Ida Made Rai Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Pimpin Perang Banjar Bersama Laskar Gobleg – Bali Aga
Belanda kewalahan menghadapi pejuang distrik Banjar, mulai dari Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng hingga Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak.
SINGARAJA, NusaBali
Ida Made Rai, pemimpin ‘Perang Banjar’ pada tahun 1868 melawan kolonial Belanda, diwacanakan akan diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Hal tersebut tercetus pada Fokus Group Discusion (FGD) Perang Banjar yang menghadirkan tim peneliti sejarah Bali bersama intansi terkait di Puri Gede Banjar, Rabu (25/9) kemarin.
Dalam pertemuan tersebut juga muncul saran pembangunan monumen untuk mengenang jasa laskar-laskar Buleleng Barat yang saat itu gigih mempertahankan Buleleng dari jajahan Belanda. Sejarah ‘Perang Banjar’ yang sudah pernah dibukukan dua kali yakni di tahun 2007 dan 2011 lalu, sejauh ini memang tak begitu berpengaruh dalam sejarah perjuangan melawan Belanda. Hanya sebulan belakangan sempat booming, setelah pihak Puri Gede Banjar bersama keturunan laskar-laskar pejuang Buleleng Barat masa itu memperingati 151 tahun Perang Banjar pada Jumat (20/9) lalu.
Perlawanan kepada Belanda yang dilakukan oleh Ida Made Rai bersama laskar-laskar dari Gobleg, Bali Aga, merupakan pasukan yang tak mudah ditaklakkan oleh Belanda. Bahkan Belanda pun sempat salah prediksi soal kekuatan pejuang distrik Banjar saat itu yang berkuasa dari Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng hingga Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak. Hingga akhirnya perjuangan selesai dengan kasus penculikan Raja Banjar Ida Made Rai yang diasingkan Belanda ke Bandung. Yang hingga kini jasadnya tak ditemukan dan sudah diabenkan keluarga pada tahun 1998 silam.
Tim peneliti, Dr I Wayan Tagel Eddy MS, mengatakan atas sejarah Perang Banjar yang diwarisi masyarakat Bali, perlu ada penghormatan jasa. Ida Made Rai dan pasukannya disebutnya sebagai pejuang besar. “Beliau sebagai pejuang besar ada baik usulkan sebagai pahlawan ke depannya,” kata dia. Hanya saja untuk mewujudkan itu perlu ada kajian lebih lanjut terkait sumber data yang berkaitan dengan Ida Made Rai. Selain juga memerlukan kajian akademik, untuk menjustifikasi sebagai objek yang layak diajukan. Kajian itu disebut I Wayan Tagel sedang disdiskusikan dan disiapkan bersama sebelum diajukan ke pemerintah pusat.
Tim peneliti juga menyambut baik usulan pembangunan monumen ‘Perang Banjar’, sebagai sarana mentransfer sejarah kepada generasi muda. Hanya saja untuk mendirikannya memelukan program yang terintegrasi antara seluruh komponen, baik dari pemerintah termasuk keturunan laskar-laskar Banjar sendiri.
Sementara itu Ida Bagus Wika Krisna generasi ke lima keturunan Ida Made Rai mengatakan penelitian dan kajian sejarah Perang Banjar memang sudah tidak dapat dipungkiri sebagai fakta sejarah perjuangan Buleleng Barat melawan penjajah Belanda. Sebagai keturunan yang masih sangat menghormati jasa leluhurnya, Ida Bagus Wika Krisna pun mengapresiasi tinggi jika Ida Made Rai akan diperjuangkan menjadi pahlawan nasional.
“Tentu kami sangat berterimakasih jika pemerintah mau memperjuangkan itu (pahlawan nasional,red). Bagaimana pun juga nilai yang terkandung dalam perjuangan beliau harus ditransfer ke generasi muda,” jelasnya. Pria 40 tahun yang akrab disapa Gus Wika juga berharap pemerintah berikan support betapa penting membangun monumen sebagai media untuk menstranfer nilai yang terkandung dalam Perang Banjar.
Pembangunan monumen itu diharapkannya dapat didirikan di Banjar sebagai titik sentral perjuangan Perang Banjar yang mengilhami perjuangan Buleleng Barat. Griya Gede Banjar sebagai pewaris sejarah perjuangan Perang Banjar juga sejauh ini membuka diri terkait informasi Perang Banjar khususnya untuk generasi muda. Bahkan soal rencana pengembangan wisata sejarah yang akan dipaketkan dengan destinasi wihara Banjar dan Air Panas Banjar. *k23
Dalam pertemuan tersebut juga muncul saran pembangunan monumen untuk mengenang jasa laskar-laskar Buleleng Barat yang saat itu gigih mempertahankan Buleleng dari jajahan Belanda. Sejarah ‘Perang Banjar’ yang sudah pernah dibukukan dua kali yakni di tahun 2007 dan 2011 lalu, sejauh ini memang tak begitu berpengaruh dalam sejarah perjuangan melawan Belanda. Hanya sebulan belakangan sempat booming, setelah pihak Puri Gede Banjar bersama keturunan laskar-laskar pejuang Buleleng Barat masa itu memperingati 151 tahun Perang Banjar pada Jumat (20/9) lalu.
Perlawanan kepada Belanda yang dilakukan oleh Ida Made Rai bersama laskar-laskar dari Gobleg, Bali Aga, merupakan pasukan yang tak mudah ditaklakkan oleh Belanda. Bahkan Belanda pun sempat salah prediksi soal kekuatan pejuang distrik Banjar saat itu yang berkuasa dari Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng hingga Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak. Hingga akhirnya perjuangan selesai dengan kasus penculikan Raja Banjar Ida Made Rai yang diasingkan Belanda ke Bandung. Yang hingga kini jasadnya tak ditemukan dan sudah diabenkan keluarga pada tahun 1998 silam.
Tim peneliti, Dr I Wayan Tagel Eddy MS, mengatakan atas sejarah Perang Banjar yang diwarisi masyarakat Bali, perlu ada penghormatan jasa. Ida Made Rai dan pasukannya disebutnya sebagai pejuang besar. “Beliau sebagai pejuang besar ada baik usulkan sebagai pahlawan ke depannya,” kata dia. Hanya saja untuk mewujudkan itu perlu ada kajian lebih lanjut terkait sumber data yang berkaitan dengan Ida Made Rai. Selain juga memerlukan kajian akademik, untuk menjustifikasi sebagai objek yang layak diajukan. Kajian itu disebut I Wayan Tagel sedang disdiskusikan dan disiapkan bersama sebelum diajukan ke pemerintah pusat.
Tim peneliti juga menyambut baik usulan pembangunan monumen ‘Perang Banjar’, sebagai sarana mentransfer sejarah kepada generasi muda. Hanya saja untuk mendirikannya memelukan program yang terintegrasi antara seluruh komponen, baik dari pemerintah termasuk keturunan laskar-laskar Banjar sendiri.
Sementara itu Ida Bagus Wika Krisna generasi ke lima keturunan Ida Made Rai mengatakan penelitian dan kajian sejarah Perang Banjar memang sudah tidak dapat dipungkiri sebagai fakta sejarah perjuangan Buleleng Barat melawan penjajah Belanda. Sebagai keturunan yang masih sangat menghormati jasa leluhurnya, Ida Bagus Wika Krisna pun mengapresiasi tinggi jika Ida Made Rai akan diperjuangkan menjadi pahlawan nasional.
“Tentu kami sangat berterimakasih jika pemerintah mau memperjuangkan itu (pahlawan nasional,red). Bagaimana pun juga nilai yang terkandung dalam perjuangan beliau harus ditransfer ke generasi muda,” jelasnya. Pria 40 tahun yang akrab disapa Gus Wika juga berharap pemerintah berikan support betapa penting membangun monumen sebagai media untuk menstranfer nilai yang terkandung dalam Perang Banjar.
Pembangunan monumen itu diharapkannya dapat didirikan di Banjar sebagai titik sentral perjuangan Perang Banjar yang mengilhami perjuangan Buleleng Barat. Griya Gede Banjar sebagai pewaris sejarah perjuangan Perang Banjar juga sejauh ini membuka diri terkait informasi Perang Banjar khususnya untuk generasi muda. Bahkan soal rencana pengembangan wisata sejarah yang akan dipaketkan dengan destinasi wihara Banjar dan Air Panas Banjar. *k23
Komentar