nusabali

Suarsa Popok, Lulusan SMP Bikin Pipet Bambu Bercorak Lukisan

Ide Kreatif di Tengah Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai

  • www.nusabali.com-suarsa-popok-lulusan-smp-bikin-pipet-bambu-bercorak-lukisan

Corak lukisan pada pipet bambu hasil karya I Gede Suarsa Aryawan alias Suarsa Popok bisa dibuat berbeda tergantung dari pesanan, mulai dari nama hingga corak wayang.

SINGARAJA, NusaBali

Pemberlakuan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai, memunculkan ide kreatif pria tamatan SMPN 3 Sawan di Desa Suwug, Kecamatan Sawan asal Banjar Dinas Tengah, Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng. Adalah I Gede Suarsa Aryawan alias Suarsa Popok, 36, yang memanfaatkan momen Pergub tentang pengurangan sampah plastik sekali pakai tersebut, dengan membuat pipet (sedotan) dari bambu.

Uniknya, pipet bambu yang dibuat berhias lukisan dengan corak khusus sebagai ciri khas. Lukisan dibuat secara manual melalui goresan tinta bara api. Selain pipet, Suarsa Popok juga membuat karya berbahan bambu seperti gantungan kuci, pulpen, asbak hingga lukisan wayang di atas bilah-bilah bambu. Semua karyanya bercorak lukisan dengan bara api.

Suarsa Popok yang ditemui di rumahnya, Sabtu (28/9), menuturkan cikal bakal membuat karya dari bambu dengan ciri khas lukisan dari bara api, berawal dari ketertarikannya terhadap pembuatan name tag berbahan bilah bambu yang ditulis dan atau dilukis dengan bara api. Dia pun mengunjungi sebuah pameran di Singaraja, untuk memperhatikan penulisan dan alat yang dipakai menulis/melukis.

Hasilnya, bapak tiga anak ini berhasil menciptakan alat yang bisa dipakai melukis di atas bambu. Setelah berhasil menciptakan alat, ide kreatifnya pun muncul, yakni melukis wayang di atas bilah-bilah bambu yang dianyam. “Alatnya memakai daya listrik. Ini memang lama prosesnya sampai ketemu alatnya. Karena sejak awal saya sudah punya bayangan mau membuat lukisan wayang di bambu,” kata pria kelahiran, 23 Juli 1983.

Masih kata Suarsa Popok, pembuatan lukisan wayang di atas bambu dimulai sejak akhir 2018. Namun, karena peminat terhadap lukisan wayang di atas bambu itu hanya kalangan tertentu, dia terus mencari ide-ide kreatif lainnya. Sehingga tercetus ide membuat pipet dari bambu. Ide ini sesuai dengan pemberlakuan Pergub mengenai pengurangan sampah plastik sekali pakai. “Waktu itu saya teringat, kalau ada pengurangan sampah plastik, sehingga saya coba membuat pipet dari bambu. Agar lebih menarik, saya lukis bambu pipet itu agar memiliki ciri khas,” ungkapnya.

Menurut suami Ni Made Pariasi, ini lukisan yang dibuat pada pipet bambu (ujung pipet, Red) bercorak patra. Namun, corak lukisan itu bisa dibuat berbeda tergantung dari pesanan, mulai dari nama hingga corak wayang. “Saya lukis dengan corak (desain) sendiri, tetapi kalau corak lain tergantung pesanan,” ujarnya.

Proses pembuatannya cukup lama hingga menjadi pipet bercorak lukisan. Karena bambu yang dipakai harus pilihan dengan besaran seukuran pipet, kemudian dibersihkan hingga bisa lebih tahan lama. Setelah bambu dipotong-potong sepanjang ukuran pipet, 20 centimeter, baru dilanjutkan dengan proses melukis. Proses menyiapkan bambu hingga siap dilukis ini perlu waktu antara 4–5 hari. Sedangkan proses melukisnya hanya memerlukan waktu 3–5 menit untuk satu pipet.

“Kalau prosesnya cukup lama, karena harus memilih bambu yang cukup matang. Tetapi kalau melukisnya, saya rasa tidak begitu lama. Tergantung juga nanti kalau ada corak lain, bisa jadi lebih lama,” tuturnya.

Saat ini selain pipet bambu, Suarsa Popok juga membuat gantungan kunci, pulpen, asbak, dan tempat surat undangan. Semua dibuat dengan ciri khas lukisan dari bara api. Hasil karya ini dibuat dengan memanfaatkan sisa-sisa potongan bambu yang ada. “Kalau ada potongan bambu, saya manfaatkan lagi untuk gantungan kunci dan karya lainnya. Sedangkan asbak itu harus dari bambu berukuran lebih besar lagi,” ujarnya.

Pipet bambu dan karya lainnya, kini sudah banyak yang memesan. Suarsa Popok pun berniat mencari tenaga untuk memenuhi pesanan. Karena selama ini, semua karyanya masih dibuat sendiri. Sedangkan untuk pemenuhan bahan baku, Suarsa Popok mengaku membeli di pemilik bambu. Hasil karyanya seperti pipet bambu saat ini masih dijual dengan harga sangat terjangkau, hanya Rp 3.000 – Rp 4.000 per biji tergantung dari corak lukisan. *k19

Komentar