Karantina Pertanian Waspadai Ancaman Flu Babi
Balai Karantina Pertanian Denpasar, menggelar sosialisasi antisipasi ancaman masuknya African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi.
DENPASAR, NusaBali
Sosialisasi yang digelar di kantor setempat, Rabu (18/9), bertujuan agar stakeholder terkait memahami lebih dalam tentang flu babi, penyebab dan indikasi- indikasi kalau mewabah.
Bukan saja kaitannya dengan keselamatan hewan. Namun antisipasi tersebut untuk dampak cakupan lebih luas, sehubungan dengan posisi Bali sebagai daerah pariwisata. Sebagai destinasi wisata internasional, Bali memiliki risiko besar terhadap masuk dan tersebarnya ASF. “Hal ini mengingat banyaknya penerbangan langsung ke Bali,” ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar I Putu Teruna Negara. Penerbangan tersebut termasuk dari negara- negara yang sebelumnya tertular atau terjangkit flu babi. Diantaranya China, Vietnam dan Philipina.
Balai Karantina Denpasar, lanjut Teruna Negara melakukan pencegahan terhadap masuk dan menyebarnya hama penyakit hewan karantina bekerjasama dengan Bea Cukai Ngurah Rai.
Pencegahan dilakukan melalui penanganan barang tentengan penumpang melalui Quarantine Bin yang ditempatkan di kedatangan Internasional. Selanjutnya produk hewan tentengan penumpang ini dimusnahkan di incenarator. “Kami berharap ada sinergitas, koordinasi dan efektivitas dalam pencegahan pemasukan media pembawa ASF,” ucap Teruna Negara. Media tersebut, bisa berupa produk olah-olahan yang berasal dari babi serta sampah sisa buangan dari pesawat. “Kita berharap penyakit African Swine Fever (ASF) tidak akan masuk ke Indonesia khususnya Bali karena Bali memiliki populasi ternak babi yang sangat banyak dan penyakit ini menimbulkan tingkat kematian yang sangat tinggi,” kata Teruna Negara.
Sosialisasi di Balai Karantina Pertanian Denpasar diikuti stakeholder terkait. Diantaranya, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, perwakilan dari Fakultas Universitas Udayana, Balai Besar Verteriner Bali, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota, termasuk juga dari maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke negara tertular. "Itu antara lain yang ikut sosialisasi," tambah Kabid Karantina Hewan, Gede Widiarsa. *k17
Bukan saja kaitannya dengan keselamatan hewan. Namun antisipasi tersebut untuk dampak cakupan lebih luas, sehubungan dengan posisi Bali sebagai daerah pariwisata. Sebagai destinasi wisata internasional, Bali memiliki risiko besar terhadap masuk dan tersebarnya ASF. “Hal ini mengingat banyaknya penerbangan langsung ke Bali,” ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar I Putu Teruna Negara. Penerbangan tersebut termasuk dari negara- negara yang sebelumnya tertular atau terjangkit flu babi. Diantaranya China, Vietnam dan Philipina.
Balai Karantina Denpasar, lanjut Teruna Negara melakukan pencegahan terhadap masuk dan menyebarnya hama penyakit hewan karantina bekerjasama dengan Bea Cukai Ngurah Rai.
Pencegahan dilakukan melalui penanganan barang tentengan penumpang melalui Quarantine Bin yang ditempatkan di kedatangan Internasional. Selanjutnya produk hewan tentengan penumpang ini dimusnahkan di incenarator. “Kami berharap ada sinergitas, koordinasi dan efektivitas dalam pencegahan pemasukan media pembawa ASF,” ucap Teruna Negara. Media tersebut, bisa berupa produk olah-olahan yang berasal dari babi serta sampah sisa buangan dari pesawat. “Kita berharap penyakit African Swine Fever (ASF) tidak akan masuk ke Indonesia khususnya Bali karena Bali memiliki populasi ternak babi yang sangat banyak dan penyakit ini menimbulkan tingkat kematian yang sangat tinggi,” kata Teruna Negara.
Sosialisasi di Balai Karantina Pertanian Denpasar diikuti stakeholder terkait. Diantaranya, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, perwakilan dari Fakultas Universitas Udayana, Balai Besar Verteriner Bali, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota, termasuk juga dari maskapai yang melayani penerbangan dari dan ke negara tertular. "Itu antara lain yang ikut sosialisasi," tambah Kabid Karantina Hewan, Gede Widiarsa. *k17
Komentar