Padi Lokal Beras Merah Munduk Direkayasa Genetik
Produksi sekarang maksimal 4 ton diharapkan bisa meningkat hingga 7 ton.
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng bekerjasama dengan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) merekayasa genetik varietas Cicih Gondrong, padi lokal beras merah Desa Munduk Buleleng. Rekayasa genetik diujicobakan di lahan seluas 30 are tersebut masih dalam tahap penelitian. Penyempurnaan genetik pada padi beras merah Munduk ini dimaksudkan untuk melestarikan plasma nutfah (substansi pembawa sifat keturunan) yang saat ini terancam punah.
Setelah dilakukan rekayasa genetik, diharapkan varietas padi beras merah Munduk dapat berproduksi lebih maksimal dengan waktu panen yang lebih singkat. “Direkayasa nanti tujuannya produksi meningkat menjadi 6-7 ton per hektare, kalau sekarang maksimal masih 4 ton. Dulu waktu panennya enam bulan sekarang 3 sampai 4 bulan, sudah bisa dipanen dengan ketinggian menyamai varietas padi unggul,” jelas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarsa, Rabu (16/10/2019).
Hanya saja untuk penerapan benih rekayasa genetik itu ke petani masih memerlukan waktu yang cukup panjang. Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng bersama Batan baru saja membuat demplot benih yang sudah disinar gama dan mendapat perlakuan khusus oleh Batan di Balai Benih Tangguwisia, Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt.
Benih padi lokal beras merah Munduk yang sudah mendapatkan perlakuan khusus akan diuji coba dan diteliti kembali untuk mendapatkan benih yang benar-benar unggul. “Dan ini tidak sebentar, paling tidak perlu waktu lima tahun untuk mendapatkan benih varietas unggul yang sudah direkayasa genetik,” imbuh dia.
Sejauh ini varietas padi lokal beras merah Munduk masih bertahan di lahan seluas 60 hektare petani Munduk. Jumlah lahan itu pun stagnan dan masih dipertahankan oleh petani karena beras merah merupakan sarana upacara yang harus ada. Meski demikian, beras merah Munduk juga dipasarkan. Hanya saja belum dapat memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi.
Varietas padi lokal berah merah Munduk disebut Kadis Sumiarta memiliki keunggulan produksi pangan organik dan rasa setelah dimasak sangat harum dan khas, seperti varietas padi pandan wangi. Padi beras merah varietas lain sebenarnya dikembangkan di beberapa subak di Buleleng, seperti Subak Sambangan dan Cengana, hanya saja diklaim Sumiarta rasanya tak seperti beras merah Munduk. “Kalau varietas Cicih Gondrong hanya di Munduk saja. Kalau varietas Mbah Butong ada di Sambangan dan Cengana dengan varietas umur pendek, tetapi rasa dan aroma tidak seperti beras merah Munduk,” ucapnya.
Pengembangan varietas yang direkayasa genetik ini setelah berhasil dan dapat meningkatkan produksi juga ditargetkan dapat memenuhi peluang pasar yang tinggi. Apalagi saat ini permintaan beras merah semakin tinggi dengan kesadaran masyarakat akan panganan yang organik dan berdampak bagus pada kesehatan. Selain varietas padi lokal beras merah Munduk, juga dilakukan rekayasa genetik pada padi lokal beras Sudaji. Hanya saja untuk varietas beras Sudaji masih dalam tahap penelitian pihak Batan. “Varietas padi lokal Sudaji ini juga sama jenis Cicih Gondrong tapi yang beras putih. Ini lebih rawan punah karena varietas ini sudah jarang dikembangkan petani disana, karena benihnya sudah langka. Nah ini yang ingin kami lestarikan plasma nutfah unggulan Buleleng,” paparnya.*k23
Setelah dilakukan rekayasa genetik, diharapkan varietas padi beras merah Munduk dapat berproduksi lebih maksimal dengan waktu panen yang lebih singkat. “Direkayasa nanti tujuannya produksi meningkat menjadi 6-7 ton per hektare, kalau sekarang maksimal masih 4 ton. Dulu waktu panennya enam bulan sekarang 3 sampai 4 bulan, sudah bisa dipanen dengan ketinggian menyamai varietas padi unggul,” jelas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarsa, Rabu (16/10/2019).
Hanya saja untuk penerapan benih rekayasa genetik itu ke petani masih memerlukan waktu yang cukup panjang. Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng bersama Batan baru saja membuat demplot benih yang sudah disinar gama dan mendapat perlakuan khusus oleh Batan di Balai Benih Tangguwisia, Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt.
Benih padi lokal beras merah Munduk yang sudah mendapatkan perlakuan khusus akan diuji coba dan diteliti kembali untuk mendapatkan benih yang benar-benar unggul. “Dan ini tidak sebentar, paling tidak perlu waktu lima tahun untuk mendapatkan benih varietas unggul yang sudah direkayasa genetik,” imbuh dia.
Sejauh ini varietas padi lokal beras merah Munduk masih bertahan di lahan seluas 60 hektare petani Munduk. Jumlah lahan itu pun stagnan dan masih dipertahankan oleh petani karena beras merah merupakan sarana upacara yang harus ada. Meski demikian, beras merah Munduk juga dipasarkan. Hanya saja belum dapat memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi.
Varietas padi lokal berah merah Munduk disebut Kadis Sumiarta memiliki keunggulan produksi pangan organik dan rasa setelah dimasak sangat harum dan khas, seperti varietas padi pandan wangi. Padi beras merah varietas lain sebenarnya dikembangkan di beberapa subak di Buleleng, seperti Subak Sambangan dan Cengana, hanya saja diklaim Sumiarta rasanya tak seperti beras merah Munduk. “Kalau varietas Cicih Gondrong hanya di Munduk saja. Kalau varietas Mbah Butong ada di Sambangan dan Cengana dengan varietas umur pendek, tetapi rasa dan aroma tidak seperti beras merah Munduk,” ucapnya.
Pengembangan varietas yang direkayasa genetik ini setelah berhasil dan dapat meningkatkan produksi juga ditargetkan dapat memenuhi peluang pasar yang tinggi. Apalagi saat ini permintaan beras merah semakin tinggi dengan kesadaran masyarakat akan panganan yang organik dan berdampak bagus pada kesehatan. Selain varietas padi lokal beras merah Munduk, juga dilakukan rekayasa genetik pada padi lokal beras Sudaji. Hanya saja untuk varietas beras Sudaji masih dalam tahap penelitian pihak Batan. “Varietas padi lokal Sudaji ini juga sama jenis Cicih Gondrong tapi yang beras putih. Ini lebih rawan punah karena varietas ini sudah jarang dikembangkan petani disana, karena benihnya sudah langka. Nah ini yang ingin kami lestarikan plasma nutfah unggulan Buleleng,” paparnya.*k23
1
Komentar