Pura Pucak Sari Terbakar, 5 Palinggih Hangus
Pura Pucak Sari di kawasan Bukit Tengah di atas Pura Goa Lawah, Desa Adat Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung terbakar hebat, Selasa (17/9) siang.
SEMARAPURA, NusaBali
Akibatnya, 5 palinggih (bangunsn suci) di pura yang merupakan tempat payogan Dang Hyang Nirarta ini hangus dilalap api. Lima (5) palinggih di Pura Pucak Sari yang ludes dalam kebakaran yang diduga akibat percikan api dupa ini, masing-masing Bale Piyasan, Bale Pengaruman, Gedong Sri Sedana, Gedong Manik Mas, dan Bale Penga-nteb. Selain itu, api juga menyambar daun pintu Gapura Pura.
Informasi di lapangan, peristiwa kebakaran di Pura Pucak Sari, Selasa kemarin, pertama kali diketahui oleh para penjual canang di areal Pura Goa Lawah, Desa Adat Pesinggahan, siang sekitar pukul 11.20 Wita. Saat itu, mereka tiba-tiba melihat kepulan asap dari Pura Pucak Sari, yang lokasinya berada di perbukitan bagian atas Pura Goa Lawah. Pura Pucak Sari sendiri berjarak sekitar 500 meter arah utara (atas) dari Pura Goa Lawah.
Musibah ini kemudian dilaporkan kepada kelian prajuru Pura Goa Lawah, Putu Juliadi bersama sejumlah krama langsung naik menuju lokasi kebakaran di Pura Pucak Sari. Saat mereka tiba di lokasi, api sudah berkobar hebat membakar Bale Piyasan Pura Pucak Sari.
Karena cuaca terik disertai angin kencang, api selanjutnya dengan cepat menyambar Bale Pengaruman, Gedong Sri Sedana, Gedong Manik Mas, dan Bale Penganteb di Pura Pucak sari hingga ludes terbakar. Bukan hanya itu, api juga menyambar daun pintu Gapura Pura. “Sebelum petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi, kami berusaha memadamkan api secara manuel, dengan cara menyiram. Kami mengambil air dari bawah (areal Pura Goa Lawah), kemudian membawanya naik ke Pura Pucak Sari yang terbakar,” papar Putu Juliadi.
Sementara, petugas Damkar Klungkung baru tiba di lokasi TKP kebakaran, Selasa siang pukul 11.40 Wita, setelah api berkobar selama 20 menit. Petugas ke lokasi melakukan pemadaman dengan mengerahkan 3 unit mobil Damkar dan 1 unit mobil Komando. Petugas Damkar, kepolisian, dan warga bersama-sama berjibaku memadamkan api. Setelah berjibaku selama 1 jam, api yang membakar Pura Pucak Sa-ri akhirnya bisa dipadamkan sekitar pukul 12.40 Wita.
Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun terluka dalam musibah ini, karena kondisi di Pura Pucak sari sedang sepi saat kejadian. Namun, beberapa menit sebelum kebakaran, diketahui ada pamedek yang tangkil menghaturkan banten dan sembahyang di Pura Pucak Sari. Diduga kuat sisa api dupa persembahyangan itu yang jado pemicu kebakaran. Menurut Putu Juliadi, api dupa yang tidak dimatikan pamedek usai sembahyang, diduga masih tertancap utuh du sarana buah, lalu diambil kera-kera yang mencari makanan di pura ini.
Selanjutnya, dupa menyala itu dibawa naik oleh kera ke atas atap Bale Piyasan yang berbahan ijuk. Kebakaran hebat pun tak terelakkan. “Kerugian material akibat musibah ini mencapai lebih dari Rp 500 juta. Itu belum termasuk biaya upakara,” papar Putu Juliadi.
Pura Pucak Sari sendiri secara historis berkaitan erat dengan Pura Goa Lawah dan Pura Segara di Goa Lawah, yang menjadi sinergi dalam konsep Nyegara-Gunung. Pura Pucak Sari dipercaya sebagai tempat payogan Dang Hyang Nirarta di masa silam.
Pura Pucak Sari diempon oleh krama Desa Adat Pesinggahan yang berjumlah 775 kepala keluarga (KK). Karya pujawali di Pura Pucak Sari dilaksanakan 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Anggara Kliwon Medangsia.
Sementara itu, Kapolres Klungkung AKBP I Komang Sudana mengatakan pihaknya masih menyelidiki musibah kebakaran di Pura Pucak Sari, yang meluluhlantakkan 5 palinggih ini. Penyelidikan awal dilakukan dengan mencari fakta dan meminta keterangan saksi yang pertama kali melihat kejadian.
Setelah itu, kata AKBP Komang Sudana, pihaknya mendatangkan Tim Pulabfor Mabes Polri Cabang Denpasar untuk untuk mengetahui sumber awal api yang menyebabkan kebakaran. “Untuk sementara, lokasi musibah masih kita sterilkan. Kita telah melakukan olah TKP,” tandas AKBP Sudana.
Di sisi lain, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta kemarin sempat terjun melakukan pengecekan ke lokasi musibah di Pura Pucak Sari. Bupati Suwirta mengaku prihatin dengan musibah kebakaran pura yang berada di sebelah atas pura Goa Lawah ini.
Bupati Suwirta meminta Bendesa Adat Pesinggahan dan pangempon Pura Pucak Sari untuk segera mengajukan proposal permohonan bantuan, dengan melampirkan foto atau bukti kejadian ke pemerintah. Nantinya, Pemkab Klungkung akan berusaha menganggarkan perbaikan pura, tanpa harus melabrak aturan yang ada.
“Mumpung APBD Induk Klungkung 2020 belum ketok palu, kita akan mencoba mengalokasikan anggaran sejumlah yang dibutuhkan,” ujar Bupati Suwirta saat ditemui NusaBali di lokasi musibah di Pura Pucak Sari, Selasa kemarin.
Bupati Suwirta menyebutkan, langkah pertama yang perlu dilakukan pasca kebakaran di Pura Pucak Sari adalah membersihkan puing-puing. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan trauma bagi krama pangempon pura. “Untuk prosi ritual, pembersihan, dan lainnya, kita serahkan ke pihak pengempon pura,” katanya.
Sementara, krama pangempon kemarin sore langsung menggelar parumah di Wantilan Pura Pucak Sari. Paruman tersebut dipimpin dr Bagus Darmayasa, Kelian Pangempon Pura Goa Lawah, yang juga Direktur RS Bali Mandara Denpasar, bersama pamangku dan prajuru pura.
Dari paruman tersebut, pihak pangempon Pura Pucak Sari berharap perbaikan pura pasca musibah bisa secepatnya dilakukan. Karenanya, diputuskan biaya perbaikan pura akan dilakukan oleh krama pengempon. “Kami bukannya tidak mau menerima bantuan pemerintah, namun bagaimana agar perbaikan pura segera bisa dilakukan,” kata dr Bagus Darmayasa. *wan
Informasi di lapangan, peristiwa kebakaran di Pura Pucak Sari, Selasa kemarin, pertama kali diketahui oleh para penjual canang di areal Pura Goa Lawah, Desa Adat Pesinggahan, siang sekitar pukul 11.20 Wita. Saat itu, mereka tiba-tiba melihat kepulan asap dari Pura Pucak Sari, yang lokasinya berada di perbukitan bagian atas Pura Goa Lawah. Pura Pucak Sari sendiri berjarak sekitar 500 meter arah utara (atas) dari Pura Goa Lawah.
Musibah ini kemudian dilaporkan kepada kelian prajuru Pura Goa Lawah, Putu Juliadi bersama sejumlah krama langsung naik menuju lokasi kebakaran di Pura Pucak Sari. Saat mereka tiba di lokasi, api sudah berkobar hebat membakar Bale Piyasan Pura Pucak Sari.
Karena cuaca terik disertai angin kencang, api selanjutnya dengan cepat menyambar Bale Pengaruman, Gedong Sri Sedana, Gedong Manik Mas, dan Bale Penganteb di Pura Pucak sari hingga ludes terbakar. Bukan hanya itu, api juga menyambar daun pintu Gapura Pura. “Sebelum petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi, kami berusaha memadamkan api secara manuel, dengan cara menyiram. Kami mengambil air dari bawah (areal Pura Goa Lawah), kemudian membawanya naik ke Pura Pucak Sari yang terbakar,” papar Putu Juliadi.
Sementara, petugas Damkar Klungkung baru tiba di lokasi TKP kebakaran, Selasa siang pukul 11.40 Wita, setelah api berkobar selama 20 menit. Petugas ke lokasi melakukan pemadaman dengan mengerahkan 3 unit mobil Damkar dan 1 unit mobil Komando. Petugas Damkar, kepolisian, dan warga bersama-sama berjibaku memadamkan api. Setelah berjibaku selama 1 jam, api yang membakar Pura Pucak Sa-ri akhirnya bisa dipadamkan sekitar pukul 12.40 Wita.
Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun terluka dalam musibah ini, karena kondisi di Pura Pucak sari sedang sepi saat kejadian. Namun, beberapa menit sebelum kebakaran, diketahui ada pamedek yang tangkil menghaturkan banten dan sembahyang di Pura Pucak Sari. Diduga kuat sisa api dupa persembahyangan itu yang jado pemicu kebakaran. Menurut Putu Juliadi, api dupa yang tidak dimatikan pamedek usai sembahyang, diduga masih tertancap utuh du sarana buah, lalu diambil kera-kera yang mencari makanan di pura ini.
Selanjutnya, dupa menyala itu dibawa naik oleh kera ke atas atap Bale Piyasan yang berbahan ijuk. Kebakaran hebat pun tak terelakkan. “Kerugian material akibat musibah ini mencapai lebih dari Rp 500 juta. Itu belum termasuk biaya upakara,” papar Putu Juliadi.
Pura Pucak Sari sendiri secara historis berkaitan erat dengan Pura Goa Lawah dan Pura Segara di Goa Lawah, yang menjadi sinergi dalam konsep Nyegara-Gunung. Pura Pucak Sari dipercaya sebagai tempat payogan Dang Hyang Nirarta di masa silam.
Pura Pucak Sari diempon oleh krama Desa Adat Pesinggahan yang berjumlah 775 kepala keluarga (KK). Karya pujawali di Pura Pucak Sari dilaksanakan 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Anggara Kliwon Medangsia.
Sementara itu, Kapolres Klungkung AKBP I Komang Sudana mengatakan pihaknya masih menyelidiki musibah kebakaran di Pura Pucak Sari, yang meluluhlantakkan 5 palinggih ini. Penyelidikan awal dilakukan dengan mencari fakta dan meminta keterangan saksi yang pertama kali melihat kejadian.
Setelah itu, kata AKBP Komang Sudana, pihaknya mendatangkan Tim Pulabfor Mabes Polri Cabang Denpasar untuk untuk mengetahui sumber awal api yang menyebabkan kebakaran. “Untuk sementara, lokasi musibah masih kita sterilkan. Kita telah melakukan olah TKP,” tandas AKBP Sudana.
Di sisi lain, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta kemarin sempat terjun melakukan pengecekan ke lokasi musibah di Pura Pucak Sari. Bupati Suwirta mengaku prihatin dengan musibah kebakaran pura yang berada di sebelah atas pura Goa Lawah ini.
Bupati Suwirta meminta Bendesa Adat Pesinggahan dan pangempon Pura Pucak Sari untuk segera mengajukan proposal permohonan bantuan, dengan melampirkan foto atau bukti kejadian ke pemerintah. Nantinya, Pemkab Klungkung akan berusaha menganggarkan perbaikan pura, tanpa harus melabrak aturan yang ada.
“Mumpung APBD Induk Klungkung 2020 belum ketok palu, kita akan mencoba mengalokasikan anggaran sejumlah yang dibutuhkan,” ujar Bupati Suwirta saat ditemui NusaBali di lokasi musibah di Pura Pucak Sari, Selasa kemarin.
Bupati Suwirta menyebutkan, langkah pertama yang perlu dilakukan pasca kebakaran di Pura Pucak Sari adalah membersihkan puing-puing. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan trauma bagi krama pangempon pura. “Untuk prosi ritual, pembersihan, dan lainnya, kita serahkan ke pihak pengempon pura,” katanya.
Sementara, krama pangempon kemarin sore langsung menggelar parumah di Wantilan Pura Pucak Sari. Paruman tersebut dipimpin dr Bagus Darmayasa, Kelian Pangempon Pura Goa Lawah, yang juga Direktur RS Bali Mandara Denpasar, bersama pamangku dan prajuru pura.
Dari paruman tersebut, pihak pangempon Pura Pucak Sari berharap perbaikan pura pasca musibah bisa secepatnya dilakukan. Karenanya, diputuskan biaya perbaikan pura akan dilakukan oleh krama pengempon. “Kami bukannya tidak mau menerima bantuan pemerintah, namun bagaimana agar perbaikan pura segera bisa dilakukan,” kata dr Bagus Darmayasa. *wan
Komentar