Dari Bali Pancarkan Vibrasi Kedamaian
Doa Bersama di Besakih Jelang Pelantikan Presiden
Gubernur Bali Wayan Koster bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) menggelar persembahyangan dan doa bersama di Pura Besakih, Desa Adat Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem pada Wraspati Kliwon Menail, Kamis (17/10) pagi, untuk kedamaian dan kondusivitas NKRI jelang pelantikan Presiden-Wakil Presiden 2019-2024 Joko Widodo-Ma’ruf Amin, 20 Oktober 2019 lusa.
AMLAPURA, NusaBali
Lewat doa bersama tersebut, diharapkan terpancar vibrasi keda-maian dari Bali ke seluruh Nusantara. Persembahyangan dan doa bersama di Pura Besakih, Kamis kemarin, dihadiri para Bupati, anggota DPRD Bali, jajaran Pimpinan OPD Pemprov Bali, bendesa adat, pamangku, dan tokoh masyarakat. Hadir pula Ketua PHDI Bali Prof Dr IGN Sudiana MSi, Ketua Majelis Desa Adat (Bendesa Agung) Provinsi Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet, dan Wakapolda Bali Brigjen Pol I Wayan Sunartha. Sedangkan kepala daerah yang hadir, antara lain, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dan Bupati Buleleng Putu Agus Su-radnyana.
Proses persembahyangan di Pura Besakih kemarin dipuput oleh Ida Pedanda Gede Kerta Yoga (sulinggih dari Griya Panji Budakeling, Desa Budakelung, Kecamatan Bebandem, Karangasem), Ida Pedanda Gede Wayan Tianyar (sulinggih dari Griya Menara Sinduwati, Desa/Kecamatan Sidemen, Karangasem), dan Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun (sulinggih dari Kedatuan Kawista, Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan).
Gubernur Wayan Koster mengaku sudah mengeluarkan surat edaran berisi imbauan agar digelar doa lintas agama serentak di tempat ibadah masing-masing pada hari yang sama, Kamis kemarin, untuk kedamaian NKRI dan lancarnya pelantikan Presiden-Wakil Presiden 2019-2024, Jokowi-Ma’ruf. “Saya harapkan seluruh umat beragama di Bali, mulai dari beragama Hindu, Islam, Katolik, Protestan, Budha, Konghu Chu, hingga aliran kepercayaan melaksanakan hal yang sama di seluruh penjuru NKRI,” ujar Gubernur Koster mengawali sekapur sirihnya di Pura Besakih kemarin.
Menurut Koster, doa dan sembahyang bersama kemarin digelar bukan lantaran pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin menang mutlak 91,68 persen di Bali dalam Pilpres 2019 lalu. Namun, doa bersama ini bertujuan untuk kelancaran pelantikan Presiden-Wakil Presiden, serta kedamaian Bali dan Nusantara.
“Doa bersama ini bukan karena motif politik. Bukan pula karena pasangan Jokowi- Ma’ruf menang telak di Bali. Doa bersama ini digelar karena kita masyarakat Bali ingin NKRI, pemimpin, dan rakyatnya selalu dalam keadaan damai dan sejahtera,” tandas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster menyebutkan, doa yang tulus dan ikhlas memiliki kekuatan tinggi. Apa pun yang dilakukan dan diupayakan, harus selalu melibatkan unsur sekala niskala. Tanpa upaya itu, mustahil apa yang dilakukan akan berhasil.
“Doa dan upacara merupakan perwujudkan dari upaya niskala yang selama ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan krama Bali. Upaya kita hari ini (kemarin) memberikan kekuatan niskala untuk kedamaian bangsa Indonesia. Pura Besakih dipilih karena merupakan hulu peradaban kehidupan krama Bali,” papar Koster.
Disebutkan, Pura Besakih merupakan hulu dari peradaban krama Bali. Di Pura Besakih inilah berstana Ida Sesuhunan yang paling utama beserta Ida Batara Kawitan dari semua unsur masyarakat Bali. Menurut Koster, Ida Sesuhunan, Ida Batara Kawitan, dan 'lelangit' inilah yang selama ribuan tahun memberikan tuntunan, bimbingan, serta perlindungan, sehingga Bali dan masyarakatnya mampu menjaga perdamaian, toleransi keberagamaan, serta taksu spiritual Pulau Bali.
"Di hadapan Ida Sesuhunan dan Ida Batara Kawitan inilah kita sekarang bersujud, memohon agar taksu spiritual serta vibrasi perdamaian Bali bisa mendinginkan suasana politik Indonesia, khususnya di Jakarta," kata Koster.
“Dari tuntunan Ida Batara Kawitan ini, kita bisa memberikan perdamaian untuk jagat Nusantara. Kita memohon agar pelantikan Presiden-Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober 2019 nanti berlangsung dengan aman, nyaman, damai, dan suk-ses. Semoga ini menjadi titik awal rekonsiliasi di Indonesia. Apa yang kita laksanakan hari ini di Bali, memancarkan vibrasi kedamaian ke seluruh nusantara,” lanjut mantan anggota Komisi X DPR RI tiga kali periode ini.
Dalam kesempatan itu, Koster meminta seluruh umat dan krama Bali berhenti menyebar ujaran kebencian dan hoax (berita bohong). “Mari berhenti saling bertengkar di media sosial, jangan mengumbar kebencian kepada anak bangsa, jangan berhenti membawa kedamaian untuk bangsa dan negara Indonesia.” *nat
Proses persembahyangan di Pura Besakih kemarin dipuput oleh Ida Pedanda Gede Kerta Yoga (sulinggih dari Griya Panji Budakeling, Desa Budakelung, Kecamatan Bebandem, Karangasem), Ida Pedanda Gede Wayan Tianyar (sulinggih dari Griya Menara Sinduwati, Desa/Kecamatan Sidemen, Karangasem), dan Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun (sulinggih dari Kedatuan Kawista, Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan).
Gubernur Wayan Koster mengaku sudah mengeluarkan surat edaran berisi imbauan agar digelar doa lintas agama serentak di tempat ibadah masing-masing pada hari yang sama, Kamis kemarin, untuk kedamaian NKRI dan lancarnya pelantikan Presiden-Wakil Presiden 2019-2024, Jokowi-Ma’ruf. “Saya harapkan seluruh umat beragama di Bali, mulai dari beragama Hindu, Islam, Katolik, Protestan, Budha, Konghu Chu, hingga aliran kepercayaan melaksanakan hal yang sama di seluruh penjuru NKRI,” ujar Gubernur Koster mengawali sekapur sirihnya di Pura Besakih kemarin.
Menurut Koster, doa dan sembahyang bersama kemarin digelar bukan lantaran pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin menang mutlak 91,68 persen di Bali dalam Pilpres 2019 lalu. Namun, doa bersama ini bertujuan untuk kelancaran pelantikan Presiden-Wakil Presiden, serta kedamaian Bali dan Nusantara.
“Doa bersama ini bukan karena motif politik. Bukan pula karena pasangan Jokowi- Ma’ruf menang telak di Bali. Doa bersama ini digelar karena kita masyarakat Bali ingin NKRI, pemimpin, dan rakyatnya selalu dalam keadaan damai dan sejahtera,” tandas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Koster menyebutkan, doa yang tulus dan ikhlas memiliki kekuatan tinggi. Apa pun yang dilakukan dan diupayakan, harus selalu melibatkan unsur sekala niskala. Tanpa upaya itu, mustahil apa yang dilakukan akan berhasil.
“Doa dan upacara merupakan perwujudkan dari upaya niskala yang selama ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan krama Bali. Upaya kita hari ini (kemarin) memberikan kekuatan niskala untuk kedamaian bangsa Indonesia. Pura Besakih dipilih karena merupakan hulu peradaban kehidupan krama Bali,” papar Koster.
Disebutkan, Pura Besakih merupakan hulu dari peradaban krama Bali. Di Pura Besakih inilah berstana Ida Sesuhunan yang paling utama beserta Ida Batara Kawitan dari semua unsur masyarakat Bali. Menurut Koster, Ida Sesuhunan, Ida Batara Kawitan, dan 'lelangit' inilah yang selama ribuan tahun memberikan tuntunan, bimbingan, serta perlindungan, sehingga Bali dan masyarakatnya mampu menjaga perdamaian, toleransi keberagamaan, serta taksu spiritual Pulau Bali.
"Di hadapan Ida Sesuhunan dan Ida Batara Kawitan inilah kita sekarang bersujud, memohon agar taksu spiritual serta vibrasi perdamaian Bali bisa mendinginkan suasana politik Indonesia, khususnya di Jakarta," kata Koster.
“Dari tuntunan Ida Batara Kawitan ini, kita bisa memberikan perdamaian untuk jagat Nusantara. Kita memohon agar pelantikan Presiden-Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober 2019 nanti berlangsung dengan aman, nyaman, damai, dan suk-ses. Semoga ini menjadi titik awal rekonsiliasi di Indonesia. Apa yang kita laksanakan hari ini di Bali, memancarkan vibrasi kedamaian ke seluruh nusantara,” lanjut mantan anggota Komisi X DPR RI tiga kali periode ini.
Dalam kesempatan itu, Koster meminta seluruh umat dan krama Bali berhenti menyebar ujaran kebencian dan hoax (berita bohong). “Mari berhenti saling bertengkar di media sosial, jangan mengumbar kebencian kepada anak bangsa, jangan berhenti membawa kedamaian untuk bangsa dan negara Indonesia.” *nat
1
Komentar