SMPN 7 Kintamani Beli Air Jutaan Rupiah
Sebulan beli air sebanyak 3 tangki dengan harga Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu per tangki.
BANGLI, NusaBali
SMPN 7 Kintamani di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli kesulitan air. Memenuhi kebutuhan air, pihak sekolah beli air hingga jutaan rupiah. Namun sekolah kewalahan lalu minta bantuan suplai air bersih ke Dinas Sosial Bangli.
Kasek SMPN 7 Kintamani I Wayan Gede Wirajaya saat dikonfirmasi membenarkan terkendala air pada musim kemarau. Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari biasanya memanfaatkan air hujan yang ditampung dalam bak penampungan. Selain itu dibantu pula oleh PDAM Desa. Namun sejak musim kemarau, di desa sama-sama tidak ada air. “Karena sama-sama kekeringan jadi tidak ada suplai air lagi dan air hujan pun juga tidak ada. Untuk memenuhi kebutuhan kami terpaksa membeli air di pedagang air keliling,” bebernya, Selasa (8/10).
Diakui, air yang dibeli kisaran harga Rp 300 ribu - 350 ribu per tangki. Sebulan menghabiskan 3 tangki. “Kondisi kekeringan sudah berlangsung sebulan terakhir. Anggaran membeli air kami sudah habis Rp 1 juta,” jelasnya. Kata Gede Wirajaya untuk anggaran diambil dari dana BOS. Karena dilihat pengeluaran yang begitu tinggi, maka atas hasil rembuk dengan para guru disepakati meminta bantuan air bersih ke Dinsos Bangli. “Kalau dana BOS bisa dimanfaatkan, hanya saja kalau dana dimanfaatkan untuk ini saja, kegiatan lain tidak bisa jalan. Karena kondisi itu kami langsung bersurat ke Dinas Sosial dan langsung direspon,” akunya.
Terpisah, Kepala Dinsos Bangli, Nengah Sukarta mengatakan memasuki musim kemarau permintaan bantuan air bersih meningkat. Dalam sepekan pihaknya bisa mendistribusikan air bersih sampai tiga kali. “Permintaan bukan hanya datang dari masyarakat juga dari sekolah-sekolah. Salah satu permohonan datang dari SMPN 7 Kintamani,” ungkap Nengah Sukarta. Air bersih yang didistribusikan diambil langsung di unit PDAM terdekat, sehingga dari kehigeinisnya terjamin. “Air yang kita disdtribusikan biasanya ditampung di cubang dan air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air sehari- hari,” ujar Nengah Sukarta. Jika permintaan air tinggi, pendistribusian melibatkan BPBD Bangli. *esa
Kasek SMPN 7 Kintamani I Wayan Gede Wirajaya saat dikonfirmasi membenarkan terkendala air pada musim kemarau. Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari biasanya memanfaatkan air hujan yang ditampung dalam bak penampungan. Selain itu dibantu pula oleh PDAM Desa. Namun sejak musim kemarau, di desa sama-sama tidak ada air. “Karena sama-sama kekeringan jadi tidak ada suplai air lagi dan air hujan pun juga tidak ada. Untuk memenuhi kebutuhan kami terpaksa membeli air di pedagang air keliling,” bebernya, Selasa (8/10).
Diakui, air yang dibeli kisaran harga Rp 300 ribu - 350 ribu per tangki. Sebulan menghabiskan 3 tangki. “Kondisi kekeringan sudah berlangsung sebulan terakhir. Anggaran membeli air kami sudah habis Rp 1 juta,” jelasnya. Kata Gede Wirajaya untuk anggaran diambil dari dana BOS. Karena dilihat pengeluaran yang begitu tinggi, maka atas hasil rembuk dengan para guru disepakati meminta bantuan air bersih ke Dinsos Bangli. “Kalau dana BOS bisa dimanfaatkan, hanya saja kalau dana dimanfaatkan untuk ini saja, kegiatan lain tidak bisa jalan. Karena kondisi itu kami langsung bersurat ke Dinas Sosial dan langsung direspon,” akunya.
Terpisah, Kepala Dinsos Bangli, Nengah Sukarta mengatakan memasuki musim kemarau permintaan bantuan air bersih meningkat. Dalam sepekan pihaknya bisa mendistribusikan air bersih sampai tiga kali. “Permintaan bukan hanya datang dari masyarakat juga dari sekolah-sekolah. Salah satu permohonan datang dari SMPN 7 Kintamani,” ungkap Nengah Sukarta. Air bersih yang didistribusikan diambil langsung di unit PDAM terdekat, sehingga dari kehigeinisnya terjamin. “Air yang kita disdtribusikan biasanya ditampung di cubang dan air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air sehari- hari,” ujar Nengah Sukarta. Jika permintaan air tinggi, pendistribusian melibatkan BPBD Bangli. *esa
Komentar