Cuaca Kacaukan Agenda Paralayang Bali
Latihan di Bukit Timbis terpaksa harus dihentikan tim Paralayang Bali, lantaran anomali cuaca. Solusinya, Sumedang harus didatangi lebih awal, sekaligus ujicoba medan.
MANGUPURA, NusaBali
Tim Paralayang Pekan Olahraga Nasional (PON) Bali kini menghadapi situasi sulit. Anomali cuaca akibat kemarau basah yang bisa berlangsung hingga beberapa waktu kedepan, membuat tim Paralayang PON Bali putar otak. Cabang olahraga (cabor) ekstrem yang mengandalkan faktor alam dan cuaca ini, tidak bisa melanjutkan waktu latihan di Bukit Timbis, Kutuh. Untuk sementara, Peter Baltasar cs hanya berlatih dengan melakukan evaluasi cuaca melalui GPS (Global Positioning System). Hal ini juga menyebabkan kacaunya persiapan tim paralayang PON Bali.
Ketua Harian Pengprov Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Paralayang Bali, Rizki Widiantara mengatakan, selain hanya memantau kondisi cuaca, tim paralayang PON Bali berencana berangkat ke Sumedang untuk melakukan pantauan awal. “Kami targetkan bisa melakukan training camp di Sumedang selama dua minggu. Kalau bisa pada bulan Agustus ini,” ungkap Rizki, Selasa (12/7). T
Training camp di venue pertandingan yang berada di Sumedang menurutnya wajib dilakukan agar timnya bisa mengetahui cuaca disana seperti apa. Selain itu, tim paralayang PON Bali juga ingin mencari informan yang cocok. “Informan itu penting karena salah sedikit prediksi cuaca akan berakibat fatal," tandas Rizki.
Rizki menambahkan, kelas cross country yang menjadi kelas andalan Bali di PON XIX/2016, memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi. Ini disebabkan karena tempat pendaratan yang tidak bisa diprediksi. “Take off di Sumedang, landingnya bisa 70 km dari tempat semula. Harus benar-benar persiapkan dengan matang, termasuk juga informan yang sudah hafal dengan wilayahnya. Bisa saja nanti ada angin kencang atau hujan tiba-tiba. Harus tahu suhunya karena berpengaruh terhadap tinggi rendahnya terbang. Cuaca seperti ini kami prediksi hingga September. Kami harus waspada dan persiapkan dengan matang,” tegasnya.dek
Tim Paralayang Pekan Olahraga Nasional (PON) Bali kini menghadapi situasi sulit. Anomali cuaca akibat kemarau basah yang bisa berlangsung hingga beberapa waktu kedepan, membuat tim Paralayang PON Bali putar otak. Cabang olahraga (cabor) ekstrem yang mengandalkan faktor alam dan cuaca ini, tidak bisa melanjutkan waktu latihan di Bukit Timbis, Kutuh. Untuk sementara, Peter Baltasar cs hanya berlatih dengan melakukan evaluasi cuaca melalui GPS (Global Positioning System). Hal ini juga menyebabkan kacaunya persiapan tim paralayang PON Bali.
Ketua Harian Pengprov Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Paralayang Bali, Rizki Widiantara mengatakan, selain hanya memantau kondisi cuaca, tim paralayang PON Bali berencana berangkat ke Sumedang untuk melakukan pantauan awal. “Kami targetkan bisa melakukan training camp di Sumedang selama dua minggu. Kalau bisa pada bulan Agustus ini,” ungkap Rizki, Selasa (12/7). T
Training camp di venue pertandingan yang berada di Sumedang menurutnya wajib dilakukan agar timnya bisa mengetahui cuaca disana seperti apa. Selain itu, tim paralayang PON Bali juga ingin mencari informan yang cocok. “Informan itu penting karena salah sedikit prediksi cuaca akan berakibat fatal," tandas Rizki.
Rizki menambahkan, kelas cross country yang menjadi kelas andalan Bali di PON XIX/2016, memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi. Ini disebabkan karena tempat pendaratan yang tidak bisa diprediksi. “Take off di Sumedang, landingnya bisa 70 km dari tempat semula. Harus benar-benar persiapkan dengan matang, termasuk juga informan yang sudah hafal dengan wilayahnya. Bisa saja nanti ada angin kencang atau hujan tiba-tiba. Harus tahu suhunya karena berpengaruh terhadap tinggi rendahnya terbang. Cuaca seperti ini kami prediksi hingga September. Kami harus waspada dan persiapkan dengan matang,” tegasnya.dek
1
Komentar