Ada Desa Airnya Mati Selama 4 Hari
Krisis Air Bersih, Diberlakukan Sistem Gilir
Dampak dari Telaga Tunjung di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan yang mengalami penurunan debit air hingga 50 persen, membuat delapan desa di dua kecamatan krisis air bersih.
TABANAN, NusaBali
Untuk mengatasi itu PDAM lakukan sistem bergilir. Bahkan dalam sistem bergilir tersebut ada sebagian desa yang air PAM-nya mati hingga empat hari.
Sebulan sebelumnya PDAM Tabanan telah melakukan pengumuman sistem bergilir, namun karena debit air semakin krisis dan tidak ada hujan turun, sistem gilir air bersih diperpanjang lagi sejak 27 September. Selama kurun waktu itu sekitar 10 orang per hari pelanggan yang mengadu ke PDAM Tabanan.
Dalam sistem gilir ini desa yang terdampak krisis air dibagi menjadi dua zona. Yang termasuk zona I adalah Desa Bantas dan Desa Mambang Kecamatan Selemadeg Timur. Sedangkan yang termasuk zona II adalah Desa Megati, Desa Tangguntiti, Desa Tegal Mengkeb, Desa Beraban Kecamatan Selemadeg Timur, serta Desa Selemadeg dan Desa Serampingan di Kecamatan Selemadeg.
Kepala Bagian Hubungan Langganan PDAM Tabanan Ida Bagus Marjaya didampingi Kasubag Humas DPAM Tabanan Wayan Agus Suanjaya, mengatakan sistem gilir air bersih sudah dilakukan sejak sebulan akibat debit air di Telaga Tunjung sangat surut. Namun karena tak kunjung ada hujan turun, sistem gilir air bersih diperpanjang. “Perpanjangan sudah kami infokan kepada desa yang terdampak,” tegasnya, Senin (30/9).
Bahkan dalam sistem gilir itu ada desa yang airnya mati selama empat hari dan mengalir selama empat hari. “Misalnya di zona I airnya mati selama empat hari, di zona II airnya mengalir selama empat hari. Begitu pula sebaliknya,” beber Marjaya.
Diterangkannya, sistem gilir air bersih dilakukan selama empat hari untuk memberikan kesempatan masyarakat menampung air dengan waktu yang lebih panjang. Jika dijadwalkan dua hari, ditakutkan terlalu singkat lantaran letak geografis masing-masing desa berbeda. “Takutnya kalau dijadwalkan dua hari, ada desa letak geografisnya tinggi, belum sampai dua hari airnya sudah mati. Makanya dijadwalkan sistem gilirnya sampai empat hari,” kata Marjaya.
Dan selama masa bergilir ini pihak PDAM melalui unit PDAM di kecamatan sudah mewanti-wanti untuk menyampaikan ke masyarakat agar menampung air sebanyak-banyak pada saat dapat giliran air mengalir. Supaya saat giliran airnya mati tidak kelimpungan. “Kami juga belum bisa prediksi akan sampai kapan kemarau ini, tetapi dari informasi BMKG awal November sudah terjadi musim hujan,” katanya.
Meskipun terjadi krisis air bersih, PDAM tidak melakukan pembagian air dengan membawa truk tangki ke masing-masing desa. Karena desa yang terdampak krisis air dari Telaga Tunjung masih bisa memenuhi kebutuhan air bersih. Pembagian air tangki ke masing-masing desa dilakukan jika desa tersebut tidak mendapatkan air bersih selama seminggu.
Marjaya menambahkan selama proses sistem gilir air bersih memang ada keluhan pelanggan ke PDAM. Rata-rata keluhan mencapai 10 orang per hari. “Keluhan wajar, karena musim kemarau. Dan tidak Tabanan saja yang mengalami hal ini, saya yakin seluruh Indonesia. Intinya kita tetap komunikasi secara intens ke desa yang terdampak,” tandas Marjaya. *des
Sebulan sebelumnya PDAM Tabanan telah melakukan pengumuman sistem bergilir, namun karena debit air semakin krisis dan tidak ada hujan turun, sistem gilir air bersih diperpanjang lagi sejak 27 September. Selama kurun waktu itu sekitar 10 orang per hari pelanggan yang mengadu ke PDAM Tabanan.
Dalam sistem gilir ini desa yang terdampak krisis air dibagi menjadi dua zona. Yang termasuk zona I adalah Desa Bantas dan Desa Mambang Kecamatan Selemadeg Timur. Sedangkan yang termasuk zona II adalah Desa Megati, Desa Tangguntiti, Desa Tegal Mengkeb, Desa Beraban Kecamatan Selemadeg Timur, serta Desa Selemadeg dan Desa Serampingan di Kecamatan Selemadeg.
Kepala Bagian Hubungan Langganan PDAM Tabanan Ida Bagus Marjaya didampingi Kasubag Humas DPAM Tabanan Wayan Agus Suanjaya, mengatakan sistem gilir air bersih sudah dilakukan sejak sebulan akibat debit air di Telaga Tunjung sangat surut. Namun karena tak kunjung ada hujan turun, sistem gilir air bersih diperpanjang. “Perpanjangan sudah kami infokan kepada desa yang terdampak,” tegasnya, Senin (30/9).
Bahkan dalam sistem gilir itu ada desa yang airnya mati selama empat hari dan mengalir selama empat hari. “Misalnya di zona I airnya mati selama empat hari, di zona II airnya mengalir selama empat hari. Begitu pula sebaliknya,” beber Marjaya.
Diterangkannya, sistem gilir air bersih dilakukan selama empat hari untuk memberikan kesempatan masyarakat menampung air dengan waktu yang lebih panjang. Jika dijadwalkan dua hari, ditakutkan terlalu singkat lantaran letak geografis masing-masing desa berbeda. “Takutnya kalau dijadwalkan dua hari, ada desa letak geografisnya tinggi, belum sampai dua hari airnya sudah mati. Makanya dijadwalkan sistem gilirnya sampai empat hari,” kata Marjaya.
Dan selama masa bergilir ini pihak PDAM melalui unit PDAM di kecamatan sudah mewanti-wanti untuk menyampaikan ke masyarakat agar menampung air sebanyak-banyak pada saat dapat giliran air mengalir. Supaya saat giliran airnya mati tidak kelimpungan. “Kami juga belum bisa prediksi akan sampai kapan kemarau ini, tetapi dari informasi BMKG awal November sudah terjadi musim hujan,” katanya.
Meskipun terjadi krisis air bersih, PDAM tidak melakukan pembagian air dengan membawa truk tangki ke masing-masing desa. Karena desa yang terdampak krisis air dari Telaga Tunjung masih bisa memenuhi kebutuhan air bersih. Pembagian air tangki ke masing-masing desa dilakukan jika desa tersebut tidak mendapatkan air bersih selama seminggu.
Marjaya menambahkan selama proses sistem gilir air bersih memang ada keluhan pelanggan ke PDAM. Rata-rata keluhan mencapai 10 orang per hari. “Keluhan wajar, karena musim kemarau. Dan tidak Tabanan saja yang mengalami hal ini, saya yakin seluruh Indonesia. Intinya kita tetap komunikasi secara intens ke desa yang terdampak,” tandas Marjaya. *des
Komentar