Desa Tajun Sempat Ngulkul Bulus
Hutan Perbatasan Tejakula-Kubutambahan Terbakar
Bencana kebakaran hutan terjadi di lahan tegalan bukit perbatasan Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula (Buleleng) dan Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan (Buleleng), Sabtu (12/10) malam.
SINGARAJA, NusaBali
Gara-gara kebakaran yang menghanguskan puluhan hektare lahan kering itu, prajuru Desa Adat Tajun sempat ngulkul bulus (membunyikan kentongan adat bertalu pertanda situasi darurat) untuk mengamankan warganya.
Informasi di lapangan, kebakaran hutan hari itu pertama kali terjadi di wilayah Desa Pacung, Kecamatan Tejakula (bagian atas), Sabtu sore pukul 15.00 Wita. Api yang dengan cepat membakar dedaunan dan pohon yang mengering, kemudian menyebar ke arah selatan karena tiupan angin kencang. Kebakakaran hutan terus menjalar ke atas (arah selatan) menuju kawasan Banjar Kawanan, Desa Sembiran.
Di Banjar Kawanan, api menghanguskan ladang milik keluarga Jro Mangku Pageh, 60, dan Gusti Nyoman Sujana, 55. Kebakatan lahan saat itu pertama kali terlihat sore pukul 16.50 Wita oleh Wayan Parta, 52, warga Banjar Kanginan, Desa Sembiran. Saksi Wayan Parta melihat api awalnya berkobar di lahan milik Jro Mangku Pageh.
Peristiwa ini kemudian dilaporkan salah satu Kepala Urusan (Kaur) Desa Sembiran, Wayan Indra, 35, ke Polsek Tejakula dan BPBD Buleleng. Begitu mendapat laporan, jajaran Polsek Tejakula pun langsung terjun ke lokasi.
Menurut Kapolsek Tejakula, AKP Nyoman Adika, pihaknya tak bisa berbuat banyak. Api yang awalnya berkobar di Desa Pacung dan Desa Sembiran, akhirnya terus membesar dan merembet hingga ke Desa Tajun---yang berbatasan dengan Desa Sembiran di sebelah barat. Api yang masih membesar hingga malam hari kemudian ditangani aparat dan warga sekitar dengan peralatan seadanya.
“Hutan yang terbakar adalah lahan kering berisi pohon jati. Tetapi, karena jalan terjal dan tidak bisa dilalui mobil, kobaran api hanya ditangani bersama-sama warga dengan peralatan seadanya. Lahan yang terbakar di perbatasan dua desa dan dua keamatan cukup luas,” jelas AKP Nyoman Adika saat dikonfirmasi NuaBali, Minggu (13/10).
Sementara itu, angin kencang yang bertiup ke arah selatan terus membawa api hingga melalap dedaunan dan pohon kering yang ada di sekitarnya. Bencana kebakaran hutan sampai melalap lahan pelaba pura milik Desa Adat Tajun di Banjar Bayad, Desa Tajun seluas 60 hektare.
Camat Kubutambahan, Made Suyasa, mengatakan api masih terus berkobar membakar daerah perbukitan kering hingga Sabtu malam. Karena melihat besarnya kobaran api, prajuru Desa Adat Tajun pun putuskan ngulkul bulus, untuk memberikan isyarat kepada masyarakat bahwa ada bahaya dan berhati-hati dengan kebakaran hutan.
“Puncak kobaran api di Desa Tajun terjadi Sabtu malam sekitar pukul 19.00 Wita. Kami khawatirkan masyarakat yang tinggal di pinggir jurang, sehingga kami putuskan untuk ngulkul bulus sebagai pertanda siaga,” jelas Made Suyasa, Camat Kubutambahan yang notabene asal Desa Tajun, saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu sore.
Menurut Made Suyasa, sejumlah warga Desa Tajun pun sempat dievakuai ke tempat yang aman untuk mencegah potensi rembetan api sampai menerjang rumah mereka. “Kita evakuasi terutama warga yang punya bayi dan rumahnya dekat tebing. Mereka tadi malam (Sabtu) diungsikan dulu. Ada 2 kepala keluarga (KK) yang diungsikan ke rumah kerabatnya yang dalam posisi aman,” papar Suyasa.
Disebutkan, petugas pemadam kebakaran dan aparat Muspika Kubutambahan juga terjun bergerak membantu warga untuk memutus api jangan sampai meluas. Seluruh daun dan ranting kering juga dibersihkan, sehingga api tidak sampai menjalar ke perumahan warga dan situs pura di sekitar Banjar Bayad, Desa Tajun.
“Kan banyak semak-semak si sana, kami khawatir api merembet ke mana-mana. Akhirnya, setelah bunyi kulkul bulus, warga yang punya kandang dekat lokasi kebakaran langsung dievakuasi berikut hewan ternaknya, sehingga tidak ada kerugian material, meski kandangnya terakar,” tandas Suyasa.
Untungnya, lanjut Suyasa, kobaran api di wilayah Desa Tajun sudah benar-benar bisa dipadamkan, Minggu pagi. Namun, warga setempat tetap waspada, karena masih ada titik api yang berpotensi membesar kembali sewaktu-waktu. *k23
Informasi di lapangan, kebakaran hutan hari itu pertama kali terjadi di wilayah Desa Pacung, Kecamatan Tejakula (bagian atas), Sabtu sore pukul 15.00 Wita. Api yang dengan cepat membakar dedaunan dan pohon yang mengering, kemudian menyebar ke arah selatan karena tiupan angin kencang. Kebakakaran hutan terus menjalar ke atas (arah selatan) menuju kawasan Banjar Kawanan, Desa Sembiran.
Di Banjar Kawanan, api menghanguskan ladang milik keluarga Jro Mangku Pageh, 60, dan Gusti Nyoman Sujana, 55. Kebakatan lahan saat itu pertama kali terlihat sore pukul 16.50 Wita oleh Wayan Parta, 52, warga Banjar Kanginan, Desa Sembiran. Saksi Wayan Parta melihat api awalnya berkobar di lahan milik Jro Mangku Pageh.
Peristiwa ini kemudian dilaporkan salah satu Kepala Urusan (Kaur) Desa Sembiran, Wayan Indra, 35, ke Polsek Tejakula dan BPBD Buleleng. Begitu mendapat laporan, jajaran Polsek Tejakula pun langsung terjun ke lokasi.
Menurut Kapolsek Tejakula, AKP Nyoman Adika, pihaknya tak bisa berbuat banyak. Api yang awalnya berkobar di Desa Pacung dan Desa Sembiran, akhirnya terus membesar dan merembet hingga ke Desa Tajun---yang berbatasan dengan Desa Sembiran di sebelah barat. Api yang masih membesar hingga malam hari kemudian ditangani aparat dan warga sekitar dengan peralatan seadanya.
“Hutan yang terbakar adalah lahan kering berisi pohon jati. Tetapi, karena jalan terjal dan tidak bisa dilalui mobil, kobaran api hanya ditangani bersama-sama warga dengan peralatan seadanya. Lahan yang terbakar di perbatasan dua desa dan dua keamatan cukup luas,” jelas AKP Nyoman Adika saat dikonfirmasi NuaBali, Minggu (13/10).
Sementara itu, angin kencang yang bertiup ke arah selatan terus membawa api hingga melalap dedaunan dan pohon kering yang ada di sekitarnya. Bencana kebakaran hutan sampai melalap lahan pelaba pura milik Desa Adat Tajun di Banjar Bayad, Desa Tajun seluas 60 hektare.
Camat Kubutambahan, Made Suyasa, mengatakan api masih terus berkobar membakar daerah perbukitan kering hingga Sabtu malam. Karena melihat besarnya kobaran api, prajuru Desa Adat Tajun pun putuskan ngulkul bulus, untuk memberikan isyarat kepada masyarakat bahwa ada bahaya dan berhati-hati dengan kebakaran hutan.
“Puncak kobaran api di Desa Tajun terjadi Sabtu malam sekitar pukul 19.00 Wita. Kami khawatirkan masyarakat yang tinggal di pinggir jurang, sehingga kami putuskan untuk ngulkul bulus sebagai pertanda siaga,” jelas Made Suyasa, Camat Kubutambahan yang notabene asal Desa Tajun, saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu sore.
Menurut Made Suyasa, sejumlah warga Desa Tajun pun sempat dievakuai ke tempat yang aman untuk mencegah potensi rembetan api sampai menerjang rumah mereka. “Kita evakuasi terutama warga yang punya bayi dan rumahnya dekat tebing. Mereka tadi malam (Sabtu) diungsikan dulu. Ada 2 kepala keluarga (KK) yang diungsikan ke rumah kerabatnya yang dalam posisi aman,” papar Suyasa.
Disebutkan, petugas pemadam kebakaran dan aparat Muspika Kubutambahan juga terjun bergerak membantu warga untuk memutus api jangan sampai meluas. Seluruh daun dan ranting kering juga dibersihkan, sehingga api tidak sampai menjalar ke perumahan warga dan situs pura di sekitar Banjar Bayad, Desa Tajun.
“Kan banyak semak-semak si sana, kami khawatir api merembet ke mana-mana. Akhirnya, setelah bunyi kulkul bulus, warga yang punya kandang dekat lokasi kebakaran langsung dievakuasi berikut hewan ternaknya, sehingga tidak ada kerugian material, meski kandangnya terakar,” tandas Suyasa.
Untungnya, lanjut Suyasa, kobaran api di wilayah Desa Tajun sudah benar-benar bisa dipadamkan, Minggu pagi. Namun, warga setempat tetap waspada, karena masih ada titik api yang berpotensi membesar kembali sewaktu-waktu. *k23
Komentar