Orang Bali Melapor
Jika orang Bali hendak melakukan perjalanan jauh, mereka akan sembahyang di merajan. Kalau seorang anak muda hendak belajar di luar Bali atau manca negara, si ibu akan mempersiapkan sesaji pemberitahuan yang dihaturkan di merajan.
Aryantha Soethama
Pengarang
Sejak dulu begitu, sampai sekarang. Seorang anak muda Bali yang diterima studi di Jogja, sehari menjelang berangkat mohon pamit di tempat suci. Yang disampaikan tidak cuma permohonan agar selalu selamat, tapi juga pemberitahuan, laporan, kepada leluhur.
Seorang anak muda yang baru menamatkan diploma pariwisata hendak bekerja di kapal pesiar. Pasti ia akan menempuh perjalanan sangat jauh, berbulan-bulan, singgah di banyak negeri. Menjelang keberangkatan ia melapor kepada leluhur di merajan. Ia juga pergi ke Pura Puseh, menyampaikan terima kasih karena setamat sekolah tak perlu menganggur. Ia menyampaikan mohon perlindungan, dan melaporkan, jika gaji dan rezeki besar yang kelak ia dapatkan di kapal pesiar semoga tidak habis di meja judi, tidak ludes karena main perempuan.
Leluhur dan Hyang Widhi melindunginya, ia kembali selamat, membawa cukup uang. Ia pun kembali sembahyang di merajan dan Pura Puseh, datang melaporkan kalau ia dapat rezeki lumayan dan kembali selamat, serta berniat berlayar lagi tiga bulan mendatang. Menjelang keberangkatan berlayar di kapal pesiar untuk kedua kali, ia juga sembahyang di merajan dan Pura Puseh, semoga ia diberi keselamatan dan limpahan berkah.
Sudah enam kali anak muda itu pulang-balik bekerja di kapal pesiar. Saban hendak berangkat dan datang ia selalu melapor di merajan dan Pura Puseh. Pada saat ia kembali dari perjalanan yang ketujuh itu, ia juga menyampaikan niat hendak menikah, karena sudah punya cukup tabungan. “Ini permintaan hamba yang paling serius dari sekian laporan yang pernah hamba sampaikan,” ujarnya dalam hati ketika sembahyang mencakupkan tangan di atas ubun-ubun. Kepada leluhur dan Hyang WIdhi ia sampaikan, sang pacar sudah tidak tahan naik pelaminan. “Ia khawatir hamba kecantol sama cewek bule yang lagi plesir di kapal dan kesengsem sama servis hamba,” lapor pemuda itu dalam batin.
Orang Bali adalah tukang lapor yang baik dan sangat patuh. Mempersiapkan dan merencanakan upacara adat, mereka melapor kepada sulinggih, menyampaikan rencana, meminta hari baik. Sebelum ke griya, mereka sembahyang di merajan, mohon agar hari baik bisa mereka dapatkan dari sulinggih. Setelah hari baik dan restu diperoleh, mereka mendatangi keluarga dan kerabat serta handai taulan dan krama banjar. Mereka menyampaikan rentetan upacara yang hendak dilaksanakan, dan meminta orang-orang dekat turut membantu.
Karena orang Bali sering dan senang melapor, banyak hal yang bisa dikerjakan sederhana menjadi panjang rentetannya. Itu mungkin sebabnya, kebiasaan melapor juga muncul ketika dilakukan perceraian massal di Kelurahan Kubu, Bangli, Sabtu (31/10) lalu. Enam pasangan suami-istri sepakat bercerai, dan sembahyang bersama di Pura Puseh desa setempat. Mereka melakukan upacara masamsam agar benar-benar bersih.
Selanjutnya...
Komentar