Perhatikan Wisatawan, Bali Perbaiki Sanitasi Lingkungan
Pemerintah Provinsi Bali berupaya menggenjot pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sampah demi kenyamanan masyarakat dan wisatawan.
DENPASAR, NusaBali
Hal itu sebagai respons penurunan jumlah wisatawan Eropa yang terus menurun, yang diprediksi akibat kualitas infrastruktur dan sanitasi lingkungan yang merosot. Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artana Ardhana Sukawati (Cok Ace) saat bertemu Konsul Kehormatan Swiss untuk Bali Gerhard L Nutz, di ruang kerjanya, Denpasar, Senin (1/10/2019).
Wagub Cok Ace menyampaikan, Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster menyiapkan masterplan pembangunan Bali Semesta Berencana, yang isinya tidak hanya membangun bumi Bali, namun juga manusia dan alamnya sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Salah satu fokus visi tersebut adalah pembangunan di bidang pariwisata. Selain upaya pelestarian adat dan budaya melalui penggunaan busana adat serta bahasa dan aksara Bali, kata Cok Ace, pemerintah saat ini gencar membangun infrastruktur dan kebersihan lingkungan melalui program Bali Resik serta pembatasan timbulan sampah plastik. Hal itu tentu saja bertujuan memberikan kenyamanan bagi wisatawan dan mempermudah mengakses tempat-tempat wisata.
Dalam kesempatan itu, Wagub Cok Ace mengapresiasi langkah negara maju yang sangat baik mengelola sampah. Dengan pajak yang dibayar oleh masyarakat, negara-negara maju tersebut berhasil mengolah dan memilah sampah. Namun Cok Ace mengaku tidak ingin mengadopsi secara penuh sistem itu. “Kami juga ingin mengembangkan sistem gotong royong dan menyama braya yang sudah menjadi warisan kita di Bali,” kata Cok Ace.
Sebelumnya, konsul Gerhard L Nutz menyatakan, promosi pariwisata ke Bali sudah semakin jarang ditemui di negara-negara Eropa. Hal itu bisa dilihat dari menurunnya jumlah wisatwan Eropa ke Bali tahun ini terutama pada high season di bulan Juli-Agustus.
Apalagi menurutnya, saat ini wisatawan Eropa tengah beralih ke negara Sri Lanka atau Vietnam. “Kedua negara tersebut semakin naik daun karena mempunyai jarak tempuh hanya delapan jam menggunakan pesawat.”
Sedangkan soal Bali, Gerhard L Nutz mengaku masalah kemacetan dan sampah menjadi isu yang cukup besar di Eropa. Sehingga ia mendorong Pemprov Bali untuk segera membenahi kedua masalah tersebut. *
Hal itu sebagai respons penurunan jumlah wisatawan Eropa yang terus menurun, yang diprediksi akibat kualitas infrastruktur dan sanitasi lingkungan yang merosot. Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artana Ardhana Sukawati (Cok Ace) saat bertemu Konsul Kehormatan Swiss untuk Bali Gerhard L Nutz, di ruang kerjanya, Denpasar, Senin (1/10/2019).
Wagub Cok Ace menyampaikan, Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster menyiapkan masterplan pembangunan Bali Semesta Berencana, yang isinya tidak hanya membangun bumi Bali, namun juga manusia dan alamnya sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Salah satu fokus visi tersebut adalah pembangunan di bidang pariwisata. Selain upaya pelestarian adat dan budaya melalui penggunaan busana adat serta bahasa dan aksara Bali, kata Cok Ace, pemerintah saat ini gencar membangun infrastruktur dan kebersihan lingkungan melalui program Bali Resik serta pembatasan timbulan sampah plastik. Hal itu tentu saja bertujuan memberikan kenyamanan bagi wisatawan dan mempermudah mengakses tempat-tempat wisata.
Dalam kesempatan itu, Wagub Cok Ace mengapresiasi langkah negara maju yang sangat baik mengelola sampah. Dengan pajak yang dibayar oleh masyarakat, negara-negara maju tersebut berhasil mengolah dan memilah sampah. Namun Cok Ace mengaku tidak ingin mengadopsi secara penuh sistem itu. “Kami juga ingin mengembangkan sistem gotong royong dan menyama braya yang sudah menjadi warisan kita di Bali,” kata Cok Ace.
Sebelumnya, konsul Gerhard L Nutz menyatakan, promosi pariwisata ke Bali sudah semakin jarang ditemui di negara-negara Eropa. Hal itu bisa dilihat dari menurunnya jumlah wisatwan Eropa ke Bali tahun ini terutama pada high season di bulan Juli-Agustus.
Apalagi menurutnya, saat ini wisatawan Eropa tengah beralih ke negara Sri Lanka atau Vietnam. “Kedua negara tersebut semakin naik daun karena mempunyai jarak tempuh hanya delapan jam menggunakan pesawat.”
Sedangkan soal Bali, Gerhard L Nutz mengaku masalah kemacetan dan sampah menjadi isu yang cukup besar di Eropa. Sehingga ia mendorong Pemprov Bali untuk segera membenahi kedua masalah tersebut. *
1
Komentar