Pastika Lapor ke Polda, Karena Ngangget Don Bingin Masuk di FB
Belum tuntas laporan kasus akun palsu Facebook (FB) saat Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1938, Maret 2016 lalu, yang mencatut Gubernur Bali Made Mangku Pastika, kini muncul lagi kasus serupa.
DENPASAR, NusaBali
Kali ini, Gubernur Pastika melaporkan akun FB atas nama Aridus Jiro ke Polda Bali, Jumat (8/7), atas dugaan pencemaran nama baik dan fitnah, terkait postingan berisi ritual ngangget don bingin.
Laporan Gubernur Pastika ke Mapolda Bali, Jalan WR Supratman Denpasar, Jumat kemarin, dilakukan Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali, Dewa Gede Mahendra Putra. Dalam laporannya yang diterima Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SKPT) Polda Bali bernomor TBL/272/VII/2016 tertanggal 8 Juli 2016 tersebut, dilaporkan adanya tindak pidana pencemaran nama baik melalui FB sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (3) Jo Pasal 45 ayat (1) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi dan Elektronik (ITE)), serta Pasal 310 KUHP.
Terkait laporannya tersebut, Dewa Mahendra atas nama instusi Pemprov Bali kemarin di-mintai keterangan oleh penyidik Dit Reskrimsus Polda Bali selama 7 jam, sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga sore pukul 16.00 Wita. Seusai melapor ke Polda Bali, Dewa Mahendra mengatakan akun FB atas nama Aridus Jiro dilaporkan ke polisi karena memposting pernyataan yang mendiskreditkan dan bermuatan fitnah, serta pencemaran nama baik Gubernur Bali. “Ini sudah menyentuh institusi,” tegas Dewa Mahendra.
Dewa Mahendra membebarkan, postingan di akun FB Aridus Jiro yang dimasalahkan tersebut berbunyi ‘Pagi ini setelah acara magobedan atau mesaingih baik di rumah masing-masing pangiring maupun secara massal di Payadnyanan, terkait upacara mamukur di Puri Agung Jro Kuta Denpasar, sore ini dilanjutkan upacara ngangget don bingin. Sayang, acara tidak lagi bisa dilaksanakan di tempat biasa seturut tradisi, karena pohon beringin bernilai sakral tersebut dipangkas habis daun dan rantingnya, entah alasan apa? Ada yang berasumsi, mungkin orang penting yang kini berumah-jabatan di sana tidak ingin terusik ketenangangannya. Ooh begitu kah? Inikah cermin sikap Ajeg Bali mutakhir?’
Dewa Mahendra mengatakan, tempat ritual ngangget don bingin (memetik daun beringin) yang dimaksud adalah di Rumah Jabatan Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Gedung Jaya Sabha Denpasar, sebelah utara Lapangan Puputan Badung. Menurut Dewa Mahendra, selama ini tidak pernah ada larangan atau mencegah krama Hindu untuk melaksanakan kegiatan ritual ngangget don bingin dari Pemprov Bali maupun Gubernur Bali.
“Tidak pernah ada larangan secara langsung maupun tidak langsung oleh Gubernur atau staf Pemprov Bali untuk ritual ngangget don bingin di Jaya Sabha. Ini sudah fitnah dalam bentuk tulisan dan pernyataan. Makanya, kami atas nama institusi ambil langkah hukum,” ujar Dewa Mahendra.
Selama ini, kata dia, Gubernur Pastika sering menyampaikan kepada tamu-tamu negara bahwa di Rumah Jabatan Gubernur ada Pohon Beringin yang disakralkan dan dijadikan tempat ritual ngangget don bingin oleh umat Hindu terkait upacara pitra yadnya. “Gubernur Bali kalau ada kegiatan dengan tamu pemerintah, sering mengalah dan memindahkan acara ke tempat lain jika umat Hindu di Denpasar atau di Bali ada ritual di Pohon Beringin di Jaya Sabha. Itu apa artinya? Apakah terusik? Nggak terusik, buktinya Gubernur Pastika mempersilakan bahkan mengalihkan acara supaya kegiatan umat tidak terganggu,” ujar mantan Kabag Publikasi dan Dokumentasi Pemprov Bali ini.
Bahkan, Dewa Mahendra sendiri juga mengecek ke Jaya Sabha kondisi pohon Beringin sakral tersebut. Ternyata, pohon Beringin masih utuh. Kalaupun ada yang dipangkas, itu karena tidak ingin terjadinya hal-hal membahayakan. Sebab, dahan dan rantingnya bisa patah menimpa orang. “Namun, daun dan ranting di bawahnya masih banyak dan rimbun kok. Kalau mau ngangget don bingin, 3 Truk dapat itu,” tegas Dewa Mahendra.
Ritual ngangget don bingin pun, kata Dewa Mahendra, biasa dilaksanakan beberapa hari lalu oleh umat Hindu. “Termasuk besok (hari ini) akan ada juga ritual ngangget don bingin di Jaya Sabha,” tandas Dewa Mahendra seraya menyebutkan kasus yang dilaporkan Pemprov Bali ini kini sepenuhnya di institusi Polda Bali. 7 nat
Kali ini, Gubernur Pastika melaporkan akun FB atas nama Aridus Jiro ke Polda Bali, Jumat (8/7), atas dugaan pencemaran nama baik dan fitnah, terkait postingan berisi ritual ngangget don bingin.
Laporan Gubernur Pastika ke Mapolda Bali, Jalan WR Supratman Denpasar, Jumat kemarin, dilakukan Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali, Dewa Gede Mahendra Putra. Dalam laporannya yang diterima Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SKPT) Polda Bali bernomor TBL/272/VII/2016 tertanggal 8 Juli 2016 tersebut, dilaporkan adanya tindak pidana pencemaran nama baik melalui FB sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (3) Jo Pasal 45 ayat (1) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi dan Elektronik (ITE)), serta Pasal 310 KUHP.
Terkait laporannya tersebut, Dewa Mahendra atas nama instusi Pemprov Bali kemarin di-mintai keterangan oleh penyidik Dit Reskrimsus Polda Bali selama 7 jam, sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga sore pukul 16.00 Wita. Seusai melapor ke Polda Bali, Dewa Mahendra mengatakan akun FB atas nama Aridus Jiro dilaporkan ke polisi karena memposting pernyataan yang mendiskreditkan dan bermuatan fitnah, serta pencemaran nama baik Gubernur Bali. “Ini sudah menyentuh institusi,” tegas Dewa Mahendra.
Dewa Mahendra membebarkan, postingan di akun FB Aridus Jiro yang dimasalahkan tersebut berbunyi ‘Pagi ini setelah acara magobedan atau mesaingih baik di rumah masing-masing pangiring maupun secara massal di Payadnyanan, terkait upacara mamukur di Puri Agung Jro Kuta Denpasar, sore ini dilanjutkan upacara ngangget don bingin. Sayang, acara tidak lagi bisa dilaksanakan di tempat biasa seturut tradisi, karena pohon beringin bernilai sakral tersebut dipangkas habis daun dan rantingnya, entah alasan apa? Ada yang berasumsi, mungkin orang penting yang kini berumah-jabatan di sana tidak ingin terusik ketenangangannya. Ooh begitu kah? Inikah cermin sikap Ajeg Bali mutakhir?’
Dewa Mahendra mengatakan, tempat ritual ngangget don bingin (memetik daun beringin) yang dimaksud adalah di Rumah Jabatan Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Gedung Jaya Sabha Denpasar, sebelah utara Lapangan Puputan Badung. Menurut Dewa Mahendra, selama ini tidak pernah ada larangan atau mencegah krama Hindu untuk melaksanakan kegiatan ritual ngangget don bingin dari Pemprov Bali maupun Gubernur Bali.
“Tidak pernah ada larangan secara langsung maupun tidak langsung oleh Gubernur atau staf Pemprov Bali untuk ritual ngangget don bingin di Jaya Sabha. Ini sudah fitnah dalam bentuk tulisan dan pernyataan. Makanya, kami atas nama institusi ambil langkah hukum,” ujar Dewa Mahendra.
Selama ini, kata dia, Gubernur Pastika sering menyampaikan kepada tamu-tamu negara bahwa di Rumah Jabatan Gubernur ada Pohon Beringin yang disakralkan dan dijadikan tempat ritual ngangget don bingin oleh umat Hindu terkait upacara pitra yadnya. “Gubernur Bali kalau ada kegiatan dengan tamu pemerintah, sering mengalah dan memindahkan acara ke tempat lain jika umat Hindu di Denpasar atau di Bali ada ritual di Pohon Beringin di Jaya Sabha. Itu apa artinya? Apakah terusik? Nggak terusik, buktinya Gubernur Pastika mempersilakan bahkan mengalihkan acara supaya kegiatan umat tidak terganggu,” ujar mantan Kabag Publikasi dan Dokumentasi Pemprov Bali ini.
Bahkan, Dewa Mahendra sendiri juga mengecek ke Jaya Sabha kondisi pohon Beringin sakral tersebut. Ternyata, pohon Beringin masih utuh. Kalaupun ada yang dipangkas, itu karena tidak ingin terjadinya hal-hal membahayakan. Sebab, dahan dan rantingnya bisa patah menimpa orang. “Namun, daun dan ranting di bawahnya masih banyak dan rimbun kok. Kalau mau ngangget don bingin, 3 Truk dapat itu,” tegas Dewa Mahendra.
Ritual ngangget don bingin pun, kata Dewa Mahendra, biasa dilaksanakan beberapa hari lalu oleh umat Hindu. “Termasuk besok (hari ini) akan ada juga ritual ngangget don bingin di Jaya Sabha,” tandas Dewa Mahendra seraya menyebutkan kasus yang dilaporkan Pemprov Bali ini kini sepenuhnya di institusi Polda Bali. 7 nat
Komentar