Duel Maut, Siswa MTs di Bantul Tewas
Berawal dari saling ejek, dua murid MTs An-Nur, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, terlibat perkelahian di dalam kelas.
BANTUL, NusaBali
Akibatnya, salah satu murid meninggal setelah dipukul dengan tangan kosong di bagian rusuk kanan. Kepala MTs An-Nur, Bantul, Subakir, membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, kejadian pada Senin (14/10) siang itu berawal saat pergantian jam pelajaran.
Korban berinisial R (12), warga Kecamatan Sewon, Bantul, berkelahi dengan M (12), santri Pondok An-Nur. "Kejadian di dalam kelas VII, pas pergantian jam. Jadi pas tidak ada guru saat itu," kata Subakir saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (15/10) seperti dilansir detik.
Dalam perkelahian itu, M mengepalkan tangan kanannya, lalu diayunkan hingga mengenai rusuk sebelah kanan R. Terkena pukulan tersebut, R langsung tersungkur di lantai kelas VII.
"Sebenarnya bercanda, gojek seperti itulah. Dari keterangan saksi-saksi, dia (M) hanya memukul pakai tangan kosong dan sekali saja, lalu (R) jatuh terus muntah, tapi tidak pingsan," katanya.
Karena terus muntah-muntah, teman kelas melaporkan kejadian itu kepada wali murid dan dilanjutkan dengan membawa R ke Pondok Pesantren An-Nur. Namun melihat kondisi R yang belum membaik, pihak sekolah lantas melaporkan kepada wali murid dan membawa R ke Puskesmas I Sewon untuk mendapat penanganan medis. Namun, sampai di puskesmas, nyawa korban tak tertolong. Dokter menduga korban meninggal dalam perjalanan ke puskesmas.
Dua siswa yang berkelahi itu dikenal berteman akrab, bahkan tinggal dalam satu kompleks pondok yang sama.
"Jadi saya kira tidak ada unsur dendam sama sekali yang memicu keduanya berkelahi," kata Subakir.
"Setelah kejadian itu, dia (M) bilang ke saya gini 'Nanti kalo (menyebut nama korban) meninggal gimana ya pak, kasihan bapaknya ya kalo kehilangan (nama korban)'. Jadi sampai sore itu dia belum tahu kalau temannya meninggal, dan tahunya baru malam saat diminta ke Polsek (Sewon)," jelas Subakir.
Terkait langkah yang akan diambil oleh pihak sekolah menyusul kejadian tersebut, Subakir mengaku belum bisa menentukannya. Namun, ia menyebut bahwa orang tua R dan M telah bertemu dan menganggap kejadian yang terjadi sebagai musibah.
"Belum bisa mengambil kebijkan, karena dia (M) anak yang baik sekali, dia rajin (salat) jemaah dan selalu paling depan. Dia juga sudah hafal 4 juz, memang anaknya itu (M) lebih kecil dari korban dan pendiam, tapi anaknya itu baik sekali, asli itu dia anak baik-baik," ucap Subakir.
"Tapi saat saya melayat tadi, bapak korban bersikeras tidak ada masalah, waktu pemakaman bilang sudah ikhlas, rida, tidak akan mempermasalahkan karena ini murni musibah. Apalagi selama ini anak (M) tercatat belum pernah melukai orang, atau nakal dengan temannya," sambungnya. *
Korban berinisial R (12), warga Kecamatan Sewon, Bantul, berkelahi dengan M (12), santri Pondok An-Nur. "Kejadian di dalam kelas VII, pas pergantian jam. Jadi pas tidak ada guru saat itu," kata Subakir saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (15/10) seperti dilansir detik.
Dalam perkelahian itu, M mengepalkan tangan kanannya, lalu diayunkan hingga mengenai rusuk sebelah kanan R. Terkena pukulan tersebut, R langsung tersungkur di lantai kelas VII.
"Sebenarnya bercanda, gojek seperti itulah. Dari keterangan saksi-saksi, dia (M) hanya memukul pakai tangan kosong dan sekali saja, lalu (R) jatuh terus muntah, tapi tidak pingsan," katanya.
Karena terus muntah-muntah, teman kelas melaporkan kejadian itu kepada wali murid dan dilanjutkan dengan membawa R ke Pondok Pesantren An-Nur. Namun melihat kondisi R yang belum membaik, pihak sekolah lantas melaporkan kepada wali murid dan membawa R ke Puskesmas I Sewon untuk mendapat penanganan medis. Namun, sampai di puskesmas, nyawa korban tak tertolong. Dokter menduga korban meninggal dalam perjalanan ke puskesmas.
Dua siswa yang berkelahi itu dikenal berteman akrab, bahkan tinggal dalam satu kompleks pondok yang sama.
"Jadi saya kira tidak ada unsur dendam sama sekali yang memicu keduanya berkelahi," kata Subakir.
"Setelah kejadian itu, dia (M) bilang ke saya gini 'Nanti kalo (menyebut nama korban) meninggal gimana ya pak, kasihan bapaknya ya kalo kehilangan (nama korban)'. Jadi sampai sore itu dia belum tahu kalau temannya meninggal, dan tahunya baru malam saat diminta ke Polsek (Sewon)," jelas Subakir.
Terkait langkah yang akan diambil oleh pihak sekolah menyusul kejadian tersebut, Subakir mengaku belum bisa menentukannya. Namun, ia menyebut bahwa orang tua R dan M telah bertemu dan menganggap kejadian yang terjadi sebagai musibah.
"Belum bisa mengambil kebijkan, karena dia (M) anak yang baik sekali, dia rajin (salat) jemaah dan selalu paling depan. Dia juga sudah hafal 4 juz, memang anaknya itu (M) lebih kecil dari korban dan pendiam, tapi anaknya itu baik sekali, asli itu dia anak baik-baik," ucap Subakir.
"Tapi saat saya melayat tadi, bapak korban bersikeras tidak ada masalah, waktu pemakaman bilang sudah ikhlas, rida, tidak akan mempermasalahkan karena ini murni musibah. Apalagi selama ini anak (M) tercatat belum pernah melukai orang, atau nakal dengan temannya," sambungnya. *
1
Komentar