Agus Mertayasa, Melampaui Keterbatasan dengan Lukisan
Meski harus menjalani hidup dalam keterbatasan, namun imajinasi dan kreativitasnya justru melampaui batas.
DENPASAR, NusaBali.com
I Gede Agus Mertayasa, 21, tumbuh dengan kondisi yang kurang sempurna. Di atas kursi rodanya ratusan lukisan di atas kanvas sudah ia goreskan. Beberapa di antaranya sedang dipamerkan dalam Festival Kesenian Bali (FKB) Penyandang Disabilitas yang berlangsung di Art Center, Denpasar, Jumat (4/10/2019).
Lukisan Mertayasa yang dipamerkan sebagian besar bertemakan adat dan budaya Bali dan para Dewa dalam ajaran Hindu. Saat ditanya alasannya, sang ayahanda Ketut Sudana mengaku tidak tahu
"Saya juga tidak tahu, kebanyakan hasil lukisannya memang lebih banyak gambar para dewa-dewa. Mungkin dengan melukis seperti itu, perasaan dia bisa lebih nyaman dan tenang," tutur Sudana.
Sudana mengisahkan bakat kreatif yang dimiliki putranya sudah terlihat sejak ia kecil. “Mertayasa sudah mulai melukis sejak kecil. Setelah tamat SMP tahun 2014 dia mulai menekuni dan rutin melukisdi rumah,” kenang dia sambil memperlihatkan sejumlah lukisan putranya semasa SMP.
Saat itu kemampuan Mertayasa mulai dilirik banyak pihak. Bahkan pertengahan tahun 2018 lalu ia berkesempatan menggelar pameran tunggal dengan dibantu Yayasan Bunga Bali di Desa Budaya Kesiman Kertalangu. “Meski anak saya tidak masuk dalam yayasan disabilitas, banyak pihak sudah membantu memberikan jalan agar karyanya bisa diikutkan dalam pameran ataupun festival,” ungkap Sudana.
Ia juga bercerita putranya yang kelahiran 14 Agustus 1998 banyak belajar seni lukis dengan teman-teman sebayanya. "Ia tak aktif di komunitas lukis, tapi anak saya banyak belajar melukis dengan teman-temannya," tutur dia.
Selain dituangkan lewat kanvas atau kertas, lukisan Agus juga disablon di kaos. Namun untuk kaos yang ada karya lukisan Mertayasa belum dibuat dalam jumlah banyak."Belum dijual banyak, hanya saja kalau ada yang mesan baru kami buatkan," jelas dia.
Jika ada yang ingin memiliki salah satu karya putranya, Sudana tidak mematok harga. “Seikhlasnya saja, bahkan ada yang diberikan dengan cuma-cuma untuk hadiah pertemanan,” kata dia. Sementara itu untuk kaos bergambar lukisan Mertayasa dapat dibeli seharga seratus ribu.
Soal Festival Kesenian Bali (FKB) bagi disabilitas, ia berharap ajang seperti ini terus diagendakan rutin setiap tahun. “Agar penyandang disabilitas juga berkesempatan memperlihatkan karya mereka ke hadapan publik. Mereka, seperti anak saya, juga banyak punya karya seni” kata Sudana.*has
Komentar