Carikan solusi. Yang jelas kami minta diusahakan. Kasihan masyarakat, sangat berharap dengan sumur bor ini. Kami maunya tahun depan kembali usulkan buat di Banjar Kaleran dan Banjar Wali yang juga masih kesulitan mendapat air dari PDAM,” ujarnya. *ode
Komentar