Pedanaan Berisi Uang Tunai dan 3 Deposito
Tawur Agung di Pura Dalem Desa Adat Celuk
Krama Desa Adat Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar, menggelar upacara Tawur Agung Mapadanan di Pura Dalem setempat, Wraspati Kliwon Menail, Kamis (17/10).
GIANYAR, NusaBali
Tawur Agung merupakan rangkaian Karya Padudusan Agung, Ngenteg Linggih, Mapadagingan, Tawur Agung lan Ngusabha Dalem di Pura Dalem setempat yang puncaknya pada Anggara Kliwon Prangbakat, Selasa (22/10) mendatang.
Tawur Agung dimulai pada pukul 05.00 Wita, berupa upacara Caru Manca Desa di batas-batas desa, dipimpin para pamangku. Pukul 07.30 Wita dilakukan Piuning di Utama Mandala di Pura Dalem Celuk dipimpin Ida Pedanda Giri Putra Kemenuh. Pukul 09.00 Wita dilaksanakan Tawur Agung Mapadanan dan Kekundangan Bhuta di Jaba Pura Dalem Celuk. Upacara ini dipimpin Ida Pedanda Wiku Yajamana Ida Pedanda Gede Putra Kekeran, Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Duaja, Ida Rsi Bhujangga Angkling, Ida Pedanda Wayahan Bun, Ida Pedanda Gede Buruan dan Ida Bagus Made Wiprajana.
Bendesa Adat Celuk/Ketua Panitia Karya Pura Dalem Celuk Ir I Kadek Anom Astabrata didampingi Penyarikan Desa Adat Celuk/Sekretaris Umum Panitia Karya Pura Dalem Celuk I Kadek Mustika SE, menjelaskan Tawur Agung memiliki makna pengembalian sari-sari alam yang telah digunakan manusia. Sari-sari alam itu dikembalikan melalui upacara Tawur yang dipersembahkan kepada para Butha, dengan tujuan agar para Bhuta tidak mengganggu manusia sehingga bisa hidup secara harmonis. "Filosofi Tawur adalah upaya mengharmonisasikan hakikat ke-Tuhan-an, sesama manusia dan alam lingkungan," jelasnya.
Tawur ini menggunakan hewan Kerbau Yus Merana, Godel, Kambing Selem, Kambing Barak, Angsa dan pelbagai jenis ayam serta bebek. "Krama sami dengan tulus mempersiapkan Karya ini. Harapannya, agar diberkahi fibrasi positif Ida Bhatara serta kesejahteraan," ujarnya.
Setelah upacara Tawur Agung, digelar upacara Pedanan. Upacara ini hanya bisa diikuti oleh krama dura desa atau luar Desa Adat Celuk. Mereka ramai-ramai merebut berkah di Bale Pedanan seperti peralatan dapur, peralatan pertukangan, perhiasan emas dan perak, hingga tiga deposito masing-masing Rp 1 juta di LPD Desa Adat Celuk. "Karena Celuk sebagai pusat kerajinan perak, jadi cukup banyak disiapkan perhiasan emas dan perak untuk direbut. Di samping itu ada jutaan uang tunai pecahan yang ditebarkan," jelasnya. Pantauan NusaBali, krama luar desa pun sangat antusias berebut berkah. Terutama berusaha mengambil uang pecahan yang diterbangkan. "Uang tunai berbagai pecahan disiapkan total Rp 11 juta, dan deposito Rp 3 juta," ujarnya.
Dijelaskan pula, Upacara Pedanaan merupakan lambang untuk melepaskan diri pribadi dari sifat-sifat yang tidak baik. Segala sifat tidak baik, itu disalurkan ke dalam upacara dengan benda-benda di Pedanan, diharapkan sifat-sifat yang negatif yang melekat pada diri pribadi masing-masing hilang lenyap sehingga manusia menjadi suci ikhlas, tidak serakah. Di samping itu ada unsur Dana Punia yang diberikan kepada masyarakat lain diluar krama Desa Celuk.
Pada Upacara Tawur Agung Mapadanan dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati, anggota DPR -RI I Nyoman Partha, anggota DPRD Bali Dra Ni Luh Yuniati, Bupati Gianyar Made Mahayastra, anggota DPRD Gianyar Dapil Sukawati, Bendesa Adat dan Ketua LPD se Kecamatan Sukawati, Panglingsir Puri Negara, Desa Batuan, Pangrajeg Karya Tjokorda Gde Putra Nindia SH MH, Panglingsir Puri Ubud, Muspika Kecamatan Sukawati dan lain-lain.
Prosesi upacara diiringi tatabuhan Sekaa Gong Gede Banjar Kebon Singapadu, Gong Desa Adat Celuk, Gong Gambang Mangku Ketut Suardana. Beberapa tari wali yang mengiringi adalah Tari Topeng aturan dari Wayan Ratim, Pagelaran Wayang lemah oleh Jero Dalang Ketut Suartana, Baris Gede dan Rejang Dewa yang ditarikan oleh Alit – Alit STT Yowana Jaya Celuk, Rejang Renteng ditarikan oleh Krama Istri Sinoman Panji dan Pekandelan, Gambuh dipersembahkan oleh Sekaa Gambuh Sunari Wakya, Kidung akan dibawakan oleh Krama Istri Sinoman Majalangu, Kekawin dipersembahkan oleh Pesantian Widia Santika Banjar Adat Samu dan Pesantian Werdhi Aksara Celuk. *nvi
Tawur Agung dimulai pada pukul 05.00 Wita, berupa upacara Caru Manca Desa di batas-batas desa, dipimpin para pamangku. Pukul 07.30 Wita dilakukan Piuning di Utama Mandala di Pura Dalem Celuk dipimpin Ida Pedanda Giri Putra Kemenuh. Pukul 09.00 Wita dilaksanakan Tawur Agung Mapadanan dan Kekundangan Bhuta di Jaba Pura Dalem Celuk. Upacara ini dipimpin Ida Pedanda Wiku Yajamana Ida Pedanda Gede Putra Kekeran, Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Duaja, Ida Rsi Bhujangga Angkling, Ida Pedanda Wayahan Bun, Ida Pedanda Gede Buruan dan Ida Bagus Made Wiprajana.
Bendesa Adat Celuk/Ketua Panitia Karya Pura Dalem Celuk Ir I Kadek Anom Astabrata didampingi Penyarikan Desa Adat Celuk/Sekretaris Umum Panitia Karya Pura Dalem Celuk I Kadek Mustika SE, menjelaskan Tawur Agung memiliki makna pengembalian sari-sari alam yang telah digunakan manusia. Sari-sari alam itu dikembalikan melalui upacara Tawur yang dipersembahkan kepada para Butha, dengan tujuan agar para Bhuta tidak mengganggu manusia sehingga bisa hidup secara harmonis. "Filosofi Tawur adalah upaya mengharmonisasikan hakikat ke-Tuhan-an, sesama manusia dan alam lingkungan," jelasnya.
Tawur ini menggunakan hewan Kerbau Yus Merana, Godel, Kambing Selem, Kambing Barak, Angsa dan pelbagai jenis ayam serta bebek. "Krama sami dengan tulus mempersiapkan Karya ini. Harapannya, agar diberkahi fibrasi positif Ida Bhatara serta kesejahteraan," ujarnya.
Setelah upacara Tawur Agung, digelar upacara Pedanan. Upacara ini hanya bisa diikuti oleh krama dura desa atau luar Desa Adat Celuk. Mereka ramai-ramai merebut berkah di Bale Pedanan seperti peralatan dapur, peralatan pertukangan, perhiasan emas dan perak, hingga tiga deposito masing-masing Rp 1 juta di LPD Desa Adat Celuk. "Karena Celuk sebagai pusat kerajinan perak, jadi cukup banyak disiapkan perhiasan emas dan perak untuk direbut. Di samping itu ada jutaan uang tunai pecahan yang ditebarkan," jelasnya. Pantauan NusaBali, krama luar desa pun sangat antusias berebut berkah. Terutama berusaha mengambil uang pecahan yang diterbangkan. "Uang tunai berbagai pecahan disiapkan total Rp 11 juta, dan deposito Rp 3 juta," ujarnya.
Dijelaskan pula, Upacara Pedanaan merupakan lambang untuk melepaskan diri pribadi dari sifat-sifat yang tidak baik. Segala sifat tidak baik, itu disalurkan ke dalam upacara dengan benda-benda di Pedanan, diharapkan sifat-sifat yang negatif yang melekat pada diri pribadi masing-masing hilang lenyap sehingga manusia menjadi suci ikhlas, tidak serakah. Di samping itu ada unsur Dana Punia yang diberikan kepada masyarakat lain diluar krama Desa Celuk.
Pada Upacara Tawur Agung Mapadanan dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati, anggota DPR -RI I Nyoman Partha, anggota DPRD Bali Dra Ni Luh Yuniati, Bupati Gianyar Made Mahayastra, anggota DPRD Gianyar Dapil Sukawati, Bendesa Adat dan Ketua LPD se Kecamatan Sukawati, Panglingsir Puri Negara, Desa Batuan, Pangrajeg Karya Tjokorda Gde Putra Nindia SH MH, Panglingsir Puri Ubud, Muspika Kecamatan Sukawati dan lain-lain.
Prosesi upacara diiringi tatabuhan Sekaa Gong Gede Banjar Kebon Singapadu, Gong Desa Adat Celuk, Gong Gambang Mangku Ketut Suardana. Beberapa tari wali yang mengiringi adalah Tari Topeng aturan dari Wayan Ratim, Pagelaran Wayang lemah oleh Jero Dalang Ketut Suartana, Baris Gede dan Rejang Dewa yang ditarikan oleh Alit – Alit STT Yowana Jaya Celuk, Rejang Renteng ditarikan oleh Krama Istri Sinoman Panji dan Pekandelan, Gambuh dipersembahkan oleh Sekaa Gambuh Sunari Wakya, Kidung akan dibawakan oleh Krama Istri Sinoman Majalangu, Kekawin dipersembahkan oleh Pesantian Widia Santika Banjar Adat Samu dan Pesantian Werdhi Aksara Celuk. *nvi
1
Komentar