Seni Mural Mulai Hiasi Ubud
Seni melukis tembok atau mural menghiasi daerah wisata Ubud, Gianyar, tepatnya di Banjar Penestanan, Desa Sayan.
GIANYAR, NusaBali
Selain sebagai seni, mural juga dimanfaatkan sebagai media penyampaian pelbagai pesan kepada masyarakat sekitar.
Kelian Dinas Banjar Penestanan Kelod I Wayan Iwan menyampaikan mural di wilayahnya ada di tembok milik Museum Blanco. Mural ini terdiri dari empat lukisan sepanjang 50 meter dan tinggi sekitar 3 meter. "Mural itu memang sengaja dibuat oleh salah satu komunitas seni di banjar ini. Anggotanya ada dari sekaa teruna dan beberapa warga mancanegara," paparnya.
Sebelum melukis tembok, pelukis selalu berkoordinasi dan minta izin. Sehingga lukisan tersebut dapat dimanfatkan dengan baik oleh warga sekitar. Pembuat mural juga bisa menunjukkan seninya melalui cat yang dipoles pada dinding tembok. "Meski belum ada tempat khusus untuk membut mural itu, tetapi mereka yang hoby membuat mural masih bisa memanfaatkan tembok milik warga. Tentunya sebelum menggunakannya agar minta izin terlebih dahulu ke pemilik rumah atau tembok tersebut," paparnya.
Perbekel Desa Sayan I Made Andika mengaku seni mural bukan saja potensi kreativitas orang lokal. Mural ini juga menggugah potensi kreativitas warga luar. "Tempat yang strategis ya memang di pinggir jalan seperti itu. Karena tujuannya kan menyampaikan pesan kepada masyarakat dari konsep si pembuat. Entah tentang menjaga alam dari polusi, dari sampah, mengenang sejarah hingga sindiran kebiasaan buruk manusia di alam ini," bebernya.
Kata dia, mural ini sebagai media penambah wawasan, juga kerap digunakan sebagai spot foto oleh wisatawan. "Sangat berpengaruh sekali terhadap pariwisata, selain wisatawan bisa ikut membuat juga dijadikan tempat berfoto. Sampai saat ini di Sayan sudah ada 10 titik mural," imbuhnya.
Pria yang akrab dipanggil Dexco itu pun menambahkan tepat pada tembok milik museum Blanco itu, muralnya dibuat oleh komunitas dari Artgeedart. Dilihat dari hasilnya dapat dipastikan memiliki unsur wajah orang Bali khususnya yang masih menggunakan pakaian adat. *nvi
Kelian Dinas Banjar Penestanan Kelod I Wayan Iwan menyampaikan mural di wilayahnya ada di tembok milik Museum Blanco. Mural ini terdiri dari empat lukisan sepanjang 50 meter dan tinggi sekitar 3 meter. "Mural itu memang sengaja dibuat oleh salah satu komunitas seni di banjar ini. Anggotanya ada dari sekaa teruna dan beberapa warga mancanegara," paparnya.
Sebelum melukis tembok, pelukis selalu berkoordinasi dan minta izin. Sehingga lukisan tersebut dapat dimanfatkan dengan baik oleh warga sekitar. Pembuat mural juga bisa menunjukkan seninya melalui cat yang dipoles pada dinding tembok. "Meski belum ada tempat khusus untuk membut mural itu, tetapi mereka yang hoby membuat mural masih bisa memanfaatkan tembok milik warga. Tentunya sebelum menggunakannya agar minta izin terlebih dahulu ke pemilik rumah atau tembok tersebut," paparnya.
Perbekel Desa Sayan I Made Andika mengaku seni mural bukan saja potensi kreativitas orang lokal. Mural ini juga menggugah potensi kreativitas warga luar. "Tempat yang strategis ya memang di pinggir jalan seperti itu. Karena tujuannya kan menyampaikan pesan kepada masyarakat dari konsep si pembuat. Entah tentang menjaga alam dari polusi, dari sampah, mengenang sejarah hingga sindiran kebiasaan buruk manusia di alam ini," bebernya.
Kata dia, mural ini sebagai media penambah wawasan, juga kerap digunakan sebagai spot foto oleh wisatawan. "Sangat berpengaruh sekali terhadap pariwisata, selain wisatawan bisa ikut membuat juga dijadikan tempat berfoto. Sampai saat ini di Sayan sudah ada 10 titik mural," imbuhnya.
Pria yang akrab dipanggil Dexco itu pun menambahkan tepat pada tembok milik museum Blanco itu, muralnya dibuat oleh komunitas dari Artgeedart. Dilihat dari hasilnya dapat dipastikan memiliki unsur wajah orang Bali khususnya yang masih menggunakan pakaian adat. *nvi
1
Komentar