Penderita ISPA di Batam Naik 100 Persen
Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Batam, Kepulauan Riau, meningkat 100 persen pada September 2019.
JAKARTA, NusaBali
Jumlah ini naik dua kali lipat dibandingkan Agustus 2019. "Penderita ISPA dipastikan naik, bisa dua kali lipat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmaryadi di Batam, seperti dikutip dari Antara, Kamis (19/9).
Berdasarkan data di Puskesmas Sekupang, kata Didi, jumlah penderita ISPA sepanjang bulan Agustus sebanyak 200 orang. Jumlah tersebut masih lebih sedikit ketimbang penderita ISPA tanggal 1 hingga 14 September 2019 yang sudah mencapai 200 orang.
Menurut Didi, peningkatan jumlah penderita ISPA ini lantaran kualitas udara yang memburuk akibat kabut asap yang menutupi langit Kota Batam beberapa waktu terakhir.
Ia memastikan pihak Dinkes Kota Batam akan terus memantau Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) setempat untuk mengambil tindakan bila kualitas udara terus memburuk.
"Kalau ISPU mencapai menuju 200, kami anjurkan anak PAUD, TK, SD dan SMP libur," kata dia.
Sesuai standar pencemaran udara, indeks 200-299 termasuk kategori sangat tidak sehat dan 300-500 termasuk kategori berbahaya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Hendri Arulan menginstruksikan kegiatan di luar kelas ditiadakan agar anak terhindar dari paparan kabut asap. Hendri juga meminta orang tua membekali anaknya dengan masker ke sekolah.
"(Pelajaran) Olahraga bisa diganti teori di dalam kelas," ujarnya. Sementara itu, Wali Kota Batam Muhammad Rudi menyatakan belum akan mengambil kebijakan meliburkan sekolah karena kualitas udara terus berubah.
"Kalau ISPU sampai 100-200 baru diliburkan, lihat situasi kondisi," ucapnya. Kabut asap karhutla yang menyebar ke beberapa wilayah Indonesia semakin parah dan mengancam kesehatan warga. Bayi berusia empat bulan di Palembang bahkan diduga meninggal akibat infeksi saluran pernapasan akut dampak karhutla.
Kabut asap karhutla meliputi wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, juga mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Pangsuma di Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu. Penerbangan di bandara tersebut sempat dihentikan pada Minggu (15/9). *
Berdasarkan data di Puskesmas Sekupang, kata Didi, jumlah penderita ISPA sepanjang bulan Agustus sebanyak 200 orang. Jumlah tersebut masih lebih sedikit ketimbang penderita ISPA tanggal 1 hingga 14 September 2019 yang sudah mencapai 200 orang.
Menurut Didi, peningkatan jumlah penderita ISPA ini lantaran kualitas udara yang memburuk akibat kabut asap yang menutupi langit Kota Batam beberapa waktu terakhir.
Ia memastikan pihak Dinkes Kota Batam akan terus memantau Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) setempat untuk mengambil tindakan bila kualitas udara terus memburuk.
"Kalau ISPU mencapai menuju 200, kami anjurkan anak PAUD, TK, SD dan SMP libur," kata dia.
Sesuai standar pencemaran udara, indeks 200-299 termasuk kategori sangat tidak sehat dan 300-500 termasuk kategori berbahaya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Hendri Arulan menginstruksikan kegiatan di luar kelas ditiadakan agar anak terhindar dari paparan kabut asap. Hendri juga meminta orang tua membekali anaknya dengan masker ke sekolah.
"(Pelajaran) Olahraga bisa diganti teori di dalam kelas," ujarnya. Sementara itu, Wali Kota Batam Muhammad Rudi menyatakan belum akan mengambil kebijakan meliburkan sekolah karena kualitas udara terus berubah.
"Kalau ISPU sampai 100-200 baru diliburkan, lihat situasi kondisi," ucapnya. Kabut asap karhutla yang menyebar ke beberapa wilayah Indonesia semakin parah dan mengancam kesehatan warga. Bayi berusia empat bulan di Palembang bahkan diduga meninggal akibat infeksi saluran pernapasan akut dampak karhutla.
Kabut asap karhutla meliputi wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, juga mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Pangsuma di Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu. Penerbangan di bandara tersebut sempat dihentikan pada Minggu (15/9). *
Komentar