Bali Bakal Kembangkan PLTS Atap
Sebagai salah satu destinasi wisata favorit dunia, Bali harus serius dalam penyediaan energi, khususnya energi terbarukan.
DENPASAR, NusaBali.com
Upaya pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai salah satu sumber energi terbarukan masih terus dilakukan. Greenpeace Indonesia bersama Center For Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana (Unud) meluncurkan laporan kajian 'Peta Jalan Pengembangan PLTS Atap: Menuju Bali Mandiri Energi', Rabu (9/10/2019) di Hotel Inna Bali Heritage, Denpasar.
Laporan ini berisi hasil kajian potensi PLTS berbasis atap di Provinsi Bali yang dilakukan sejak Februari lalu. Ketua tim CORE Unud Prof Ida Ayu Dwi Giriantari menjelaskan fokus kajian dilakukan di empat wilayah, yakni Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita). Keempat wilayah ini, kata dia, dijadikan fokus kajian karena dinilai memiliki berbagai indikator strategis. "Dalam kajian ini terdapat lima kelompok pemangku kepentingan PLTS di bali. Yang pertama pihak pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Sarbagita, kedua institusi pendidikan yang diwakili oleh perguruan tinggi, ketiga penyedia tenaga listrik yaitu PT PLN (Persero) UID Bali, keempat industri pariwisata yaitu Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Bali yang mengelola kawasan wisata Nusa Dua, dan kelima masyarakat desa adat di wilayah Sarbagita," papar dia. "Sebelumnya juga sudah dilakukan simulasi dengan RETScreen dan Helioscope yang hasilnya menunjukkan potensi energi matahari di pusat kabupaten atau kota di Bali berkisar antara 4,01 sampai 6,3 kWh/m/hari dengan rata-rata 4,89 kWh/m/hari,” lanjut dia.
Sementara itu pihaknya menilai terhambatnya perkembangan PLTS Atap di Bali disebabkan berbagai faktor, di antaranya pengetahuan masyarakat tentang PLTS yang masih terbatas, investasi awal yang besar, kendala terkait pengoperasian dan pemeliharaan layanan purna jual, dan regulasi. "Karena itu perlu adanya kampanye yang lebih inovatif dan membumi bahwa penggunaan energi surya atap ini mudah aman dan baik bagi masyarakat dan lingkungan," sambung dia.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut dia, diperlukan dukungan dan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat luas. PLN Bali sebagai penyedia listrik serta industri pariwisata perlu didorong untuk berpartisipasi lebih luas dan progresif dalam membangun PLTS atap. "Bali sebagai destinasi wisata favorit dunia harus serius dalam penyediaan energi khususnya energi terbarukan. Pemanfaatan energi terbarukan di Bali bisa untuk membangun brand image positif bagi industri pariwisata. Keberhasilan praktik-praktik baik pemanfaatan energi terbarukan di Bali akan menjadi perhatian dunia atas keseriusan pemerintah RI dalam menyelamatkan lingkungan," pungkas dia.
Hal senada juga dituturkan Tatan Mustaya, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia. Ia menyampaikan pentingnya mengembangkan energi terbarukan di Indonesia khususnya di Bali. "Selain untuk memenuhi target bauran energi nasional pada porsi EBT yaitu 23% pada 2025, energi surya juga merupakan solusi untuk melepaskan ketergantungan dari batubara penyebab krisis iklim, menurunkan emisi gas rumah kaca, dan sejalan dengan komitmen Gubernur koster yang saat ini tengah merancang Pergub Energi Bersih," ucap Tata.*has
1
Komentar