Truk (Bandel), Antrean Roda 4 Tembus 15 Km
Meski terjadi tren penurunan jumlah, arus mudik di Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, tahun ini tidak lebih mulus dibanding tahun 2015 lalu.
NEGARA, NusaBali
Bahkan memasuki H-4 Idul Fitri, Sabtu (2/7) pagi, tercatat rekor puncak antrean kendaraan roda empat, yang sempat mengular hingga di Pasar Melaya, Desa/Kecamatan Melaya, Jembrana, atau sepanjang sekitar 15 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk.
Puncak antrean yang tergolong parah itu, diperparah dengan banyaknya truk ‘bandel’, yang semestinya sudah dilarang lewat per H-5 Lebaran. Karena truk terus berdatangan, dibarengi dengan lonjakan drastis kedatangan pemudik menggunakan kendaraan roda empat saat H-4, Sabtu dini hari kemarin, langsung menimbulkan antrean panjang. Berdasar pemantauan sekitar pukul 03.00 Wita, sudah terjadi antrean roda empat, baik mobil pribadi bercampur bus termasuk truk, hingga di utara Pura Tirta Segara Gilimanuk, atau sekitar 8 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk.
Kemudian kembali terjadi lonjakan drastis kedatangan kendaan roda empat memasuki pagi hari sekitar pukul 07.00 Wita. Pada jam tersebut, antrean kendaraan sudah mengekor hingga di Pasar Melaya, Desa/Kecamatan Melaya, Jembrana.
Menghadapi keadaan tersebut, kembali dilakukan prioritas melewatkan kendaraan roda empat, dengan menahan truk. Truk dialihkan ke sejumlah kantong parkir, alias tidak diberikan lewat. Cara tersebut memang terbukti efektif mengurai ekor antrean. Berselang sekitar sejam kemudian atau sekitar pukul 08.00 Wita, ekor antrean roda empat sudah dapat diurai hingga di pertigaan tugu Cekik, atau sekitar 3 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk. Kemudian, sekitar pukul 10.00 Wita, ketika kendaraan roda empat yang sudah dapat diurai masuk ke tiga gang jalan alternatif, truk kembali berusaha dilewatkan secara perlahan, dengan sistem ekor antrean tidak sampai menghalangi akses jalur alternatif tersebut. Kemudian, setelah kendaaran pemudik roda empat kembali lengang, pada Sabtu sore, truk kembali dilewatkan.
Namun, usaha mengurai antrean truk dengan dilewatkan melalui jalur utama langsung tembus menuju loket khusus di Dermaga LCM itu, tidak berjalan mulus, karena satu sisi kedatangan pemudik roda dua dan atau roda empat, yang menjadi prioritas diseberangkan, masih tetap mengalir.
Manajer Usaha ASDP Gilimanuk Sugeng Purwono, mengatakan, memang kesulitan menghadapi masalah penumpukan truk. Pasalnya, rekayasa yang sudah disiapkan untuk memperlancar arus mudik, terkendala. Namun satu sisi, pihaknya yang memastikan tetap berkoordinasi dengan pihak kepolisian, juga tidak bisa menyalahkan banyaknya truk yang antre. Sebab pengemudi truk juga pemudik. Mereka tidak bisa mengejar waktu untuk meninggalkan Bali sebelum H-4, karena saat ke Bali, pengemudi truk sempat terjebak banjir di wilayah Pasuruan dan Probolinggo, Jawa Timur.
“Ini sebenarnya karena kendala banjir itu. Jadi, waktu dengar kabar jalan (di Jawa Timur) terendam banjir, sopir-sopir truk ini sengaja berdiam dulu di Bali, menunggu (kondisi jalan) kembali normal, makanya tidak terkejar (mudik sebelum H-4, Red),” katanya.
Karena itu, pihaknya turut memberikan celah untuk melewatkan truk tersebut. Karena, menurutnya, ketika semua truk dibiarkan tertahan, tidak ada tempat memadai, sehingga bisa terjadi hambatan total jalur pemudik. Tetapi, untuk truk hanya dilewatkan dengan sistem buka tutup, dengan kebijakan mengoperasikan tiga unit kapal barang atau LCT. Padahal sebenarnya kapal LCT sudah disetting tidak dioperasikan mulai H-5, atau bertepatan dengan larangan lewat truk. Tetapi ternyata rencana tersebut tidak berjalan mulus. “Ya jadi truk buka tutup. Yang kami utamakan tetap pemudik roda empat dan roda dua. Kalau memang sudah sepi, baru usahakan lewatkan truk-truk itu,” tutur Sugeng.
Sementara solusi untuk mengurai antrean pemudik yang mengular hingga 15 kilometer, selain menahan arus truk, dilakukan peningkatan waktu sistem penyeberangan. Bongkar muat ditempuh dengan waktu 25-30 menit, dan 30 menit per penyerangan. “Tadi (Sabtu kemarin) juga KMP lebih banyak dikerahkan. Kalau bongkar muat di Kepatang, tidak terlalu lama, karena sepi. Ya, maka dari itu, tadi cepat diurai. Mungkin kalau tidak ada halangan truk-truk, tidak ada sampai antre begitu,” ungkapnya.
Tak ayal, karena hambatan tersebut, terkesan terjadi antrean lebih parah tahun ini. Berdasar data yang tercatat sejak H-12 hingga H-5 dibanding tahun lalu, terjadi penurunan jumlah penumpang maupun kendaraan dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. Peningkatan hanya terlihat dari data saat H-5, Jumat (1/7) pukul 08.00 Wita sampai Sabtu (2/7) pukul 08.00 Wita. Saat itu tercatat 63.717 orang penumpang, 13.952 unit roda dua, serta 6.405 roda empat. Sedangkan dibandingkan H-5 tahun 2015 lalu, tercatat 60.347 penumpang (meningkat 6 persen tahun ini), 14.388 roda dua (menurun 3 persen tahun ini), dan 5.463 roda empat (meningkat 17 persen tahun ini).
Menurut Sugeng, peningkatan yang terjadi pada penumpang serta kendaraan roda empat tersebut, belum bisa dijadikan acuan. Pasalnya, turut masuk dalam data roda empat itu adalah truk-truk yang perlahan juga ikut diseberangan memasuki kepadatan arus mudik kali ini. “Kalau dibandingkan secara akumulatif H-12 sampai H-5, tetap saja menurun yang tahun ini,” ujarnya.
Untuk diketahui, pemudik roda dua yang juga cukup padat mengalir mulai H-5, dan berlanjut H-4, terutama pada malam hari, relatif lebih lancar. Ekor antrean tidak sampai menembus di depan Kantor Lurah, seperti H-5 pagi lalu. Ekor antrean roda dua pada H-4 kemarin pagi, hanya sampai di tenda peneduh dekat persimpangan menuju Terminal Parkir Manuver. 7 ode
Komentar