Ajak Siswa Lakukan Ritual Unik Tos Kaki Sebelum Masuk Kelas
Ni Wayan Lisnaya SPd, Guru Kreatif dari SDN 3 Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati
Ritual tos tangan, tos kaki, dan pelukan guru dan siswa ini diterapkan sejak Agustus 2019. Hasilnya cukup positif, di mana antara siswa dan guru menjadi semakin akrab, suasana belajar pun semakin nyaman
GIANYAR, NusaBali
Guru Kelas V SDN 3 Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Ni Wayan Lisnaya SPd, 31, mendadak jadi pembicaraan. Ini setelah Wayan Lisnaya mengunggah video ritual gerakan unik yang dilakukannya bersama para siswa sebelum masuk kelas, yakni melakukan tos tangan, tos kaki, dan pelukan.
Video ritual gerakan unik berama para siswa sebelum masuk kelas ini sempat viral beberapa hari lalu, pasca diunggah Wayan Lisnaya di media sosial. Wayan Lisnaya yang masih berstatus ‘Guru Tidak Tetap’ di SDN 3 Singapadu Tengah, pu-nya 3 gerakan yang bisa dipilih para siswa sebelum masuk kelas untuk belajar. Siswa yang berjejer di depan kelas akan memilih salah satu dari tiga gerakan tersebut: tos tangan, tos kaki, atau pelukan.
Setelah melakukan salah satu dari tiga gerakan itu, para siswa kemudian diberikan pertanyaan perkalian sederhana oleh Wayan Lisnaya. Menurut Wayan Lisnaya, inovasi dan kreativitas ini dilakukan guna memusatkan pikiran siswa setiba di sekolah, untuk memulai pembelajaran.
Kepada NusaBali, Wayan Lisnaya mengakui ritual unik bersama para siswa sebelum masuk kelas tersebut merupakan bagian dari pendidikan karakter, sesuai kurikulum K13. "Guru dituntut agar kreatif dan berinovasi dalam mengajar," ungkap guru tidak tetap asal Banjar Belaluan, Desa Singapadu Tengah ini saat ditemui NusaBali di SDN 3 Singapadu Tengah, Jumat (11/10).
Inovasi yang dilakukan Wayan Lisnaya bukan hanya melakukan gerakan khusus bagi para siswa sebelum masuk kelas. Selain itu, ruangan kelas juga disulap menjadi ruang belajar yang penuh warna, sarat makna. Hanya saja, kreativitas yang dilakukan guru berusia 31 tahun ini jarang dipublikasikan.
"Baru kali ini saya memberanikan diri membuat video terkait aktivitas kreatif di kelas. Soalnya, kepala sekolah di sini (SDN 3 Singapadu Tengah) cukup ketat dengan urusan media sosial. Video itu pun sebenarnya saya unggah tanpa seizin kepala sekolah," kenang Sarjana Pendidikan dari Jurusan Bahasa Bali IKIP PGRI Bali ini.
Meski tanpa seizin kepala sekolah, Lisnaya punya keyakinan bahwa apa yang dilakukannya tidak akan merusak nama sekolahnya, tapil justru bisa menginspirasi guru-guru lain. "Kepala sekolah kaget juga, karena begitu saya unggah, video itu jadi viral. Banyak yang menanggapi, termasuk kepala sekolah dan ibu kepala UPT. Syukurnya, ini diterima dengan baik," terang ibu dua anak dari pernikahannya dengan Kadek Febri Nadiartha ini.
Menurut Lisnaya, ritual unik di mana siswa harus tos tangan, tos kaki, dan pelukan dengan guru sebelum masuk kelas tersebutmulai diberlakukan awal tahun ajaran baru 2019/2020 ini, tepatnya Agustus 2019 lalu. Awalnya, Lisnaya mencari referensi di Youtube. Dia temukan beragam gerakan dan cara.
Kemudian, apa yang ditemukan di Youtube itu diadopsi, disesuaikan dengan kondisi dan keinginan siswa di kelas. "Tiga gerakan itu atas kesepakatan siswa. Maunya salam yang bagaimana?" papar guru kelahiran 30 September 1988 ini.
Tahap awal, Lisnaya menggambar di papan tulis berupa tangan berjabat pada urutan pertama. Lalu, gambar hati pada posisi kedua yang maknanya pelukan kasih sayang penuh cinta kepada anak didik. Ketika, gambar kaki.
"Sebelum dikasi gerakan ini, anak-anak sebelum masuk kelas selalu saya tes perkalian. Saya lihat, anak-anak justru beban mengawali belajar, sehingga tercetus ide mengisi gerakan sederhana ini," cerita Lisnaya.
Ternyata, ritual gerakan khusus yang diterapkan ini hasilnya cukup positif, di mana antara siswa dan guru menjadi semakin akrab. Muaranya, tentu saja ke suasana belajar yang semakin nyaman. "Ada perubahan yang saya rasakan. Anak-anak jadi lebih antusias belajar. Hasil ulangannya juga bagus-bagus," jelas perempuan yang mengawali karier sebagai guru sejak 2 Januari 2013 ini.
Lisnaya menyebutkan, kreativitasnya menjadi seorang guru ditularkan oleh kecintaannya pada kesenian Bali. Lisnaya sendiri termasuk seniman serbabisa. Selain tercatat sebagai penari dan perias , dia juga penabuh (jago menabuh gambelan).
Teranyar, Lisnaya ikut sebagai penari dalam Gong Kebyar Dewasa Sandya Gita Duta Kabupaten Gianyar di ajang Psta Kesenian Bali (PKB) 2019 lalu. Hebatnya, sejak remaja hingga saat ini, Lisnaya juga masih aktif dalam Sekaa Arja Sebunan Belaluan. "Saya masih rutin ngayah ngigel Arja. Saya sudah keliling Bali karena pentas Arja," katanya.
Bukan hanya itu, di sela-sela kesibukannya sebagai guru dan penari, Lisnaya juga bergabung dalam Sekaa Gong Wanita Banjar Belaluan, Desa Singapadu Tengah. Selain itu, dia juga menerima jasa rias pengantin, prewedding, wisuda, dan sejenis-nya.
Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SDN 3 Singapadu Tengah, I Made Suardana SPd, menyatakan bangga memiliki guru yang kreatif seperti Wayan Lisnaya. “Dulu di sini jauh beda. Begitu saya ditugaskan (jadi Kasek SDN 3 Singapadu Te-ngah) April 2016 lalu, saya mulai genjot para guru agar menerapkan K13 dengan optimal. Saya pun sangat bangga punya guru yang kreatif seperti Bu Lisnaya ini," jelas Made Suardana.
Sebagai kepala sekolah, Made Suardana selalu meminta para guru berinovasi dan berkreativitas untuk peningkatan mutu pendidikan. "Meski lokasi sekolah di pelosok desa, jangan pernah beranggapan kita orang desa. Guru dan siswa harus mengikuti perkembangan," ujar mantan guru SDN 2 Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini.
Suardana memaparkan, siswa di SDN 3 Singapadu Tengah saat ini jumlahnya mencapai 83 orang. Khusus siswa Kelas V yang diasuh Wayan Lisnaya, berjumlah 14 orang. "Masyarakat pendukung sekolah ini hanya satu banjar, yakni Banjar Bela-luan. Makanya, jumlah siswa sedikit," terang Suardana.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Jumat kemarin, Kepala UPT Kecamatan Sukawati Dinas Pendidikan Gianyar, Ni Ketut Yuriati SH MH Map, mengakui Wayan Lisnaya sebagai guru sangat kreatif. "Saya sering pantau di medsos. Saya memang menyarankan ada guru memposting kegiatan kreatifnya di medsos. Apa yang dilakukan Bu Lisnaya, saya apresiasi, karena menginspirasi guru lain," papar Ketut Yuriati. *nvi
Video ritual gerakan unik berama para siswa sebelum masuk kelas ini sempat viral beberapa hari lalu, pasca diunggah Wayan Lisnaya di media sosial. Wayan Lisnaya yang masih berstatus ‘Guru Tidak Tetap’ di SDN 3 Singapadu Tengah, pu-nya 3 gerakan yang bisa dipilih para siswa sebelum masuk kelas untuk belajar. Siswa yang berjejer di depan kelas akan memilih salah satu dari tiga gerakan tersebut: tos tangan, tos kaki, atau pelukan.
Setelah melakukan salah satu dari tiga gerakan itu, para siswa kemudian diberikan pertanyaan perkalian sederhana oleh Wayan Lisnaya. Menurut Wayan Lisnaya, inovasi dan kreativitas ini dilakukan guna memusatkan pikiran siswa setiba di sekolah, untuk memulai pembelajaran.
Kepada NusaBali, Wayan Lisnaya mengakui ritual unik bersama para siswa sebelum masuk kelas tersebut merupakan bagian dari pendidikan karakter, sesuai kurikulum K13. "Guru dituntut agar kreatif dan berinovasi dalam mengajar," ungkap guru tidak tetap asal Banjar Belaluan, Desa Singapadu Tengah ini saat ditemui NusaBali di SDN 3 Singapadu Tengah, Jumat (11/10).
Inovasi yang dilakukan Wayan Lisnaya bukan hanya melakukan gerakan khusus bagi para siswa sebelum masuk kelas. Selain itu, ruangan kelas juga disulap menjadi ruang belajar yang penuh warna, sarat makna. Hanya saja, kreativitas yang dilakukan guru berusia 31 tahun ini jarang dipublikasikan.
"Baru kali ini saya memberanikan diri membuat video terkait aktivitas kreatif di kelas. Soalnya, kepala sekolah di sini (SDN 3 Singapadu Tengah) cukup ketat dengan urusan media sosial. Video itu pun sebenarnya saya unggah tanpa seizin kepala sekolah," kenang Sarjana Pendidikan dari Jurusan Bahasa Bali IKIP PGRI Bali ini.
Meski tanpa seizin kepala sekolah, Lisnaya punya keyakinan bahwa apa yang dilakukannya tidak akan merusak nama sekolahnya, tapil justru bisa menginspirasi guru-guru lain. "Kepala sekolah kaget juga, karena begitu saya unggah, video itu jadi viral. Banyak yang menanggapi, termasuk kepala sekolah dan ibu kepala UPT. Syukurnya, ini diterima dengan baik," terang ibu dua anak dari pernikahannya dengan Kadek Febri Nadiartha ini.
Menurut Lisnaya, ritual unik di mana siswa harus tos tangan, tos kaki, dan pelukan dengan guru sebelum masuk kelas tersebutmulai diberlakukan awal tahun ajaran baru 2019/2020 ini, tepatnya Agustus 2019 lalu. Awalnya, Lisnaya mencari referensi di Youtube. Dia temukan beragam gerakan dan cara.
Kemudian, apa yang ditemukan di Youtube itu diadopsi, disesuaikan dengan kondisi dan keinginan siswa di kelas. "Tiga gerakan itu atas kesepakatan siswa. Maunya salam yang bagaimana?" papar guru kelahiran 30 September 1988 ini.
Tahap awal, Lisnaya menggambar di papan tulis berupa tangan berjabat pada urutan pertama. Lalu, gambar hati pada posisi kedua yang maknanya pelukan kasih sayang penuh cinta kepada anak didik. Ketika, gambar kaki.
"Sebelum dikasi gerakan ini, anak-anak sebelum masuk kelas selalu saya tes perkalian. Saya lihat, anak-anak justru beban mengawali belajar, sehingga tercetus ide mengisi gerakan sederhana ini," cerita Lisnaya.
Ternyata, ritual gerakan khusus yang diterapkan ini hasilnya cukup positif, di mana antara siswa dan guru menjadi semakin akrab. Muaranya, tentu saja ke suasana belajar yang semakin nyaman. "Ada perubahan yang saya rasakan. Anak-anak jadi lebih antusias belajar. Hasil ulangannya juga bagus-bagus," jelas perempuan yang mengawali karier sebagai guru sejak 2 Januari 2013 ini.
Lisnaya menyebutkan, kreativitasnya menjadi seorang guru ditularkan oleh kecintaannya pada kesenian Bali. Lisnaya sendiri termasuk seniman serbabisa. Selain tercatat sebagai penari dan perias , dia juga penabuh (jago menabuh gambelan).
Teranyar, Lisnaya ikut sebagai penari dalam Gong Kebyar Dewasa Sandya Gita Duta Kabupaten Gianyar di ajang Psta Kesenian Bali (PKB) 2019 lalu. Hebatnya, sejak remaja hingga saat ini, Lisnaya juga masih aktif dalam Sekaa Arja Sebunan Belaluan. "Saya masih rutin ngayah ngigel Arja. Saya sudah keliling Bali karena pentas Arja," katanya.
Bukan hanya itu, di sela-sela kesibukannya sebagai guru dan penari, Lisnaya juga bergabung dalam Sekaa Gong Wanita Banjar Belaluan, Desa Singapadu Tengah. Selain itu, dia juga menerima jasa rias pengantin, prewedding, wisuda, dan sejenis-nya.
Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SDN 3 Singapadu Tengah, I Made Suardana SPd, menyatakan bangga memiliki guru yang kreatif seperti Wayan Lisnaya. “Dulu di sini jauh beda. Begitu saya ditugaskan (jadi Kasek SDN 3 Singapadu Te-ngah) April 2016 lalu, saya mulai genjot para guru agar menerapkan K13 dengan optimal. Saya pun sangat bangga punya guru yang kreatif seperti Bu Lisnaya ini," jelas Made Suardana.
Sebagai kepala sekolah, Made Suardana selalu meminta para guru berinovasi dan berkreativitas untuk peningkatan mutu pendidikan. "Meski lokasi sekolah di pelosok desa, jangan pernah beranggapan kita orang desa. Guru dan siswa harus mengikuti perkembangan," ujar mantan guru SDN 2 Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini.
Suardana memaparkan, siswa di SDN 3 Singapadu Tengah saat ini jumlahnya mencapai 83 orang. Khusus siswa Kelas V yang diasuh Wayan Lisnaya, berjumlah 14 orang. "Masyarakat pendukung sekolah ini hanya satu banjar, yakni Banjar Bela-luan. Makanya, jumlah siswa sedikit," terang Suardana.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Jumat kemarin, Kepala UPT Kecamatan Sukawati Dinas Pendidikan Gianyar, Ni Ketut Yuriati SH MH Map, mengakui Wayan Lisnaya sebagai guru sangat kreatif. "Saya sering pantau di medsos. Saya memang menyarankan ada guru memposting kegiatan kreatifnya di medsos. Apa yang dilakukan Bu Lisnaya, saya apresiasi, karena menginspirasi guru lain," papar Ketut Yuriati. *nvi
1
Komentar