Wisata Kokokan Petulu Masih Sepi Turis
Desa Wisata Kokokan di Desa Petulu, Kecamatan Ubud, Gianyar, masih sepi pengunjung, Selasa (8/10).
GIANYAR, NusaBali
Padahal desa wisata ini digarap sejak tahu 2008. Desa wisata ini masih tampak biasa biasa, dalam arti tak jauh beda dengan sebelumnya. Ketua BUMDes Petulu I Wayan Sudira ditemui di lokasi, mengungkapkan burung kokokan memang tidak hinggap setiap hari. "Datangnya musiman," jelasnya. Agar tak kehilangan daya tarik, pihaknya pun berencana melakukan inovasi. "Rencananya akan mengembangkan spot foto hingga jalur treking," ujarnya.
Terkait musim kedatangan burung, diperkirakan menjelang November. "Kebetulan bulan-bulan ini belum musimnya. Makanya sepi. Yang pas itu pada akhir Oktober sampai Maret biasanya mereka datang. Saat ini palingan mereka datang waktu sore hari saja,” paparnya.
Selain hanya menentukan musim, gerombolan burung kokokan itu pun datangnya pada setiap Bulan Purnama tiba. Sudira menyampaikan ketika tidak musim, gerombolan burung itu hanya datang kurang dari lima ribu. Namun ketika sudah musimnya, bisa mencapai 10.000an lebih yang memenuhi ranting pohon di sepanjang Desa Petulu. “Makanya kalau tidak musim, ketika ada travel yang membawa turis ke sini kadang kecewa. Kedepan kita akan bekerjasama dengan pihak travel agar mereka datang saat musim burung kokokan bersarang di sini,’’ jelasnya.
Selain itu, lanjut Sudira, BUMDes akan mengembangkan desa wisata degan cara membuat jalur tracking, spot foto, sampai mendukung warung atau sejenis restoran. Harapannya, wisatawan yang datang bisa menikmati suasana kampung Kokokan ini.
Disinggung ketika tidak musim, kemana gerombolan burung itu bersarang, Sudira mengatakan sampai saat ini masih menjadi misteri. Karena memang ada beberapa tempat mereka untuk bersarang secara terpisah, di tumbuhan belakang rumah warga maupun di desa lainnya. Namun ketika sudah memasuki akhir tahun ribuan burung akan datang bersarang di desa tersebut. “Awal mereka datang sekitar tahun 1965, sampai di Pura Desa dan Puseh Petulu dibuatkan upacaranya setiap hari suci Kuningan. Tujuannya untuk menghormati mereka. Sampai-sampai ada perencanaan akan dibuatkan monument patung burung kokokan di Jaba Pura Desa dan Puseh Petulu. Itu juga nantinya akan menjadi spoot foto yang bagus selain membuat sebuah sejarah, bahwa di sini adanya Desa Kokokan,” imbuh Sudira.
Dihubungi terpisah, Kelian Dinas Desa Petulu I Made Rawa membenarkan saat ini sepinya pengunjung di sana. Sepinya kunjungan wisatawan ini akibat saat buan ini burung kokokan di Desa Petulu sudah pergi dari sarangnya sejak pukul 06.00 Wita. “Pada saat wisatawan berkunjung, tidak didapati seekor burung kokokan, wisatawan sepertinya kecewa. Berbeda saat musimnya, kunjungan wisatawan dengan musim kokokan bertelur waktunya berbeda, sehingga jarang mendapat kunjungan wisatawan,” imbuhnya.
Kesulitan lain yakni memindahkan burung kokokan ke hutan desa. Burung-burung itu lebih memilih tinggal di pohon-pohon di pinggir jalan dan rumah-rumah warga. “Kami sudah berusaha memindahkan burung-burung itu ke hutan desa, namun tetap saja kembali ke pohon di pinggir jalan atau rumah warga,” ujarnya. *nvi
Terkait musim kedatangan burung, diperkirakan menjelang November. "Kebetulan bulan-bulan ini belum musimnya. Makanya sepi. Yang pas itu pada akhir Oktober sampai Maret biasanya mereka datang. Saat ini palingan mereka datang waktu sore hari saja,” paparnya.
Selain hanya menentukan musim, gerombolan burung kokokan itu pun datangnya pada setiap Bulan Purnama tiba. Sudira menyampaikan ketika tidak musim, gerombolan burung itu hanya datang kurang dari lima ribu. Namun ketika sudah musimnya, bisa mencapai 10.000an lebih yang memenuhi ranting pohon di sepanjang Desa Petulu. “Makanya kalau tidak musim, ketika ada travel yang membawa turis ke sini kadang kecewa. Kedepan kita akan bekerjasama dengan pihak travel agar mereka datang saat musim burung kokokan bersarang di sini,’’ jelasnya.
Selain itu, lanjut Sudira, BUMDes akan mengembangkan desa wisata degan cara membuat jalur tracking, spot foto, sampai mendukung warung atau sejenis restoran. Harapannya, wisatawan yang datang bisa menikmati suasana kampung Kokokan ini.
Disinggung ketika tidak musim, kemana gerombolan burung itu bersarang, Sudira mengatakan sampai saat ini masih menjadi misteri. Karena memang ada beberapa tempat mereka untuk bersarang secara terpisah, di tumbuhan belakang rumah warga maupun di desa lainnya. Namun ketika sudah memasuki akhir tahun ribuan burung akan datang bersarang di desa tersebut. “Awal mereka datang sekitar tahun 1965, sampai di Pura Desa dan Puseh Petulu dibuatkan upacaranya setiap hari suci Kuningan. Tujuannya untuk menghormati mereka. Sampai-sampai ada perencanaan akan dibuatkan monument patung burung kokokan di Jaba Pura Desa dan Puseh Petulu. Itu juga nantinya akan menjadi spoot foto yang bagus selain membuat sebuah sejarah, bahwa di sini adanya Desa Kokokan,” imbuh Sudira.
Dihubungi terpisah, Kelian Dinas Desa Petulu I Made Rawa membenarkan saat ini sepinya pengunjung di sana. Sepinya kunjungan wisatawan ini akibat saat buan ini burung kokokan di Desa Petulu sudah pergi dari sarangnya sejak pukul 06.00 Wita. “Pada saat wisatawan berkunjung, tidak didapati seekor burung kokokan, wisatawan sepertinya kecewa. Berbeda saat musimnya, kunjungan wisatawan dengan musim kokokan bertelur waktunya berbeda, sehingga jarang mendapat kunjungan wisatawan,” imbuhnya.
Kesulitan lain yakni memindahkan burung kokokan ke hutan desa. Burung-burung itu lebih memilih tinggal di pohon-pohon di pinggir jalan dan rumah-rumah warga. “Kami sudah berusaha memindahkan burung-burung itu ke hutan desa, namun tetap saja kembali ke pohon di pinggir jalan atau rumah warga,” ujarnya. *nvi
1
Komentar