BMKG Perkirakan Musim Hujan Mundur Dua Bulan
Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jembrana, memperkirakan kemarau yang terjadi sejak hampir enam bulan belakangan ini, akan berlangsung lebih lama.
NEGARA, NusaBali
Dimana peralihan musim hujan yang biasa sudah terjadi memasuki September, diperkirakan baru akan terjadi pada November mendatang.
Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana, Rahmat Prasetya, didampingi Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Jembrana, Agit Setioko, Jumat (18/10), mengatakan musim hujan tahun ini, sudah mundur satu bulan. Sesuai hasil monitoring terupdate, musim hujan tahun ini pun diperkirakan baru akan turun mulai November mendatang, atau mundur dua bulan dari biasanya September. “Biasanya September sudah peralihan ke penghujan,” ujar Agit Setioko.
Menurutnya, musim hujan yang diperkirakan akan mundur hingga dua bulan, ini disebabkan pengaruh angin timuran yang kering sehingga pertumbuhan awan hujan terhambat. Kemarau yang agak lama, ini terjadi di wilayah Indonesia bagian Selatan, dari Jawa Tengah sampai Nusa Tenggara Barat (NTB). Dari hasil monitoring terupdate, kekeringan di beberapa wilayah di Kabupaten Jembrana, juga sudah terpantau zona kuning atau level waspada hingga zona orange atau level siaga. “Yang level siaga di Kecamatan Melaya. Kecamatan lainnya masih level waspada,” ucapnya.
Bahkan kekeringan yang paling mengkhawatirkan, sambung Agit, terpantau di wilayah Bali Utara, seperti Buleleng, yang kini sudah terpantau zona merah atau level awas. Sebenarnya, beberapa tahun lalu, juga pernah terjadi kemarau lebih panjang, bahkan sampai Desember. Tapi dampaknya tidak separah kemarau saat ini. Hal itu diperkirakan lantaran kondisi lingkungan.
Musim hujan yang diperkirakan baru akan turun memasuki November mendatang, diakuinya bisa saja kembali bergeser. Hal itu tergantung dengan perubahan dari angin timuran menjadi angin barat yang basah. “Bisa saja terjadi pergeseran. Kami tetap lakukan monitoring yang akmi update setiap 10 hari. Tetapi kalau memang terjadi pergeseran musim hujan, paling 10 sampai 20 hari, dan rasanya masih tetap di bulan November. Bisa juga peralihan sudah terjadi masuk akhir Oktober,” ujar Agit.
Nantinya, saat memasuki masa peralihan musim kemarau ke musim hujan yang diperkirakan terjadi memasuki akhir bulan Oktober atau memasuki November nanti, pihaknya mengimbau, agar masyarakat tetap waspada. Dimana, dalam masa transisi, itu patut diwaspadai kemunculan awan Cumulonimbus (CB) yang menimbulkan petir, angin kencang sesaat, dan hujan deras yang berlangsung singkat.*ode
Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana, Rahmat Prasetya, didampingi Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Jembrana, Agit Setioko, Jumat (18/10), mengatakan musim hujan tahun ini, sudah mundur satu bulan. Sesuai hasil monitoring terupdate, musim hujan tahun ini pun diperkirakan baru akan turun mulai November mendatang, atau mundur dua bulan dari biasanya September. “Biasanya September sudah peralihan ke penghujan,” ujar Agit Setioko.
Menurutnya, musim hujan yang diperkirakan akan mundur hingga dua bulan, ini disebabkan pengaruh angin timuran yang kering sehingga pertumbuhan awan hujan terhambat. Kemarau yang agak lama, ini terjadi di wilayah Indonesia bagian Selatan, dari Jawa Tengah sampai Nusa Tenggara Barat (NTB). Dari hasil monitoring terupdate, kekeringan di beberapa wilayah di Kabupaten Jembrana, juga sudah terpantau zona kuning atau level waspada hingga zona orange atau level siaga. “Yang level siaga di Kecamatan Melaya. Kecamatan lainnya masih level waspada,” ucapnya.
Bahkan kekeringan yang paling mengkhawatirkan, sambung Agit, terpantau di wilayah Bali Utara, seperti Buleleng, yang kini sudah terpantau zona merah atau level awas. Sebenarnya, beberapa tahun lalu, juga pernah terjadi kemarau lebih panjang, bahkan sampai Desember. Tapi dampaknya tidak separah kemarau saat ini. Hal itu diperkirakan lantaran kondisi lingkungan.
Musim hujan yang diperkirakan baru akan turun memasuki November mendatang, diakuinya bisa saja kembali bergeser. Hal itu tergantung dengan perubahan dari angin timuran menjadi angin barat yang basah. “Bisa saja terjadi pergeseran. Kami tetap lakukan monitoring yang akmi update setiap 10 hari. Tetapi kalau memang terjadi pergeseran musim hujan, paling 10 sampai 20 hari, dan rasanya masih tetap di bulan November. Bisa juga peralihan sudah terjadi masuk akhir Oktober,” ujar Agit.
Nantinya, saat memasuki masa peralihan musim kemarau ke musim hujan yang diperkirakan terjadi memasuki akhir bulan Oktober atau memasuki November nanti, pihaknya mengimbau, agar masyarakat tetap waspada. Dimana, dalam masa transisi, itu patut diwaspadai kemunculan awan Cumulonimbus (CB) yang menimbulkan petir, angin kencang sesaat, dan hujan deras yang berlangsung singkat.*ode
1
Komentar