SMAN 2 Tabanan Buka 17 Kelas
SMAN 2 Tabanan dijatah 10 kelas atau 360 siswa, namun realitanya ada 180 siswa diterima melalui jalur ’siluman’ sehingga total menampung 540 siswa.
Berlakukan Doubel Shift
TABANAN, NusaBali
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kabupaten Tabanan masih kacau. Terbukti kesepakatan antara Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), Dewan Pendidikan, Komisi IV DPRD Tabanan, dan sekolah menyangkut kuota PPDB dilanggar. SMPN 1 Tabanan sebagai sekolah model, SMAN 1 Kediri dan SMAN 2 Tabanan sebagai sekolah favorit menerima siswa melebihi ketentuan.
SMPN 1 Tabanan dapat jatah 10 kelas membengkak jadi 12 kelas. SMAN 1 Kediri juga sama dari 10 kelas jadi 12 kelas. Parahnya, SMAN 2 Tabanan yang juga dapat kuota 10 kelas membengkak jadi 17 kelas. Dari kuota 10 kelas, sekolah berjuluk Bisma itu mestinya menampung 360 siswa. Namun hingga hari kedua pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) jumlah siswa yang ikut serta sebanyak 540 siswa. Atau terdapat siswa dari jalur ’siluman’ sebanyak 180 siswa.
Kepala SMAN 2 Tabanan, I Gede Wayan Samba mengatakan penerimaan siswa yang lebih tersebut karena adanya instruksi dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikmudora) Tabanan. Samba mengatakan, dengan 540 siswa itu, pihaknya akan memberlakukan sistem double shift pengajaran yakni pagi dan siang. Sebanyak 540 siswa ini akan dibagi menjadi 17 kelas. Meski jumlah siswa baru mencapai setengah juta orang, Samba mengklaim tidak kewalahan untuk proses belajar mengajar karena disiasati dengan pemberlakukan shift pagi dan sore.
Situasi serupa juga terjadi di SMAN 1 Kediri Tabanan (Bakta). Sesuai kuota, sekolah favorit ini dijatah 11 kelas dengan rombongan belajar 32 siswa per kelas. Sehingga akan menampung 320 siswa dari jalur NUN (60 persen), prestasi (20 persen), dan jalur siswa miskin (20 persen). Sementara tambahan 1 kelas (10 persen) berasal dari jalur adat. Dari jalur normal + jalur adat itu semestinya 352 siswa namun membengkak menjadi 492 siswa. “Siswa bertambah setelah pengumuman resmi,” sebut sumber di Bakta. Sayang, Kepala SMAN 1 Kediri, Dewa Nyoman Maryoo belum bisa dikonfirmasi. Saat dihubungi yang bersangkutan tengah berobat di dokter.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Tabanan I Putu Santika mengatakan penambahan kuota di SMPN 1 Tabanan dan SMA lainnya disebabkan adanya program wajib belajar. Sehingga wajib menerima siswa agar tak ada siswa putus sekolah. Penambahan siswa di SMPN 1 Tabanan sudah dikoordinasikan sehingga tidak akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. “Jumlah kelas masih ada, jadi ditambah dua kelas sekaligus menambah jam mengajar guru,” tambahnya.
Santika mengaku telah berusaha maksimal memetakan siswa dalam PPDB tahun ajaran 2016/2017 agar sekolah negeri dan sekolah swasta kecipratan siswa. “Kami ingin memperbaiki pendidikan di Tabanan, kami sudah berusaha,” tandasnya. Sementara Ketua Dewan Pendidikan Tabanan I Wayan Madra Suartana menyayangkan pelanggaran kuota siswa itu. Sekolah model di setiap jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA) dibuat agar menjadi contoh PPDB yang baik. Kenyataannya yang dijadikan contoh malah melanggar. Ia pun menyimpulkan PPDB tahun ini secara online dan tahun lalu secara manual kekacauannya masih sama.
Dikaitkan dengan adanya wajib belajar, alasan itu disebut ambigu karena mengandung pemahaman ganda. “Masalah wajib belajar masih ada sekolah lainya yang bisa dipercaya. Kenapa tidak disarankan ke sekolah lain,” sesalnya. Jika model telah diubah namun hasilnya sama, mendingan tidak ada pembedaan kategori sekolah.
Sementara Ketua Komisi IV DPRD Tabanan, I Made Dirga, mengaku belum mengetahui penambaham kelas di sekolah model maupun di SMA favorit. “Ada penambahan kelas lagi? Kami belum mengetahui itu,” ujarnya per telepon. Ia bersama Komisi IV akan turun ke sekolah untuk mengetahui dasar penambahan kelas itu. 7 k21, cr61
TABANAN, NusaBali
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kabupaten Tabanan masih kacau. Terbukti kesepakatan antara Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), Dewan Pendidikan, Komisi IV DPRD Tabanan, dan sekolah menyangkut kuota PPDB dilanggar. SMPN 1 Tabanan sebagai sekolah model, SMAN 1 Kediri dan SMAN 2 Tabanan sebagai sekolah favorit menerima siswa melebihi ketentuan.
SMPN 1 Tabanan dapat jatah 10 kelas membengkak jadi 12 kelas. SMAN 1 Kediri juga sama dari 10 kelas jadi 12 kelas. Parahnya, SMAN 2 Tabanan yang juga dapat kuota 10 kelas membengkak jadi 17 kelas. Dari kuota 10 kelas, sekolah berjuluk Bisma itu mestinya menampung 360 siswa. Namun hingga hari kedua pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) jumlah siswa yang ikut serta sebanyak 540 siswa. Atau terdapat siswa dari jalur ’siluman’ sebanyak 180 siswa.
Kepala SMAN 2 Tabanan, I Gede Wayan Samba mengatakan penerimaan siswa yang lebih tersebut karena adanya instruksi dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikmudora) Tabanan. Samba mengatakan, dengan 540 siswa itu, pihaknya akan memberlakukan sistem double shift pengajaran yakni pagi dan siang. Sebanyak 540 siswa ini akan dibagi menjadi 17 kelas. Meski jumlah siswa baru mencapai setengah juta orang, Samba mengklaim tidak kewalahan untuk proses belajar mengajar karena disiasati dengan pemberlakukan shift pagi dan sore.
Situasi serupa juga terjadi di SMAN 1 Kediri Tabanan (Bakta). Sesuai kuota, sekolah favorit ini dijatah 11 kelas dengan rombongan belajar 32 siswa per kelas. Sehingga akan menampung 320 siswa dari jalur NUN (60 persen), prestasi (20 persen), dan jalur siswa miskin (20 persen). Sementara tambahan 1 kelas (10 persen) berasal dari jalur adat. Dari jalur normal + jalur adat itu semestinya 352 siswa namun membengkak menjadi 492 siswa. “Siswa bertambah setelah pengumuman resmi,” sebut sumber di Bakta. Sayang, Kepala SMAN 1 Kediri, Dewa Nyoman Maryoo belum bisa dikonfirmasi. Saat dihubungi yang bersangkutan tengah berobat di dokter.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Tabanan I Putu Santika mengatakan penambahan kuota di SMPN 1 Tabanan dan SMA lainnya disebabkan adanya program wajib belajar. Sehingga wajib menerima siswa agar tak ada siswa putus sekolah. Penambahan siswa di SMPN 1 Tabanan sudah dikoordinasikan sehingga tidak akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. “Jumlah kelas masih ada, jadi ditambah dua kelas sekaligus menambah jam mengajar guru,” tambahnya.
Santika mengaku telah berusaha maksimal memetakan siswa dalam PPDB tahun ajaran 2016/2017 agar sekolah negeri dan sekolah swasta kecipratan siswa. “Kami ingin memperbaiki pendidikan di Tabanan, kami sudah berusaha,” tandasnya. Sementara Ketua Dewan Pendidikan Tabanan I Wayan Madra Suartana menyayangkan pelanggaran kuota siswa itu. Sekolah model di setiap jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA) dibuat agar menjadi contoh PPDB yang baik. Kenyataannya yang dijadikan contoh malah melanggar. Ia pun menyimpulkan PPDB tahun ini secara online dan tahun lalu secara manual kekacauannya masih sama.
Dikaitkan dengan adanya wajib belajar, alasan itu disebut ambigu karena mengandung pemahaman ganda. “Masalah wajib belajar masih ada sekolah lainya yang bisa dipercaya. Kenapa tidak disarankan ke sekolah lain,” sesalnya. Jika model telah diubah namun hasilnya sama, mendingan tidak ada pembedaan kategori sekolah.
Sementara Ketua Komisi IV DPRD Tabanan, I Made Dirga, mengaku belum mengetahui penambaham kelas di sekolah model maupun di SMA favorit. “Ada penambahan kelas lagi? Kami belum mengetahui itu,” ujarnya per telepon. Ia bersama Komisi IV akan turun ke sekolah untuk mengetahui dasar penambahan kelas itu. 7 k21, cr61
Komentar