Beringin Keramat di Desa Siangan Keluarkan Api hingga Hangus Terbakar
Peristiwa mistis terjadi di Banjar Roban, Desa Siangan, Kecamatan Gianyar, Jumat (4/10) pagi.
GIANYAR, NusaBali
Pohon Beringin keramat yang berlokasi di sebelah utara Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan tiba-tiba mengeluarkan api, hingga hangus terbakar. Kelihan Dinas Banjar Roban, Desa Siangan, I Wayan Widastra, 44, mengatakan kobaran api baru dilihat oleh warga setempat ketika sudah menyelimuti dahan pohon Beringin stinggi 25 meter dan berdiameter 2 meter itu, Jumat pagi sekitar pukul 06.30 Wita. Prajuru adat pun ngulkul bulus (membuyikan kentongan adat bertalu, sebagai pertanda situasi darurat), guna menghadirkan krama ke lokasi.
Kemudian, krama Banjar Roban dan banjar-banjar lainnya di Desa Siangan, berhamburan ke lokasi seraya berupaya memadamkan api yang membakar pohon Beringin keramat dengan peralatan seadanya. Musibah terbakarnya Beringin keramat ini juga dilaporkan ke petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Gianyar.
Krama setempat khawatir percikan api merembet ke bangunan suci Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan yang lokasinya berdampingan hanya sekitar 3 meter di sebelah selatan Beringin keramat ini. Mereka pun berupaya memadamkan kobaran api secara manual. Sementara petugas mengerahkan 6 unit mobil pemadam kebakaran ke lokasi. Setelah petugas pemadam dan warga bahu membahu selama 2 jam lebih, api baru bisa dipadamkan sekitar pukul 09.00 Wita.
Sayangnya, karena suhu semakin panas di siang hari, kepulan asap kembali muncul pada pohon Beringin yang terbakar ini sekitar pukul 13.41 Wita. Karenanya, 2 unit mobil pemadam kembali dikerahkan ke Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan untuk memadamkan sumber api. Saat api benar-benar sudah berhasil dipadamkan, pohon Beringin keramat yang berada di sisi timur jalan raya rute Desa Siangan-Desa Suwat ini sudah hangus terbakar, tinggal dahan dan batangnya yang sudah menghitam jadi arang.
Tidak ada korban jiwa maupun terluka bakar dalam musibah terbakarnyta pohon Beringin keramat ini. Namun, kebakaran ini menyebabkan terbakarnya atap Bale Kulkul Pura Masceti Subak Siangan dan atap Palinggih Rong Telu di rumah keluarga I Made Mertayasa. Bale Kulkul dan Palinggih Rong Telu itu berjarak sekitar 10 meter sebelah barat pohon Beringin.
Ajaibnya, palinggih-palinggi beratapkan ijuk di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan yang hanya berjarak 3 meter di sebelah selatan pohon Beringin, sama sekali tidak tersentuh api. “Wastra (kain poleng) yang melilit pohon Beringin juga tidak terbakar, ini aneh sekali,” ungkap Wayan Widastra saat ditemui NusaBali di lokasi TKP kebakaran, Jumat kemarin.
Wayan Widastra menyebutkan, krama setempat meyakini terbakarnya pohon Beringin keramat secara misterius ini erat kaitannya dengan unsur niskala. Pasalnya, di sekitar lokasi tidak ada pembakaran sampah maupun aktivitas lainnya yang mengeluarkan api, Jumat pagi. Tiba-tiba, api berkobar membakar pohon Beringin, entah dari mana sumbernya.
“Tidak masuk akal pohon Beringin bisa terbakar sendiri. Apalagi, saat kejadian tidak ada aktivitas apa-apa. Biasanya ada tajen, paling tidak ada yang merokok atau dagang bakar sampah. Tapi, pagi ini sama sekali tidak ada aktivitas di sekitar pohon Beringin,” katanya.
Setahu Widastra, pohon Beringin keramat setinggi 25 meter ini sudah berusia ratusan tahun. Pohon Beringin ini merupakan satu-satunya yang di Desa Adat Siangan pasca zaman kerajaan. “Dulunya pohon Beringin ini sangat rimbun. Tingginya lebih dari 25 meter, bahkan sampai bercabang dua,” kenang Widastra.
Salah satu cabang pohon Beringin mengarah ke barat, hingga persis melengkung di atas jalan raya. Ranting pohon yang telah mengering pun sering jatuh ke jalan, bahkan nyaris menimpa pengendara. Makanya, dari hasil rembuk dengan tokoh adat, pamangku, dan tokoh masyarakat setempat, cabang yang mengarah ke jalan akhirnya disepakati untuk ditebang, 3 tahun lalu. “Ada prosesi upacaranya waktu penebangan saat itu,” tandas Widastra.
Menyusul ditebangnya cabang yang mengarah ke jalan, kata Widastra, cabang yang tumbuh lurus ke atas justru punggel (patah di tengah-tengah) sendiri beberapa waktu lalu. Sejak itu, kedua cabang akhirnya dirapikan, sehingga selama 3 tahun pohon Beringin keramat ini mengering di bawah terik sinar matahari. “Anehnya, meski sudah mengering, justru tumbuh cabang baru di sisi timur. Saat kebakaran tadi, cabang baru sebelah timur ini tidak ikut terbakar,” katanya.
Mesti diyakini ada unsur niskala, menurut Wisdastra, secara logika terbakarnya pohon Beringin keramat ini diduga karena percikan api akibat gesekan antar dahan kering. “Mungkin saja dahan-dahan kering ini saling bergesekan ketika ada angin, lalu muncul percikan api,” papar Widastra.
Widastra menduga api di pohon Beringin keramat ini sebetulnya sudah muncul Kamis (3/10) sore, namun baru dilihat warga keesokan harinya. “Api sepertinya sudah muncul kemarin sore (Kamis), karena ada warga yang melihat kepulan asap. Hanya saja, warga mengira itu asap pembakaran sampah biasa. Tiba-tiba, tadi pagi sekitar pukul 07.00 Wita, api membesar.”
Sementara itu, Pamangku Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan, Jro Mangku Made Sudha, 65, mengatakan tidak ada firasat sebelum kejadian. Hanya saja, Jro Mangku Sudha meyakini pohon Beringin keramat ini duka (seding sekaligus marah) karena cabang yang mengarah ke jalan raya ditebang. Jadi, layaknya manusia yang tangannya terluka, perlu dirawat agar kembali pulih. “Setelah ditebang, perawatan itu yang belum ada sampai sekarang,” terang Jro Mangku Sudha saat ditemui NusaBali terpisah, Jumat kemarin.
Namun, Jro Mangku Sudha enggan menduga-duga. Dia hanya menyarankan sebelum pohon Beringin keramat bekas terbakar nanti ditebang secara keseluruhan, agar lebih dulu dipindahkan penunggu gaib pohon keramat tersebut, dengan upacara ritual matur piuning.
Menurut Jro Mangku Sudha, keberadaan pohon Beringin satu-satunya di Desa Siangan ini sangat penting bagi krama setempat, terutama kaitannya dengan ritual ngangget don bingin dalam upacara pitra yadnya. “Pohon Beringin ini memang dikeramatkan oleh desa. Sebab, segala sesuatu upacara Panca Yadnya, pasti di sini ngerereh don bingin (mencari daun beringin),” tegas Jro Mangku Sudha. *nvi
Kemudian, krama Banjar Roban dan banjar-banjar lainnya di Desa Siangan, berhamburan ke lokasi seraya berupaya memadamkan api yang membakar pohon Beringin keramat dengan peralatan seadanya. Musibah terbakarnya Beringin keramat ini juga dilaporkan ke petugas Pemadam Kebakaran Kabupaten Gianyar.
Krama setempat khawatir percikan api merembet ke bangunan suci Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan yang lokasinya berdampingan hanya sekitar 3 meter di sebelah selatan Beringin keramat ini. Mereka pun berupaya memadamkan kobaran api secara manual. Sementara petugas mengerahkan 6 unit mobil pemadam kebakaran ke lokasi. Setelah petugas pemadam dan warga bahu membahu selama 2 jam lebih, api baru bisa dipadamkan sekitar pukul 09.00 Wita.
Sayangnya, karena suhu semakin panas di siang hari, kepulan asap kembali muncul pada pohon Beringin yang terbakar ini sekitar pukul 13.41 Wita. Karenanya, 2 unit mobil pemadam kembali dikerahkan ke Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan untuk memadamkan sumber api. Saat api benar-benar sudah berhasil dipadamkan, pohon Beringin keramat yang berada di sisi timur jalan raya rute Desa Siangan-Desa Suwat ini sudah hangus terbakar, tinggal dahan dan batangnya yang sudah menghitam jadi arang.
Tidak ada korban jiwa maupun terluka bakar dalam musibah terbakarnyta pohon Beringin keramat ini. Namun, kebakaran ini menyebabkan terbakarnya atap Bale Kulkul Pura Masceti Subak Siangan dan atap Palinggih Rong Telu di rumah keluarga I Made Mertayasa. Bale Kulkul dan Palinggih Rong Telu itu berjarak sekitar 10 meter sebelah barat pohon Beringin.
Ajaibnya, palinggih-palinggi beratapkan ijuk di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan yang hanya berjarak 3 meter di sebelah selatan pohon Beringin, sama sekali tidak tersentuh api. “Wastra (kain poleng) yang melilit pohon Beringin juga tidak terbakar, ini aneh sekali,” ungkap Wayan Widastra saat ditemui NusaBali di lokasi TKP kebakaran, Jumat kemarin.
Wayan Widastra menyebutkan, krama setempat meyakini terbakarnya pohon Beringin keramat secara misterius ini erat kaitannya dengan unsur niskala. Pasalnya, di sekitar lokasi tidak ada pembakaran sampah maupun aktivitas lainnya yang mengeluarkan api, Jumat pagi. Tiba-tiba, api berkobar membakar pohon Beringin, entah dari mana sumbernya.
“Tidak masuk akal pohon Beringin bisa terbakar sendiri. Apalagi, saat kejadian tidak ada aktivitas apa-apa. Biasanya ada tajen, paling tidak ada yang merokok atau dagang bakar sampah. Tapi, pagi ini sama sekali tidak ada aktivitas di sekitar pohon Beringin,” katanya.
Setahu Widastra, pohon Beringin keramat setinggi 25 meter ini sudah berusia ratusan tahun. Pohon Beringin ini merupakan satu-satunya yang di Desa Adat Siangan pasca zaman kerajaan. “Dulunya pohon Beringin ini sangat rimbun. Tingginya lebih dari 25 meter, bahkan sampai bercabang dua,” kenang Widastra.
Salah satu cabang pohon Beringin mengarah ke barat, hingga persis melengkung di atas jalan raya. Ranting pohon yang telah mengering pun sering jatuh ke jalan, bahkan nyaris menimpa pengendara. Makanya, dari hasil rembuk dengan tokoh adat, pamangku, dan tokoh masyarakat setempat, cabang yang mengarah ke jalan akhirnya disepakati untuk ditebang, 3 tahun lalu. “Ada prosesi upacaranya waktu penebangan saat itu,” tandas Widastra.
Menyusul ditebangnya cabang yang mengarah ke jalan, kata Widastra, cabang yang tumbuh lurus ke atas justru punggel (patah di tengah-tengah) sendiri beberapa waktu lalu. Sejak itu, kedua cabang akhirnya dirapikan, sehingga selama 3 tahun pohon Beringin keramat ini mengering di bawah terik sinar matahari. “Anehnya, meski sudah mengering, justru tumbuh cabang baru di sisi timur. Saat kebakaran tadi, cabang baru sebelah timur ini tidak ikut terbakar,” katanya.
Mesti diyakini ada unsur niskala, menurut Wisdastra, secara logika terbakarnya pohon Beringin keramat ini diduga karena percikan api akibat gesekan antar dahan kering. “Mungkin saja dahan-dahan kering ini saling bergesekan ketika ada angin, lalu muncul percikan api,” papar Widastra.
Widastra menduga api di pohon Beringin keramat ini sebetulnya sudah muncul Kamis (3/10) sore, namun baru dilihat warga keesokan harinya. “Api sepertinya sudah muncul kemarin sore (Kamis), karena ada warga yang melihat kepulan asap. Hanya saja, warga mengira itu asap pembakaran sampah biasa. Tiba-tiba, tadi pagi sekitar pukul 07.00 Wita, api membesar.”
Sementara itu, Pamangku Pura Desa lan Puseh Desa Adat Siangan, Jro Mangku Made Sudha, 65, mengatakan tidak ada firasat sebelum kejadian. Hanya saja, Jro Mangku Sudha meyakini pohon Beringin keramat ini duka (seding sekaligus marah) karena cabang yang mengarah ke jalan raya ditebang. Jadi, layaknya manusia yang tangannya terluka, perlu dirawat agar kembali pulih. “Setelah ditebang, perawatan itu yang belum ada sampai sekarang,” terang Jro Mangku Sudha saat ditemui NusaBali terpisah, Jumat kemarin.
Namun, Jro Mangku Sudha enggan menduga-duga. Dia hanya menyarankan sebelum pohon Beringin keramat bekas terbakar nanti ditebang secara keseluruhan, agar lebih dulu dipindahkan penunggu gaib pohon keramat tersebut, dengan upacara ritual matur piuning.
Menurut Jro Mangku Sudha, keberadaan pohon Beringin satu-satunya di Desa Siangan ini sangat penting bagi krama setempat, terutama kaitannya dengan ritual ngangget don bingin dalam upacara pitra yadnya. “Pohon Beringin ini memang dikeramatkan oleh desa. Sebab, segala sesuatu upacara Panca Yadnya, pasti di sini ngerereh don bingin (mencari daun beringin),” tegas Jro Mangku Sudha. *nvi
Komentar