Disebut sebagai Kembar Parasit, Masuk Kategori Kasus Langka
Bayi Perempuan yang Punya 4 Tangan dan 4 Kaki Sudah Jalani Operasi di RSUP Sanglah
Kasus parasitic twin (kembar parasit) berbeda dengan kembar siam. Jika kembar siam, secara terminologi medisnya adalah ada dua kehidupan yang menjadi satu. Sedangkan dalam parasitic twin, satu saja yang bernyawa, hanya ada tambahan organ tubuh
DENPASAR, NusaBali
Bayi perempuan yang lahir dengan kelainan komplek, yakni memiliki 4 tangan dan 4 kaki, asal Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Buleleng telah dirujuk dari RSUD Buleleng ke RSUP Sanglah, Denpasar, Selasa (24/9) malam pukul 21.00 Wita. Dari hasil analisa tim medis RSUP Sanglah, bayi malang ini masuk kasus parasitic twin atau kembar parasit. Ini merupakan kasus langka yang untuk kali pertama ditangani sepanjang sejarah RSUP Sanglah.
Bayi parasitic twin yang merupakan anak ketiga dari pasangan Made Mujana, 36, dan Kadek Gorsi, 35, ini sudah menjalani tindakan operasi di RSUP Sanglah, Rabu (25/9) pagi. Dokter spesialis bedah anak yang menanganinya di RSUP Sanglah, dr Darmajaya SpB-A, menjelaskan parasitic twin yang dialami bayi asal Desa Pangkung Paruk ini berbeda dengan kembar siam. Jika kembar siam, secara terminologi medisnya adalah ada dua kehidupan yang menjadi satu. Sedangkan dalam parasitic twin, satu saja yang bernyawa, hanya ada tambahan organ tubuh.
Menurut dr Darmajaya, antara kasus kembar siam dan kembar parasit (parasitic twin) tidak saling berhubungan. “Parasitic twin ini yang tidak simetris, tidak komplit. Bukan kembar siam, tapi prosesnya saja yang mirip. Dia tidak sempurna, menyisakan beberapa organ,” jelas dr Darmajaya di RSUP Sanglah kemarin.
Pada kasus parasitic twin, kata dr Darmajaya, dalam tahap operasinya disebut sebagai pembuangan parasit. Berbeda dengan kasus kembar siam, yang dalam tahap operasinya disebut pemisahan, karena ada dua nyawa.
Namun, persoalan yang tengah dihadapi saat ini oleh bayi perempuan yang punya 4 tangan dan 4 kaki ini bukanlah proses pembuangan parasitnya, melainkan omphalocele-nya yang pecah. Omphalocele adalah cacat lahir di mana usus atau organ-organ perut lain keluar dari pusar. Omphalocele juga biasa disebut usus terburai.
“Ada dua jenis usus terburai. Pertama, sejak dalam kandungan posisi ususnya sudah di luar perut. Kedua, ada yang sejak dalam kandungan ususnya masih terbungkus lapisan tipis. Jadi, banyak bayi yang lahir begini, tidak terburai ususnya, tapi menerawang. Ada selaput tipis, namanya selaput amnion, yang melindungi, makanya disebut omphalocele,” tandas dr Darmajaya.
Disebutkan, ketika bayi malang yang dirujuk dari RSUD Buleleng ini tiba di RSUP Sanglah, ususnya memang sudah bengkak. Jadi, masalah yang dihadapi bayi ini omphalocele-nya pecah. Kalau masih ada pembungkusnya, usus aman dan terlindungi, tidak ada penguapan, dehidrasi, dan infeksi. Semakin lama usus itu berada di luar, penguapannya makin tinggi, kurang cairan, risiko infeksi, dan lain-lain,” katanya.
Selain itu, kata dr Darmajaya, lapisan dinding perut bayi berkelainan komplek ini juga tidak terbentuk sempurna, sehingga berpotensi menimbulkan kelainan organ yang lain. Makanya, perlu dilakukan screening lebih lanjut untuk mengetahui adanya kelainan organ, seperti jantung maupun kelainan-kelainan kromosom.
“Kami tidak bisa menjanjikan. Karena masa eman (golden period) penanganannya sudah lewat hampir 24 jam. Nah, operasi sudah kami kerjakan tadi pagi (kemarin). Kenapa tadi pagi? Karena perlu resusitasi. Karena bayi datang dalam keadaan kurang cairan, terus sudah mulai ada tanda awal infeksi, tentu harus distabilkan. Kalau bayi kurang cairan kami paksa masuk ruang operasi, kan kita membunuh lebih cepat,” terang dr Darmajaya.
Selain melakukan bedah, tim medis RSUP Sanglah juga memasang silo bag, yakni pembungkus dari bahan khusus. Mereka memakai kantong urine yang sudah steril, kemudian dijahit di sekeliling kulit si bayi untuk melindungi usus dari penguapan. Setelah bengkaknya makin mengecil dan tanda infeksinya reda, serta tidak ditemukan lagi penyakit atau kelainan lainnya, maka tahap lebih lanjut adalah menutup dinding perutnya.
“Kalau nanti bayi ini selamat, survive, bisa tertolong dan tidak penyulit (penyakit atau kelainan lain, Red) yang lain, pada saat akan membuang parasitnya, kulitnya bisa dipakai untuk menutup (dinding perut).”
Dia berharap setelah tahap ini, tidak ditemukan bonus-bonus kelainan pada bayi yang punya 4 tangan dan 4 kaki tersebut. Sebab, dalam kasus semacam ini biasanya disertai dengan kelainan jantung.
Menurut dr Darmajaya, kasus ini terbilang sangat langka. Selama 14 tahun dirinya bekerja di RSUP Sanglah, baru kali ini ada kasus parasitic twin. Persoalan utama parasitic twin, kata dia, bukan pada membuang parasitnya, namun omphalocele yang pecah. Sedangkan membuang parasitnya tidak masalah dilakukan kapan pun. “Yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan bayinya agar tetap hidup. Membuang parasit itu bukan hal yang susah. Mirip seperti operasi tumor biasanya. Tapi, omphalocele-nya dan kelainan lainnya yang harus kita pantau,” paparnya.
Di sisi lain, Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak RSUP Sanglah, dr I Wayan Dharma Artana, mengatakan bayi dengan bobot lahir 3.000 gram ini kini dirawat di incubator Ruang NICU. Bayi ini datang ke RSUP Sanglah dengan kelainan bawaan, ada organ-organ tubuh yang menempel.
“Kami melakukan stabilisasi kondisinya seperti biasa. Perbaiki kondisi secara umum, suhu badan dan pemeriksaan lebih lanjut. Juga dengan infus dan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi terjadi,” jelas dr Dharma Artana di RSUP Sanglah, Rabu kemarin.
Sementara itu, ayah si bayi parasitic twin, Made Mujana, masih sedih atas kondisi bayinya. Made Mujana hanya bisa memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Menurut Mujana, kelahiran bayinya yang tak normal ini sungguh di luar dugaan. Padahal, selama kehamilan istrinya, tidak ada yang aneh. Kehamilan anak ketiganya ini pun baik-baik saja. Saat dilakukan USG, tidak ada kelainan seperti itu.
“Selama hamil, ibunya tidak pernah ada keluhan. Istri saya juga tidak pernah sakit dan hanya konsumsi vitamin seperti biasa. Firasat juga tidak ada,” tutur Mujana saat ditemui NusaBali di depan Ruang Cempaka RSUP Sanglah, Rabu kemarin.
Sedangkan kakak ipar Mujana, Made Darmika, berharap penanganan medis bisa membantu kesembuhan bayi parasitic twin ini. Darmika pun berharap ada keajaiban dari Tuhan, sehingga keponakannya yang lahir tidak normal bisa bertahan hidup.
Menurut Darmika, pihaknya bersyukur karena biaya penanganan bayi malang ini masih ditanggung Kartu Indonesia Sehat Penerima Bantuan Iuran (KIS-PBI). “Kedua orangtua di bayi kerjanya serabutan, dengan penghasilan tak menentu. Mereka kerja apa saja. Kalau lagi musim, orangtuanya jadi buruh ngorek cengkih. Kalau tidak musim cengkih, bapaknya kadang kerja bangunan,” papar Darmika.
Bayi parasitic twin itu sendiri dilahirkan melalui persalinan normal di salah satu klinik bidan kawasan Kecamatan Seririt, Buleleng, Senin (23/9) dinihari pukul 03.00 Wita. Begitu lahir, bayi malang yang memiliki 4 tangan dan 4 kaki beserta ibunya langsung dirujuk ke RSUD Buleleng di Singaraja.
Bidan yang menangani kelahiran bayi malang ini di klinik kawasan Seririt, tidak mau ambil risiko. Sebab, bayi malang tersebut bukan hanya memiliki kelaian lahir dengan 4 tangan dan 4 kaki, tapi ususnya juga terburai. Itu sebabnya, bayi dengan kelainan komplek ini langsung dirujuk ke RSUD Buleleng.
Secara kasat mata, bayi perempuan yang belum diberi nama ini tampak seperti bayi kembar siam. Hanya saja, perkembangan kembarannya tidak sempurna. Sejumlah bagian anggota tubuh menempel pada tubuh bayi malang ini, seperti 2 tangan, 2 kaki, dan organ dalam, namun tidak memiliki badan dan kepala. *ind
Bayi parasitic twin yang merupakan anak ketiga dari pasangan Made Mujana, 36, dan Kadek Gorsi, 35, ini sudah menjalani tindakan operasi di RSUP Sanglah, Rabu (25/9) pagi. Dokter spesialis bedah anak yang menanganinya di RSUP Sanglah, dr Darmajaya SpB-A, menjelaskan parasitic twin yang dialami bayi asal Desa Pangkung Paruk ini berbeda dengan kembar siam. Jika kembar siam, secara terminologi medisnya adalah ada dua kehidupan yang menjadi satu. Sedangkan dalam parasitic twin, satu saja yang bernyawa, hanya ada tambahan organ tubuh.
Menurut dr Darmajaya, antara kasus kembar siam dan kembar parasit (parasitic twin) tidak saling berhubungan. “Parasitic twin ini yang tidak simetris, tidak komplit. Bukan kembar siam, tapi prosesnya saja yang mirip. Dia tidak sempurna, menyisakan beberapa organ,” jelas dr Darmajaya di RSUP Sanglah kemarin.
Pada kasus parasitic twin, kata dr Darmajaya, dalam tahap operasinya disebut sebagai pembuangan parasit. Berbeda dengan kasus kembar siam, yang dalam tahap operasinya disebut pemisahan, karena ada dua nyawa.
Namun, persoalan yang tengah dihadapi saat ini oleh bayi perempuan yang punya 4 tangan dan 4 kaki ini bukanlah proses pembuangan parasitnya, melainkan omphalocele-nya yang pecah. Omphalocele adalah cacat lahir di mana usus atau organ-organ perut lain keluar dari pusar. Omphalocele juga biasa disebut usus terburai.
“Ada dua jenis usus terburai. Pertama, sejak dalam kandungan posisi ususnya sudah di luar perut. Kedua, ada yang sejak dalam kandungan ususnya masih terbungkus lapisan tipis. Jadi, banyak bayi yang lahir begini, tidak terburai ususnya, tapi menerawang. Ada selaput tipis, namanya selaput amnion, yang melindungi, makanya disebut omphalocele,” tandas dr Darmajaya.
Disebutkan, ketika bayi malang yang dirujuk dari RSUD Buleleng ini tiba di RSUP Sanglah, ususnya memang sudah bengkak. Jadi, masalah yang dihadapi bayi ini omphalocele-nya pecah. Kalau masih ada pembungkusnya, usus aman dan terlindungi, tidak ada penguapan, dehidrasi, dan infeksi. Semakin lama usus itu berada di luar, penguapannya makin tinggi, kurang cairan, risiko infeksi, dan lain-lain,” katanya.
Selain itu, kata dr Darmajaya, lapisan dinding perut bayi berkelainan komplek ini juga tidak terbentuk sempurna, sehingga berpotensi menimbulkan kelainan organ yang lain. Makanya, perlu dilakukan screening lebih lanjut untuk mengetahui adanya kelainan organ, seperti jantung maupun kelainan-kelainan kromosom.
“Kami tidak bisa menjanjikan. Karena masa eman (golden period) penanganannya sudah lewat hampir 24 jam. Nah, operasi sudah kami kerjakan tadi pagi (kemarin). Kenapa tadi pagi? Karena perlu resusitasi. Karena bayi datang dalam keadaan kurang cairan, terus sudah mulai ada tanda awal infeksi, tentu harus distabilkan. Kalau bayi kurang cairan kami paksa masuk ruang operasi, kan kita membunuh lebih cepat,” terang dr Darmajaya.
Selain melakukan bedah, tim medis RSUP Sanglah juga memasang silo bag, yakni pembungkus dari bahan khusus. Mereka memakai kantong urine yang sudah steril, kemudian dijahit di sekeliling kulit si bayi untuk melindungi usus dari penguapan. Setelah bengkaknya makin mengecil dan tanda infeksinya reda, serta tidak ditemukan lagi penyakit atau kelainan lainnya, maka tahap lebih lanjut adalah menutup dinding perutnya.
“Kalau nanti bayi ini selamat, survive, bisa tertolong dan tidak penyulit (penyakit atau kelainan lain, Red) yang lain, pada saat akan membuang parasitnya, kulitnya bisa dipakai untuk menutup (dinding perut).”
Dia berharap setelah tahap ini, tidak ditemukan bonus-bonus kelainan pada bayi yang punya 4 tangan dan 4 kaki tersebut. Sebab, dalam kasus semacam ini biasanya disertai dengan kelainan jantung.
Menurut dr Darmajaya, kasus ini terbilang sangat langka. Selama 14 tahun dirinya bekerja di RSUP Sanglah, baru kali ini ada kasus parasitic twin. Persoalan utama parasitic twin, kata dia, bukan pada membuang parasitnya, namun omphalocele yang pecah. Sedangkan membuang parasitnya tidak masalah dilakukan kapan pun. “Yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan bayinya agar tetap hidup. Membuang parasit itu bukan hal yang susah. Mirip seperti operasi tumor biasanya. Tapi, omphalocele-nya dan kelainan lainnya yang harus kita pantau,” paparnya.
Di sisi lain, Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak RSUP Sanglah, dr I Wayan Dharma Artana, mengatakan bayi dengan bobot lahir 3.000 gram ini kini dirawat di incubator Ruang NICU. Bayi ini datang ke RSUP Sanglah dengan kelainan bawaan, ada organ-organ tubuh yang menempel.
“Kami melakukan stabilisasi kondisinya seperti biasa. Perbaiki kondisi secara umum, suhu badan dan pemeriksaan lebih lanjut. Juga dengan infus dan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi terjadi,” jelas dr Dharma Artana di RSUP Sanglah, Rabu kemarin.
Sementara itu, ayah si bayi parasitic twin, Made Mujana, masih sedih atas kondisi bayinya. Made Mujana hanya bisa memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Menurut Mujana, kelahiran bayinya yang tak normal ini sungguh di luar dugaan. Padahal, selama kehamilan istrinya, tidak ada yang aneh. Kehamilan anak ketiganya ini pun baik-baik saja. Saat dilakukan USG, tidak ada kelainan seperti itu.
“Selama hamil, ibunya tidak pernah ada keluhan. Istri saya juga tidak pernah sakit dan hanya konsumsi vitamin seperti biasa. Firasat juga tidak ada,” tutur Mujana saat ditemui NusaBali di depan Ruang Cempaka RSUP Sanglah, Rabu kemarin.
Sedangkan kakak ipar Mujana, Made Darmika, berharap penanganan medis bisa membantu kesembuhan bayi parasitic twin ini. Darmika pun berharap ada keajaiban dari Tuhan, sehingga keponakannya yang lahir tidak normal bisa bertahan hidup.
Menurut Darmika, pihaknya bersyukur karena biaya penanganan bayi malang ini masih ditanggung Kartu Indonesia Sehat Penerima Bantuan Iuran (KIS-PBI). “Kedua orangtua di bayi kerjanya serabutan, dengan penghasilan tak menentu. Mereka kerja apa saja. Kalau lagi musim, orangtuanya jadi buruh ngorek cengkih. Kalau tidak musim cengkih, bapaknya kadang kerja bangunan,” papar Darmika.
Bayi parasitic twin itu sendiri dilahirkan melalui persalinan normal di salah satu klinik bidan kawasan Kecamatan Seririt, Buleleng, Senin (23/9) dinihari pukul 03.00 Wita. Begitu lahir, bayi malang yang memiliki 4 tangan dan 4 kaki beserta ibunya langsung dirujuk ke RSUD Buleleng di Singaraja.
Bidan yang menangani kelahiran bayi malang ini di klinik kawasan Seririt, tidak mau ambil risiko. Sebab, bayi malang tersebut bukan hanya memiliki kelaian lahir dengan 4 tangan dan 4 kaki, tapi ususnya juga terburai. Itu sebabnya, bayi dengan kelainan komplek ini langsung dirujuk ke RSUD Buleleng.
Secara kasat mata, bayi perempuan yang belum diberi nama ini tampak seperti bayi kembar siam. Hanya saja, perkembangan kembarannya tidak sempurna. Sejumlah bagian anggota tubuh menempel pada tubuh bayi malang ini, seperti 2 tangan, 2 kaki, dan organ dalam, namun tidak memiliki badan dan kepala. *ind
Komentar