Museum Wastra Koleksi Sutra Umur 70 Tahun
Songket motif keker ditawar Rp 100 juta, namun tidak dijual.
Dinas Kebudayaan Karangasem membangun Museum Wastra di Objek Wisata Taman Sukasada Ujung, Banjar Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem.
AMLAPURA, NusaBali
Koleksinya beragam kain sutra, rata-rata umurnya 50 tahun hingga 70 tahun. Dengan pembangunan Musesum Wastra ini, wisatawan yang datang selain menikmati keindahan Taman Sukasada Ujung juga bisa melihat kain sutra berumur puluhan tahun. Museum Wastra mulai dioperasikan per 13 Agustus 2019.
Koleksi kain sutra Museum Wastra kebanyakan hasil kerajinan dari penenun Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Museum Wastra sebagai upaya penyelamatan karya bersejarah para perajin sutra zaman dulu. Kepala Dinas Kebudayaan I Putu Arnawa mengatakan, pembangunan Museum Wastra bertujuan untuk menampung produksi penenun se-Karangasem. Harapannya wisatawan dengan mudah mengenali produk-produk hasil tenun di Karangasem, mulai dari kain Gringsing, endek, sutra, dan sebagainya.
Putu Arnawa memaparkan, awalnya menggelar pameran wastra se-Karangasem di Bale Kambang dengan pinjam hasil kerajinan dari tiap desa se-Karangasem untuk dipamerkan. Usai pameran, maka barang-barangnya diambil pemiliknya sehingga pameran tidak berkelanjutan. Agar menjadi pameran tetap maka dibangun Museum Wastra Karangasem di bangunan Sekretariat Badan Pengelola Taman Sukasada Ujung, utara Bale Kambang. Museum berukuran 8 meter x 6 meter memajang beragam produk kain songket dengan menggunakan benang sutra. Ada 35 kain songket menggunakan benang sutra berumur 50 tahun hingga 70 tahun, selebihnya berupa selendang sutra sebanyak 50 lembar.
Produk yang dipajang buatan perajin dari Desa/Kecamatan Sidemen, dari Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, dan sejumlah desa lainnya. “Kain songket berbenang sutra yang dipajang itu bernilai sejarah yang sulit didapatkan saat ini. Kain itu hanya dipajang tidak dijual,” jelas I Putu Arnawa. Ida Ayu Karang Adnyani Dewi dari Geria Alit, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, yang memajang kain songket berbenang sutra sebanyak 35 lembar. “Kain songket berbahan benang sutra yang saya pajang ini, sekarang tidak bisa diproduksi lagi. Produksinya membutuhkan waktu setahun, penenun yang ada tidak sanggup lagi mengerjakan,” jelas Ida Ayu Karang Adnyani Dewi.
Kain songket yang dipajang itu beragam motif, di antaranya motif keker, motif merak, motif padangderman, motif kekampungan, motif kegelapan, motif boga, dan sebagainya. “Songket motif keker (ayam hutan, Red) ditawar Rp 100 juta, namun tidak saya jual. Sebab tidak ada yang memproduksi lagi,” kata peraih penghargaan seniman tua Tingkat Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali 2019 ini. Sementara Kepala Badan Pengelola Objek Wisata Taman Sukasada Ujung Ida Made Alit mengapresiasi adanya Museum Wastra. “Bisa menambah daya tarik Objek Taman Sukasada Ujung. Kain songket buatan perajin dari Desa Budakeling itu biasanya digunakan Raja Karangasem,” kata Ida Made Alit. *k16
Koleksi kain sutra Museum Wastra kebanyakan hasil kerajinan dari penenun Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Museum Wastra sebagai upaya penyelamatan karya bersejarah para perajin sutra zaman dulu. Kepala Dinas Kebudayaan I Putu Arnawa mengatakan, pembangunan Museum Wastra bertujuan untuk menampung produksi penenun se-Karangasem. Harapannya wisatawan dengan mudah mengenali produk-produk hasil tenun di Karangasem, mulai dari kain Gringsing, endek, sutra, dan sebagainya.
Putu Arnawa memaparkan, awalnya menggelar pameran wastra se-Karangasem di Bale Kambang dengan pinjam hasil kerajinan dari tiap desa se-Karangasem untuk dipamerkan. Usai pameran, maka barang-barangnya diambil pemiliknya sehingga pameran tidak berkelanjutan. Agar menjadi pameran tetap maka dibangun Museum Wastra Karangasem di bangunan Sekretariat Badan Pengelola Taman Sukasada Ujung, utara Bale Kambang. Museum berukuran 8 meter x 6 meter memajang beragam produk kain songket dengan menggunakan benang sutra. Ada 35 kain songket menggunakan benang sutra berumur 50 tahun hingga 70 tahun, selebihnya berupa selendang sutra sebanyak 50 lembar.
Produk yang dipajang buatan perajin dari Desa/Kecamatan Sidemen, dari Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, dan sejumlah desa lainnya. “Kain songket berbenang sutra yang dipajang itu bernilai sejarah yang sulit didapatkan saat ini. Kain itu hanya dipajang tidak dijual,” jelas I Putu Arnawa. Ida Ayu Karang Adnyani Dewi dari Geria Alit, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, yang memajang kain songket berbenang sutra sebanyak 35 lembar. “Kain songket berbahan benang sutra yang saya pajang ini, sekarang tidak bisa diproduksi lagi. Produksinya membutuhkan waktu setahun, penenun yang ada tidak sanggup lagi mengerjakan,” jelas Ida Ayu Karang Adnyani Dewi.
Kain songket yang dipajang itu beragam motif, di antaranya motif keker, motif merak, motif padangderman, motif kekampungan, motif kegelapan, motif boga, dan sebagainya. “Songket motif keker (ayam hutan, Red) ditawar Rp 100 juta, namun tidak saya jual. Sebab tidak ada yang memproduksi lagi,” kata peraih penghargaan seniman tua Tingkat Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali 2019 ini. Sementara Kepala Badan Pengelola Objek Wisata Taman Sukasada Ujung Ida Made Alit mengapresiasi adanya Museum Wastra. “Bisa menambah daya tarik Objek Taman Sukasada Ujung. Kain songket buatan perajin dari Desa Budakeling itu biasanya digunakan Raja Karangasem,” kata Ida Made Alit. *k16
1
Komentar