Bamsoet dan Airlangga Bersatu, di Bali Dua Kubu Masih Berseteru
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang juga Wakil Koordinator Bidang Pratama DPP Partai Golkar sepakat dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk cooling down.
DENPASAR, NusaBali
Keduanya bertemu pada Jumat (27/9), demi menjaga suasana kondusif di internal Partai Golkar menjelang pelantikan anggota parlemen serta pelantikan presiden-wakil presiden.
Namun konsolidasi keduanya tidak serta merta diikuti kader Partai Beringin di bawah, termasuk di DPD I Golkar Bali. Hingga saat ini masih terjadi perang dingin antara kubu DPD I Golkar Bali pimpinan Plt Ketua DPD I Golkar Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer dengan rival-rivalnya para Ketua DPD II Golkar Kabupaten dan Kota yang dilengserkan.
Atas kondisi di pusat, Demer dikonfirmasi NusaBali, Sabtu (28/9), mengatakan pihaknya berharap kondisi di pusat terjadi di daerah. “Tapi apa boleh buat, bersatu itu masih jauh dari harapan di Golkar Bali. Kami siap merangkul, tapi yang mau dirangkul tidak ada,” ujar Demer.
Menurut Demer, kubu Ketua DPD II Golkar Kabupaten dan Kota yang dilengserkan tidak pernah mau menyerah. Mereka bersikukuh berproses di Mahkamah Partai. “Itu lebih bagus, karena memang itu salurannya. Namun di luar itu kalau ada yang merapat, kami sebenarnya mau rangkul. Tapi nggak ada yang merapat,” kata politisi asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, ini.
Demer mengakui persaingan Bamsoet dan Airlangga memang sempat muncul. Dirinya yang berada di kubu pendukung Airlangga menghadapi dua pilihan. Tersingkir atau menyingkirkan. “Tapi dengan pernyataan Bamsoet mendukung Pak Airlangga, ya buat sementara harus ada yang mengalah,” ucapnya.
Demer mengatakan kondisi perseteruan di Bali bisa selesai apabila semua pihak berlapang dada membangun Partai Golkar. “Sekarang ini ada keinginan teman-teman di sebelah untuk berdamai, tanpa ada sanksi atas pelanggaran-pelanggaran organisasi yang dilakukan sejak Desember 2018 sampai April 2019,” tutur Ketua Pemenangan Pemilu DPP Golkar Wilayah Bali, ini.
Seperti diketahui, Demer melengserkan 6 Ketua DPD II Golkar Kabupaten diganti dengan pelaksana tugas. Mereka adalah Ketua DPD II Golkar Jembrana I Wayan Suardika, Ketua DPD II Golkar Tabanan I Ketut Arya Budi Giri, Ketua DPD II Golkar Badung I Wayan Muntra, Ketua DPD II Golkar Karangasem I Made Sukerana, Ketua DPD II Golkar Buleleng I Made Adi Djaya, Ketua DPD II Golkar Bangli I Wayan Gunawan. Dari 6 Ketua DPD II hanya Ketua DPD II Golkar Jembrana yang tidak menggugat ke Mahkamah Partai. Suardika memilih jalur aman dan akhirnya tetap dijatah Wakil Ketua DPRD Jembrana. Yang lainnya menempuh jalur ke Mahkamah Partai. Dalam proses itu diperuncing lagi karena ada isu kubu para Ketua DPD II Golkar Kabupaten yang dilengserkan mendukung Bamsoet.
Yang paling keras kena libas adalah Ketua DPD II Golkar Bangli I Wayan Gunawan. Selain dipecat dari Ketua DPD II Golkar Bangli, dia dilengserkan dari Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali 2014–2019. Bahkan Gunawan yang terpilih lagi di DPRD Bali periode 2019–2024 kini terancam karena dilaporkan kasus pengancaman oleh loyalis Demer yakni Dewa Made Widiasa Nida. Gunawan dan Dewa Nida sempat cekcok di Kantor DPD I Golkar Bali dan berakhir pengancaman.
Gunawan yang dikonfirmasi atas kondisi di pusat, Sabtu kemarin, mengatakan pihaknya menyerahkan sepenuhnya di Mahkamah Partai. “Tunggu saja keputusan Mahkamah Partai,” ujar politisi asal Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli, ini.
Gunawan mengatakan soal perdamaian dengan kubu Demer, dirinya tidak komentar. “Siapa yang merapat dan merangkul, saya tidak komentar. Karena saya sepenuhnya menunggu keputusan Mahkamah Partai,” tegas Gunawan.
Sementara Bamsoet dalam keterangan tertulisnya, Sabtu kemarin menyatakan, “Kita semua menyaksikan situasi politik tanah air satu pekan terakhir yang sangat panas. Demonstrasi mahasiswa terjadi hampir di seluruh daerah. Apapun penyebabnya, situasi tersebut telah mengganggu stabilitas politik nasional. Kemarin saya dan Airlangga sudah bertemu dan sepakat menurunkan tensi politik di internal Partai Golkar.”
Pertemuan itu, lanjut Bamsoet, dapat mengurangi ketegangan dan menghindari perpecahan di internal partai pula. Untuk itu, mereka siap menanggalkan ego dan kepentingan masing-masing guna mendukung serta menyukseskan agenda-agenda besar di tanah air dan jalannya pemerintahan Presiden Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin dalam lima tahun ke depan
Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014–2016 ini menilai, sebagai partai politik tertua dan terbesar di Indonesia, kondisi yang terjadi di internal Partai Golkar turut mempengaruhi kondisi politik nasional. Karenanya, kekuatan Partai Golkar tak boleh tercerai berai, dan harus dikonsolidasikan demi kesuksesan pemerintahan Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin.
Konsolidasi internal Partai Golkar diperlukan karena pada 1 Oktober mendatang terdapat agenda nasional pelantikan anggota DPR RI. Kemudian dilanjut dengan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober 2019. Kedua peristiwa politik itu harus dipastikan berlangsung dalam situasi aman dan damai. *nat, k22
Namun konsolidasi keduanya tidak serta merta diikuti kader Partai Beringin di bawah, termasuk di DPD I Golkar Bali. Hingga saat ini masih terjadi perang dingin antara kubu DPD I Golkar Bali pimpinan Plt Ketua DPD I Golkar Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer dengan rival-rivalnya para Ketua DPD II Golkar Kabupaten dan Kota yang dilengserkan.
Atas kondisi di pusat, Demer dikonfirmasi NusaBali, Sabtu (28/9), mengatakan pihaknya berharap kondisi di pusat terjadi di daerah. “Tapi apa boleh buat, bersatu itu masih jauh dari harapan di Golkar Bali. Kami siap merangkul, tapi yang mau dirangkul tidak ada,” ujar Demer.
Menurut Demer, kubu Ketua DPD II Golkar Kabupaten dan Kota yang dilengserkan tidak pernah mau menyerah. Mereka bersikukuh berproses di Mahkamah Partai. “Itu lebih bagus, karena memang itu salurannya. Namun di luar itu kalau ada yang merapat, kami sebenarnya mau rangkul. Tapi nggak ada yang merapat,” kata politisi asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, ini.
Demer mengakui persaingan Bamsoet dan Airlangga memang sempat muncul. Dirinya yang berada di kubu pendukung Airlangga menghadapi dua pilihan. Tersingkir atau menyingkirkan. “Tapi dengan pernyataan Bamsoet mendukung Pak Airlangga, ya buat sementara harus ada yang mengalah,” ucapnya.
Demer mengatakan kondisi perseteruan di Bali bisa selesai apabila semua pihak berlapang dada membangun Partai Golkar. “Sekarang ini ada keinginan teman-teman di sebelah untuk berdamai, tanpa ada sanksi atas pelanggaran-pelanggaran organisasi yang dilakukan sejak Desember 2018 sampai April 2019,” tutur Ketua Pemenangan Pemilu DPP Golkar Wilayah Bali, ini.
Seperti diketahui, Demer melengserkan 6 Ketua DPD II Golkar Kabupaten diganti dengan pelaksana tugas. Mereka adalah Ketua DPD II Golkar Jembrana I Wayan Suardika, Ketua DPD II Golkar Tabanan I Ketut Arya Budi Giri, Ketua DPD II Golkar Badung I Wayan Muntra, Ketua DPD II Golkar Karangasem I Made Sukerana, Ketua DPD II Golkar Buleleng I Made Adi Djaya, Ketua DPD II Golkar Bangli I Wayan Gunawan. Dari 6 Ketua DPD II hanya Ketua DPD II Golkar Jembrana yang tidak menggugat ke Mahkamah Partai. Suardika memilih jalur aman dan akhirnya tetap dijatah Wakil Ketua DPRD Jembrana. Yang lainnya menempuh jalur ke Mahkamah Partai. Dalam proses itu diperuncing lagi karena ada isu kubu para Ketua DPD II Golkar Kabupaten yang dilengserkan mendukung Bamsoet.
Yang paling keras kena libas adalah Ketua DPD II Golkar Bangli I Wayan Gunawan. Selain dipecat dari Ketua DPD II Golkar Bangli, dia dilengserkan dari Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali 2014–2019. Bahkan Gunawan yang terpilih lagi di DPRD Bali periode 2019–2024 kini terancam karena dilaporkan kasus pengancaman oleh loyalis Demer yakni Dewa Made Widiasa Nida. Gunawan dan Dewa Nida sempat cekcok di Kantor DPD I Golkar Bali dan berakhir pengancaman.
Gunawan yang dikonfirmasi atas kondisi di pusat, Sabtu kemarin, mengatakan pihaknya menyerahkan sepenuhnya di Mahkamah Partai. “Tunggu saja keputusan Mahkamah Partai,” ujar politisi asal Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli, ini.
Gunawan mengatakan soal perdamaian dengan kubu Demer, dirinya tidak komentar. “Siapa yang merapat dan merangkul, saya tidak komentar. Karena saya sepenuhnya menunggu keputusan Mahkamah Partai,” tegas Gunawan.
Sementara Bamsoet dalam keterangan tertulisnya, Sabtu kemarin menyatakan, “Kita semua menyaksikan situasi politik tanah air satu pekan terakhir yang sangat panas. Demonstrasi mahasiswa terjadi hampir di seluruh daerah. Apapun penyebabnya, situasi tersebut telah mengganggu stabilitas politik nasional. Kemarin saya dan Airlangga sudah bertemu dan sepakat menurunkan tensi politik di internal Partai Golkar.”
Pertemuan itu, lanjut Bamsoet, dapat mengurangi ketegangan dan menghindari perpecahan di internal partai pula. Untuk itu, mereka siap menanggalkan ego dan kepentingan masing-masing guna mendukung serta menyukseskan agenda-agenda besar di tanah air dan jalannya pemerintahan Presiden Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin dalam lima tahun ke depan
Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014–2016 ini menilai, sebagai partai politik tertua dan terbesar di Indonesia, kondisi yang terjadi di internal Partai Golkar turut mempengaruhi kondisi politik nasional. Karenanya, kekuatan Partai Golkar tak boleh tercerai berai, dan harus dikonsolidasikan demi kesuksesan pemerintahan Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin.
Konsolidasi internal Partai Golkar diperlukan karena pada 1 Oktober mendatang terdapat agenda nasional pelantikan anggota DPR RI. Kemudian dilanjut dengan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober 2019. Kedua peristiwa politik itu harus dipastikan berlangsung dalam situasi aman dan damai. *nat, k22
Komentar