BI Dorong Dibentuk Bali Convention Bureau
Badan ini akan menjembatani kegiatan MICE di Bali dan lebih agresif melakukan bidding.
DENPASAR, NusaBali
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mendorong pembentukan Bali Convention and Exhibition Bureau sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) internasional di Pulau Dewata.
"Kalau tidak lewat 'Bali Convention and Exhibition Bureau' maka penyedia jasa MICE di Bali akan jalan cari sendiri, paling nyari di Jakarta, kegiatan kementerian dan itu tentu tidak bisa banyak," kata Trisno Nugroho, Jumat (20/9).
Pembentukan 'Bali Convention and Exhibition Bureau yang akan menjembatani kegiatan wisata meeting (pertemuan), Incentive (insentif), Convention (konvensi), and Exhibition (pameran) internasional sebenarnya sudah dipikirkan Pemprov Bali sejak 2008, bahkan sudah sempat dilakukan diskusi grup terfokus (FGD) pada 2015. Namun, karena ada sejumlah tantangan belum terealisasi hingga saat ini.
"Kami sangat antusias mendorong lebih banyak kegiatan MICE internasional. Oleh karena itu, lewat kegiatan ini sebagai bentuk dorongan kami secara intelektual, yang mengungkap kajian-kajian bagaimana pentingnya wisata MICE," ujarnya pada FGD Akselerasi Pembentukan 'Bali Convention and Exhibition Bureau dan Event Internasional di Bali itu.
Selama ini, lanjut Trisno, dalam kegiatan bidding internasional soal MICE, belum banyak yang mewakili Indonesia. Justru mayoritas yang ikut bidding dari Dubai, Bangkok, Malaysia dan Singapura. "Kenapa Bali nggak, padahal Bali memiliki banyak keistimewaan, landasan pesawat di bandara kita besar, ballroom untuk tempat MICE juga besar seperti yang digunakan saat pertemuan IMF-World Bank pada Oktober tahun lalu," ucapnya.
Trisno mengatakan jika dalam satu agenda MICE internasional dihadiri sedikitnya 5.000 peserta saja, maka dampaknya bagi okupansi hotel di Bali sudah lumayan. Apalagi jika MICE itu pesertanya berasal dari kelompok-kelompok profesional, seperti ikatan dokter dunia, ikatan arsitektur dunia dan sebagainya yang berkonferensi di Bali.
"Dugaan saya, penyedia wisata MICE khususnya di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung selama ini memang penuh, tetapi entah itu untuk kegiatan domestik maupun untuk pernikahan. Kalau bisa, penuhnya itu untuk kegiatan internasional akan lebih bagus," kata Trisno. Selama ini, lanjut dia, jumlah penyelenggaraan MICE Bali jauh lebih rendah dibandingkan Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur dan Manila. *ant
"Kalau tidak lewat 'Bali Convention and Exhibition Bureau' maka penyedia jasa MICE di Bali akan jalan cari sendiri, paling nyari di Jakarta, kegiatan kementerian dan itu tentu tidak bisa banyak," kata Trisno Nugroho, Jumat (20/9).
Pembentukan 'Bali Convention and Exhibition Bureau yang akan menjembatani kegiatan wisata meeting (pertemuan), Incentive (insentif), Convention (konvensi), and Exhibition (pameran) internasional sebenarnya sudah dipikirkan Pemprov Bali sejak 2008, bahkan sudah sempat dilakukan diskusi grup terfokus (FGD) pada 2015. Namun, karena ada sejumlah tantangan belum terealisasi hingga saat ini.
"Kami sangat antusias mendorong lebih banyak kegiatan MICE internasional. Oleh karena itu, lewat kegiatan ini sebagai bentuk dorongan kami secara intelektual, yang mengungkap kajian-kajian bagaimana pentingnya wisata MICE," ujarnya pada FGD Akselerasi Pembentukan 'Bali Convention and Exhibition Bureau dan Event Internasional di Bali itu.
Selama ini, lanjut Trisno, dalam kegiatan bidding internasional soal MICE, belum banyak yang mewakili Indonesia. Justru mayoritas yang ikut bidding dari Dubai, Bangkok, Malaysia dan Singapura. "Kenapa Bali nggak, padahal Bali memiliki banyak keistimewaan, landasan pesawat di bandara kita besar, ballroom untuk tempat MICE juga besar seperti yang digunakan saat pertemuan IMF-World Bank pada Oktober tahun lalu," ucapnya.
Trisno mengatakan jika dalam satu agenda MICE internasional dihadiri sedikitnya 5.000 peserta saja, maka dampaknya bagi okupansi hotel di Bali sudah lumayan. Apalagi jika MICE itu pesertanya berasal dari kelompok-kelompok profesional, seperti ikatan dokter dunia, ikatan arsitektur dunia dan sebagainya yang berkonferensi di Bali.
"Dugaan saya, penyedia wisata MICE khususnya di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung selama ini memang penuh, tetapi entah itu untuk kegiatan domestik maupun untuk pernikahan. Kalau bisa, penuhnya itu untuk kegiatan internasional akan lebih bagus," kata Trisno. Selama ini, lanjut dia, jumlah penyelenggaraan MICE Bali jauh lebih rendah dibandingkan Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur dan Manila. *ant
Komentar